Tags

2009 (5) 2010 (1) 2011 (12) 2012 (7) 2013 (1) Anime (2) Ao no Exorcist (2) AoEx (2) application (1) ArchiLife (1) bakeneko (1) batu-malang (1) Biography (1) Cho Kyuhyun (3) collaboration (1) coloured (1) daku (2) fan fiction (8) fiction stories (8) Hachi (8) hachidarksky (22) Him (3) Itachi (1) Kazue Katou (2) Keita (2) Komuter (1) Kyuhyun (4) link (1) Lyric (3) Madara (1) memory (2) mp3 download (2) nad (1) Nadia (1) nonsense (10) ohanichibanwa (5) Okumura Brother (1) one shot (5) OPED (1) OST (1) otherblog (4) Park Ririn (3) perpisahan (2) PSD (2) recommended (6) review (8) Ririn (4) romaji lyrics (2) romance (5) SAI (1) Shaa (2) sketch (1) slice of life (5) spoiler alert (3) Super Junior (10) Tama (3) Teaser (1) TIK (6) Tipografi (5) Trip (4) try (1) Tugas (5) twitter (1) Typography (5) video (3) welcome (1) wordpress (1) WUAfamily (3) Yondaime (1)

About.. who? me?

My photo
<-- omo kyu.. nomnomnom /slapped

Tuesday, February 28, 2012

Faster Than a Heartbeat [ Park Ririn Fanfiction ]


Ne...
We are a newly wed..
Aku berjalan riang di trotoar, ditemani pasanganku, suamiku tercinta. Hari ini, siang ini, jam 11 lewat 17 menit, kami baru saja keluar dari rumah sakit beberapa saat yang lalu. Aku hamil! Dan itu sangat membahagiakanku dan tentu saja suamiku juga. Sepanjang jalan kami bergandengan tangan, bersenandung riang, dan sesekali aku dan dia mengusap perutku.
Yes, we are a newly wed..
Hampir empat bulan kami menikah, dan sekarang kami sudah diberi karunia oleh-Nya. Ini menyenangkan, sungguh menyenangkan. Aku tak menyangka aku akan mendapatkannya secepat ini. Rasanya aku sudah mendapatkan beribu-ribu nama dibenakku. Aku memikirkan bila yang lahir adalah perempuan, aku akan mempunyai teman berjalan-jalan kelak. Namun bila itu lelaki, ah, aku akan punya dua lelaki tampan yang akan melindungiku.
—It happen so fast..
Kami memakai couple polo shirt berwarna ungu. Tidak nampak seperti pasangan suami-istri memang. Lebih terlihat seperti pasangan muda yang sedang berpacaran. Tiada henti aku tersenyum. Namun tiba-tiba suamiku ini menyuruhku menunggu di pinggir trotoar, di lampu penyeberangan jalan. Dia berlari dengan cepat menuju keseberang diantara kerumunan orang. Aku melihat penjual bunga di ujung sana, sepertinya dia akan membelinya. Dia memang orang yang sangat romantis. Aku benar-benar jatuh cinta karenanya. Semoga ia membelikanku bunga berwarna ungu, itu warna kesukaanku.
It must be a dream..
Ah! Dia membelinya, warna ungu.. aku ingin sekali segera memeluknya. Tapi tidak bisa, lampu lalu lintas ini menggangguku, lampu penyebrangan sudah berwarna merah. Dia berlari-lari kecil ditempat, dia terlihat ingin sekali segera menjemputku, dan memelukku. Apa yang sebaiknya aku sampaikan bila dia sudah tiba disini nanti? Terima kasih? Aku mencintaimu? Ah, aku hanya akan memeluknya erat bila ia sudah tiba disini.
I can’t even think about anything..
Angka lampu sudah menunjukkan 10, sebentar lagi akan berwarna hijau. Aku akan siap dengan pelukan eratnya. Semoga dia ingat bahwa aku sedang mengandung. Ah, aku sudah memikirkan namanya.. Hyuri kalau dia perempuan, dan Kyuni bila dia laki-laki. Lucu sekali, itu sebagian nama kami juga.. `7..` sebentar lagi! Dia sudah terlihat ingin segera berlari. Oh, dan ternyata itu Bunga Lilac! Bunga cantik berwarna ungu yang ia beri padaku pertama kali. Kejadian ini mengingatkanku seperti saat dia hendak memintaku menjadi pacarnya. Tapi bedanya, saat itu dia sudah berteriak dari ujung sana, dan menembakku. Itu sedikit memalukan, tapi aku tetap menerimanya. Dia memang bisa membuatku jatuh cinta padanya setiap hari.
Except..
Oh? Siapa ini? Dia memegang punggungku? `3..` . hei! Apa yang dia lakukan! Dia mendorongku! Siapa dia?? `mati saja kau`?? Apa maksudnya? Itu suara perempuan! Uh? Dimana ini? Aku sudah diluar trotoar? Uh, Lampu ini terlalu menyilaukan.. semua orang tampak berteriak kearahku.. tapi yang bisa aku dengar, hanyalah suaranya.. memanggil namaku dengan histeris.. dan yang kulihat selanjutnya adalah dirinya berlari kearahku dan Bunga Lilac itu terjatuh dengan sangat pelan.. kumohon..
tolong aku..
You

“KYUHYUN!!”

“Tenanglah Nyonya, dia tidak apa.. dia masih tertidur disana..” suster mencoba menenangkanku kembali. Ini sudah ketiga kalinya aku seperti ini. Ini menyedihkan. Selalu, saat aku tertidur, hanya itu yang teringat.. aku berusaha menahan air mataku yang sudah berada di pelupuk mata. Namun tidak bisa. Air mata ini mengalir lagi. Aku ingin segera memeluknya. Menyentuh pipinya dan menciumnya. Berharap dia akan segera sadar dan memanggil namaku lagi.
“Nyonya, kalau anda makan dengan benar, anda bisa segera turun dari ranjang ini.. jadi kami mohon makanlah sarapan anda..” suster yang lain berusaha meyakinkanku untuk menghabiskan sarapan pagiku. Apa dia bodoh? Bagaimana aku bisa makan dengan tenang bila aku melihat suamiku terbaring disana dan belum sadarkan diri? Tapi dia benar. Kalau aku tidak makan dengan benar, aku tidak bisa memeluknya kembali. Tapi nafsu makanku sudah hilang karena mimpi itu.
“Ririiin!!” seorang perempuan masuk kekamarku dirawat dengan dahi yang berkerut dalam. Dia berambut coklat dengan beberapa helai berwarna merah. Dia masih membawa tas ransel besar dipunggungnya. Aku rasa aku mengenalnya. Wajahnya sedikit berubah, lebih dewasa. Dan warna rambutnya juga, pasti dia cat merah.
“Minhyo.. unni?“.
“Kau tidak apa??” Dia memelukku sangat erat. Aku melihat seorang lelaki masuk perlahan dibelakangnya, orang itu tidak berubah. Wajahnya tetap lembut seperti dulu. Donghae oppa.. dan anak laki-laki kecil yang mirip dengannya dan sedang ia gendong.. pasti Donghyo.
Melihat Donghyo.. aku jadi teringat akan kandunganku. Dokter bilang, kandunganku selamat. Aku benar-benar bersyukur. Tapi rasa bersyukurku luluh lantak begitu mendengar bahwa suamiku, orang yang paling aku cintai, dia kehilangan darah yang cukup banyak. Sangat. Sangat banyak. Kemarin baru saja dia melewati masa kritisnya.. aku sempat menangis histeris dan meminta dokter mengambil darahku saja. Namun dokter tidak memperbolehkanku karena kandunganku yang sangat lemah. Bahkan dia juga mengalami patah tulang dibagian kakinya. Dia terlalu banyak menerima semua penderitaan ini. Semua ini salahku. Harusnya semua itu milikku. Ini memang salahku. Tidak. Bukan. Ini salah orang itu. Orang yang dengan sengaja mendorongku. Suaranya samar-samar masih terngiang dikepalaku. Aku pasti akan menemukannya. Dia akan menerima balasannya. Balasan dariku. Yang paling kejam.
“Rin? Ririn? Kau tidak apa?” Minhyo unni melambai-lambaikan tangannya dimukaku. Air mataku mengalir lagi. Kali ini karena karena rasa senang. Minhyo unni datang jauh-jauh dari Mokpo, untuk menemuiku di Seoul. Dia adalah unni yang paling kupercaya. “Sungbi sudah kemari?“ dia bertanya kembali.
Aku mengangguk pelan. Aku tidak dapat berbicara dengan benar, aku masih belum selesai menangis. Dua hari telah berlalu sejak kejadian itu. Banyak orang yang masuk dan keluar ruangan ini dan mendoakan kesembuhanku serta Kyuhyun. Aku tidak tahu sudah berapa liter air mata yang aku keluarkan. Aku tidak bisa apa-apa. Yang bisa aku lakukan hanya berdoa dan menangis.
“Kau harus makan, Rin” Minhyo sepertinya melihat makanan di mejaku. Para suster itu sudah keluar begitu Minhyo dan keluarganya masuk, dan meninggalkan makananku dimeja. Kenapa tidak mereka ambil dan bawa pergi saja. Aku sudah tidak lapar.
“Rin, kalau kau mau berada disampingnya, kau harus makan..” kini Donghae oppa mencoba membujukku untuk makan. Aku tidak bisa menolaknya. Donghyo kecil ini juga ikut memegang tanganku. Aku makin tidak bisa menolaknya.
“aku suapi ya?” Minhyo mengambil makananku dan menyuapiku pelan. Aku jadi teringat kembali saat Kyuhyun menyuapiku waktu aku sakit. Kyu.. cepatlah bangun..
Aku makan perlahan. Perban di kepalaku masih melilit dengan kencang. Perbanku ini tidak ada apa-apanya dibanding Kyuhyun. Rambutnya yang berwarna merah gelap itu tertutupi sebagian oleh perban putih. Tangannya yang penuh luka juga. Kakinya juga.. semuanya terlihat putih.
Aku sempat berpikir. Kenapa tidak aku saja yang berada disitu. Diposisi itu. Aku tidak ingin melihatnya seperti itu. Dadaku sesak setiap kali melihatnya. Rasanya ingin kuulang kembali semuanya. Rasanya sebaiknya aku tidak usah menikah dengannya. Atau kalau bisa, sebaiknya aku tidak pernah bertemu dengannya, agar semua ini tidak terjadi padanya. Agar tidak ada yang terluka.
“Rin, ini yang terakhir,” Minhyo unni menyuapiku sendok terakhir sarapan pagiku. “mulai besok aku akan datang setiap hari untuk memaksamu makan! Kau harus makan dengan benar!” Minhyo unni mencubit pipiku. Aku meringis kesakitan dibuatnya. Kata-katanya sama dengan Sungbi. Aku jadi tertawa mendengarnya. “apa yang kau tertawakan?” Minhyo unni terlihat kebingungan. Mukanya sangat lucu saat bingung seperti ini.
“persis sperti yang Sungbi katakan kemarin..” senyumku mengikuti.
“benarkah? Berarti kita memang sehati semua dong!” Minhyo unni menampakkan senyumnya yang menawan. Senyum yang mengambil perhatian Donghae oppa dari semua wanita yang ada. Donghae oppa ikut tersenyum begitu melihat istrinya itu tersenyum. Dia terlihat senang sekali melihat istrinya itu tersenyum seperti itu.
“baiklah, karena unni dan dongsaengku yang meminta.. aku akan makan..”
“nah, itu baru Ririn! Tapi Rin, aku harus pergi dulu, aku akan membereskan rumahku di Seoul ini. Pasti sudah berdebu ya.. hahahah”
“kau berlebihan unni.. belum setahun kau kembali ke Mokpo.. hahaha”
“tapi debu itu cepat sekali hinggap! Dan itu menyebalkan.. seharian ini aku dan Donghae akan membersihkannya agar bisa tinggal di Seoul lagi,” Minhyo unni terhenti sebentar untuk mengangkat Donghyo. “dan akan menjengukmu setiap hari sampai kau sembuh dan Kyuhyun pulih” senyumnya mengembang lagi.
“benarkah? Terima kasih..” aku hampir menangis lagi.
“Donghyo, ayo beri semangat pada Komo mu yang bersedih karena tidak mau kita tinggal sendiri ini..” Minhyo unni membiarkan Donghyo memelukku, aku pun membiarkannya memeluk leherku. Aku tidak jadi mengeluarkan air mata ini.
“Komo hwaiting!” Donghyo kecil ini memberi semangat dengan caranya sendiri. Sangat menggemaskan.
“ne, hwaiting!” aku tersenyum dibuatnya. Minhyo unni mencubit pipiku lagi.
“kami pergi dulu, nanti sore kami datang lagi.. jangan lupa makan Rin” Minhyo, Donghae, dan Donghyo melambaikan tangan dan meninggalkanku sendiri kembali, bersama Kyuhyun.
Aku mencoba mengangkat kakiku, tapi rasa sakit ini masih ada. Aku mencoba mengingatnya kembali. Saat itu aku terbangun, dan yang kulihat adalah Kyuhyun, memelukku dengan erat. Wajahnya bersimbah darah. Aku bahkan tidak yakin bahwa aku terluka. Rasanya hanya dia yang mengeluarkan semua darah yang saat itu berhamburan di jalan. Namun ia masih sempat tersenyum padaku dan bertanya akan keadaanku sebelum akhirnya ia tidak sadarkan diri hingga saat ini. Tapi ada satu kata yang masih aku ingat.. `Mianhae`. Kata itu samar terdengar sebelum ia memejamkan matanya. Aku tidak tahu kenapa dia malah mengatakannya. Aku ingin tahu.
“Kyu-yah.. please wake up..” aku mulai berdoa kembali. Dan sesaat kemudian, aku tertidur.

-ccc-

It was that morning when he kissed me..
“Rin-ah! Bangunlah, aku lapar, kau tidak membuatkanku sarapaan?” suara ini..
“Kyu?” aku membuka mataku.
“ne! aku lapar hun
“K—Kyu??” aku terbelalak kaget melihatnya dengan senyum kecut meminta makan seperti yang biasa ia lakukan di pagi hari.
“neeee.. kau kenapa? Apa ada yang salah denganku? Apa kau terganggu? Bangunlah! Ini sudah jam 8 dan aku lapaar” Kyuhyun menarik tanganku agar aku bangun.
“nee.. baiklaah.. aku banguun..” aku tidak mau berpikir jauh. Pasti semua itu tadi hanya mimpi. Pasti. Mimpi terburuk yang pernah aku alami.
“pancaaake coklat!” Kyuhyun mendorongku dengan riang menuju dapur.
Rasanya aku pernah mengalami ini. Apa ini yang disebut Dejavu? Ah, jangan berpikir yang tidak-tidak, yang penting aku bersama Kyuhyun sekarang. Satu hal yang pasti akan kulakukan setelah mimpi menyeramkan itu adalah, aku akan memeluknya seharian.
It was that morning when he smiled at me..
“ne Rin, tentang yang semalam, bagaimana kalu kau menge-check­nya di dokter saja?” Kyuhyun tersenyum sangat menggemaskan. Aku berpikir untuk memakan pipinya itu.
“tentang apa ya?”
“ne..,” dia terlihat sangat malu. “yang kau katakan tentang `Sepertinya aku hamil Kyu!` tadi malam” jelasnya dengan gerakan, yang mirip sekali denganku.
“ah.. oh ya?” aku mulai kebingungan dengan perkataannya itu. Dejavu ini mulai terasa nyata.
“neee.. kau sudah melupakannya begitu sajaa? Aku sediiih” Kyuhyun memakan pancakenya cepat.
“baiklaaahh.. aku ingaat.. jangan makan seperti itu.. nanti kau terse—,“ Kyuhyun tersedak karena ulahnya sendiri. Aku tertawa. “Hahahahahahah!!”
“uhuk! Kau jahat! Jam 10 kita ke dokter pokoknya! Uhuk! Aiiirr”
“ahahahah.. iya baiklah.. ini airnya..” aku berusaha tersenyum. Ini tidak mungkin. Mana mungkin mimpi menjadi kenyataan bukan? Ini pasti hanya kebetulan saja.
“baiklah, kau siap-siap sana.. aku akan membuat janji dengan dokter dulu.. dan menghabiskan pancakemu ini.. uhuk”
“ne.. hahahah.. makannya pelan-pelan saja hun..” aku memeluknya, dan mencium pipinya lembut.
It was that morning, when we hold our hands each other..
Setelah aku selesai mandi, dia ternyata sudah memakai baju polo shirt ungunya. Warna kesukaanku! Dan dia menyiapkan baju polo shirt berwarna ungu satu lagi, itu milikku. Baju yang kita beli pertama kali sebagai orang yang baru berpacaran. Couple Shirt. Semua kenangan indah bersamanya seperti terjalin di setiap benangnya. Senang, sedih, amarah, semua emosi pernah kita lewati bersama baju couple ini. Dan sekarang dia mengeluarkannya lagi. Entah masih cukup atau tidak untukku sekarang. Aku harap iya. Ini moment yang juga harus terjalin di benang ungu itu.
Kami berjalan perlahan di trotoar. Rumah sakitnya tidak jauh dari rumah. Sekalian berolahraga pagi. Kami bergandengan tangan riang, menyanyikan lagu-lagu dalam perjalanan, dan sesekali kejar-kejaran karena ulah evil Kyuhyun.
Akhirnya kami tiba di rumah sakit. Jantungku berdebar kencang. Terlalu kencang, hingga Kyuhyun menggenggam tanganku erat. Sepertinya ia juga gugup. Kami masuk ke dalam ruangan dokter, dan dokter menjalankan beberapa pemeriksaan terhadapku. Kyuhyun hanya bisa berdoa akan impiannya.

“iya dok?” Kyuhyun terperangah tidak percaya.
“benar Kyuhyun-sshi.. istrimu positif, sudah satu bulan” sedetik kemudian Kyuhyun sudah memelukku erat. Aku tak kuasa membendung air mataku ini. Aku menangis dalam pelukannya.
“oh tuhan! Ini sangat.. sangat.. aku tidak tahu mau berkata apa! Rin-ah~ Saranghaee
Aku masih menangis. Tapi ini karena dua hal. Satu, karena aku hamil.. dan satu lagi karena ini seperti mimpi yang terlalu nyata. Terlalu nyata hingga aku merasa seram sendiri.
“kita harus cepat pulang! Umma pasti senang sekali!,” Kyuhyun membungkuk dalam-dalam pada dokter yang menanganiku. “terima kasih dok! Kami permisi dulu!”
Sesaat kemudian, Kyuhyun sudah menarikku keluar dari rumah sakit dengan cepat. Kami berjalan di trotoar dengan riang.. sepanjang jalan kami bergandengan tangan.. bersenandung banyak lagu anak-anak.. dan sesekali aku mengusap perutku.. dia juga ikut mengusap perutku. Dan berikutnya, aku sudah tahu apa yang akan Kyuhyun lakukan.
“Rin-ah! Sebentar! Aku mau kesana dulu!” Kyuhyun hendak berlari keseberang jalan, aku menahan tangannya.
“aku ikut”
“ng.. tapi,” Kyuhyun tidak bisa menang bila sudah melihat wajah memohonku, aku yakin itu. “baiklah” dia akhirnya menggandengku dan menyusuri zebracross yang penuh dengan kerumunan orang. Aku lega, ini tidak akan berakhir seperti mimpiku yang menyeramkan itu.
“Rin-ah, kau mau bunga apa? Lilac?” Kyuhyun mengambil bunga Lilac berwana ungu. Bungaku dengannya. Bunga yang indah.
“ya!” aku mengeluarkan senyumku.
“baiklah, pak, bunga Lilacnya ya!” Kyuhyun sibuk dengan penjaga toko bunga itu. Aku melihat kearah seberang. Berusaha melihat orang yang akan mendorongku nanti. Bila mimpiku itu memang kenyataan.
mati saja kau”
Suara itu!
BRUK!!
Tidak. Ini terulang lagi? Baik mimpi dan kenyataan? Bahkan disaat aku sudah berusaha menghindari tempat itu? Apakah semuanya harus berakhir seperti ini? Aku tidak mau. Namun setidaknya, Kyuhyun tidak melihatku. Aku akan menggantikannya bukan? Ini memang seharusnya menjadi takdir hidupk—
“RIN!!”
Tidak Kyu! Jangan kesini! Jangan! Kumohon!!.
Aku melihat bunga Lilac itu terjatuh lagi.. Bungaku..
It was that morning.. when we separated..

“KYUHYUN!!”
“Rin-ah! Kau bangun juga! Kau tidak apa??” Hyukjae yang kini berada disampingku terlihat suram. Minhyo unni dan Sungbi yang berada tepat dibelakangnya tampak terkejut mendengar teriakan Hyukjae.
“Kyuhyun..” aku melihat kearah suamiku itu berada. Dan mulai menangis lagi. Itu mimpi. Mimpi.. dari kenyataan yang terulang..
“Rin, sudah jangan menangis..” Hyukjae, orang yang sejak dulu mencintaiku.. dia sekarang hanya bisa menyemangatiku.. terima kasih dan maafkan aku oppa..
“unni, ayo makan.. kau tidak makan siang dan malam kemarin.. dan sarapan pagimu juga..” Sungbi mengangkat piring rumah sakit berisi makan siangku. Aku tidak nafsu. Semua mimpi ini membuatku lebih ingin mati saja.
“tadi Appa dan Umma-mu dan Kyuhyun datang kemari.. tapi sudah pulang.. baru saja pulang.. mereka menitipkan kalian pada kami..” Minhyo unni menunjuk ke arah pintu.
“kau mimpi apa? Kau daritadi memanggil namanya..” Sungmin oppa angkat bicara. Dia yang sedang menggendong Hansung dan Donghyo di kedua tangannya berjalan kearahku.
“aku.. memimpikan kejadian itu lagi.. bahkan aku..,” aku berusaha menahan air mataku. “bahkan aku sudah berusaha untuk tidak mengulang kejadian itu.. tapi.. pada akhrinya.. hal ini tetap terjadi pada kami” aku menutup wajahku dengan kedua telapak tanganku yang kini basah karena air mataku yang mulai mengalir kembali.
“Komo jangan menangis.. Komobu pasti akan bangun! Seperti dalam cerita Putri Tidur Aurora.. tapi diganti dengan pangeran.. hehe” Hansung mengatakannya dengan polos. Hansung dan Donghyo sudah hampir berumur dua tahun, tapi anak kecil satu ini lebih tua satu bulan dari Donghyo. Wajahnya mirip dengan Sungmin oppa. Aegyo.
“Putri Salju lebih bagus..” Donghyo mengoreksi ke cerita yang sepertinya lebih ia sukai. Hansung hanya menatapnya. Dua bocah kecil ini memang sukanya berdebat sejak dulu. Walau dulu dengan bahasa mereka sendiri.
“baiklah dua-duanya..” akhirnya aku tersenyum melihat mereka. Masih kecil tapi sudah pintar dan banyak berbicara.. aku harap anakku nanti seperti itu.. ah.. anakku..
“Komo tersenyum! Komo memang cantik bila tersenyum!” Donghyo mirip sekali seperti Appanya, sukanya membuat para perempuan tersanjung. Donghae oppa dan Minhyo hanya bisa tertawa karena perkataan anaknya itu.
“kau pasti belajar dari perkataan mereka dirumah ya?” Sungmin oppa yang sedang menggendong Donghyo menyeletuk.
“ne Komobu! Mereka melakukannya didepanku” Donghyo terlihat bangga, dan membuat seisi ruangan kecuali Kyuhyunku.. tertawa.
Disela-sela Hansung dan Donghyo bercerita dan membuat kamar ini menjadi hidup. Aku mendengar suara. Suara yang membuatku mengepalkan tangan. Itu suaranya. Victoria.
“Kyuhyun!” wanita itu membuka pintu. Seisi ruangan langsung terdiam.
“apa yang kau lakukan disini?” Minhyo unni langsung bertanya sinis padanya.
“memang kenapa? Apa aku tidak boleh menjenguknya?”
“Rin?” Donghae oppa menatapku cemas, Hyukjae dan Sungmin oppa juga. Tapi aku tidak menghiraukannya. Aku menatap wanita itu tajam. Mendengar getar suaranya yang selalu dilemah-lembutkan dihadapan Kyuhyun, dan dihadapan para lelaki. Menyebalkan.
“bukan tidak boleh, kau harusnya tahu diri.” Sungbi kini ikut memojokkan Victoria.
“apa sebenarnya mau kalian? Aku ini temannya! Biarkan aku menjenguknya!”
Aku memang malas memperhatikannya. Tapi apa daya. Dia didepanku dan sedang dihalangi oleh Minhyo dan Sungbi serta dua bocah kecil, Hansung dan Donghyo. Mungkin bagi mereka berdua, Victoria ini seperti ibu tiri penyihir yang memberi Putri Tidur Aurora tusukkan jarum, dan Putri Salju sebuah apel beracun. Mereka memanggilnya penyihir sejak Victoria masuk ruanganku dan Kyuhyun ini.
“kau boleh menjenguknya. Tapi jangan menyentuhnya.” Aku akhirnya angkat bicara.
“terserah aku dong, ini tubuhku, dan itu tubuhnya.”
“dan dia suamiku.” Aku membalasnya dengan nada datar. Dan wanita itu terdiam.
“baiklah terserah kau! Nyonya Cho!”
“memang.”
Wanita itu menghampiri suamiku yang terbaring di ranjang sebelahku, dekat jendela. Kami semua memperhatikan gerak-geriknya. Minhyo dan Sungbi berpura-pura melihat ke jendela. Donghyo dan Hansung bermain berputar-putar didekat pintu. Donghae dan Sungmin berdiri sedikit jauh dari ranjang Kyuhyun, dan Hyukjae, tetap berada disampingku.
Aku menguap, aku mengantuk kembali, mataku sempat terpejam sebentar. Tapi aku tidak boleh tidur! Wanita ini masih berada disini. Aku membuka mata. Dan yang terlihat adalah dia. Wanita itu. Berusaha menyentuhnya. Berusaha menyentuh pipi suamiku. Yang bahkan belum aku sentuh sama sekali sejak kejadian itu menimpa kami.
PLAKK!!
“Rin!” terdengar suara Hyukjae yang terkejut.
“jangan berani-berani menyentuhnya.” Ya, itu aku. Aku yang menamparnya.
“kau.. kau.. mati sajalah kau!! Dasar wanita biadab!!” wanita itu berlari keluar ruangan dengan memegang pipinya yang merah dan meninggalkan kami semua, kecuali aku dan Kyuhyun, terkejut akan perkataannya.
“Rin!!” semua orang memanggil namaku. Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa. Gerakan ini adalah spontanitasku untuk melindunginya.. gerakan berdasarkan hatiku.. yang teringat adalah kata-kata itu.. dan aku tidak bisa melihat apapun setelahnya.

-ccc-

“Nyonya? Nyonya Cho?”
“dokter?” aku berusaha melihat wajah dokter itu. Dia mengerutkan dahinya dalam-dalam.
“Nyonya, tolong jangan berbuat sembrono seperti itu lagi. Kandungan anda melemah.. anda harus banyak istirahat dan makan.. tolong perhatikan itu,” dia berhenti sebentar dan melihat kearah teman-temanku. “tolong jangan biarkan dia berbuat sembrono lagi, terima kasih dan permisi, saya harus memeriksa pasien lain”
Dokter itu pergi. Sudah kesekian kalinya aku melihat dokter mengerutkan dahinya padaku.
“Rin! kau keren sekali! Tapi jangan lakukan itu lagi!” Minhyo unni menggenggam tanganku erat.
“ne unni! Dengarkanlah perkataan dokter!” Sungbi menggenggam tanganku yang lainnya.
“ne.. baiklah.. tapi tolong lepaskan.. sakit..” aku hanya bisa meringis kesakitan.
“oh, mianhae!” mereka serempak melepas genggaman mereka.
“jam berapa ini?”
“sudah mau jam 7 malam.. kenapa?” Hyukjae memperhatikan jam di iPhonenya. Dia berdiri disebelah Donghae oppa, di dekat jendela.
“dia masih belum bangun?” aku menoleh kearah Kyuhyun yang terbaring diam.
“belum..” Sungmin oppa menjawab dengan nada sedih.
“opaa mianhae..”
“mwo? Mianhae? Untuk apa?”
“aku membuatnya seperti itu..”
“mwo? Tidak.. ini bukan salahmu.. ini memang keinginannya bukan? Untuk melindungimu.. kalau sampai dia tidak melindungimu, aku sudah pasti akan menghajarnya sampai dia masuk rumah sakit bersamamu juga..” Sungmin oppa tersenyum manis.
“ahahah.. ne.. oh iya.. sudah mau jam 7 malam kan.. apa kalian tidak pulang? Donghyo dan Hansung pasti ingin tidur dikamar mereka.. mereka sudah tidur pulas..”
“ne.. tapi apa kau tidak apa sendirian?” Donghae oppa bertanya penuh kelembutan.
“aku tidak sendirian.. ada Kyuhyun disini..”
“aku akan menemanimu” Hyukjae berjalan kearahku dengan muka cemas. Sepertinya ia masih syok karena aku pingsan tadi.
“tidak, tidak usah..” aku memberikan senyumku padanya, berharap dia bisa sedikit tenang kembali.
“baiklah.. kalau begitu kami pulang..,” Hyukjae menggenggam tanganku erat. “kami doakan kalian cepat sembuh..”
“hwaiting Rin.. goodnight..” Minhyo unni keluar ruangan dengan Donghae oppa yang menggendong Donghyo.
“unni, hwaiting! Besok aku bawakan makanan kesukaanmu!” Sungbi tersenyum dan berjalan keluar diikuti Sungmin yang menggendong Hansung erat.
“dah Rin..” Hyukjae yang terakhir keluar, dan menutup pintu.

Kini aku sendiri lagi. Tidak. Ada Kyuhyun disini. Aku tidak sendiri. Sungmin oppa belum memindahkan kursinya dari sebelah ranjang Kyuhyun. Aku akan berusaha kesana.. ayolah kakiku, kau pasti bisa! Kau tadi bisa! Sekarang kau harus bisa melakukannya lagi!
“Rin..”
Aku terperanjat. Suara itu. Suara.. suaranya.. Kyuhyun.. suara Kyuhyun.. itu suaranya!!
“Kyuhyun!” aku terjatuh dari kasurku dan berusaha bangkit dengan tenaga yang aku kumpulkan pada kaki-kakiku yang mendapat banyak luka ini.
“Rin.. kau tidak apa?”
“Kyu..” aku berhasil! Aku berhasil duduk di kursi yang Sungmin oppa gunakan tadi. Terima kasih Sungmin oppa. Sangat, sangat terima kasih.
“Rin..” suaranya sangat lemah. Matanya terlihat terbuka dengan sekuat tenaga.
“Kyu.. Kyuhyunnie.. hun.. sayangku..” aku memanggilnya dengan semua panggilan yang ada dikepalaku.
“kau.. tidak apa..?”
“aku.. aku baik-baik saja..” aku menahan air mataku.
“syukurlah.. bagaimana dengannya..?” dia tersenyum lega. Melihat senyumnya itu, air mataku sudah tidak bisa menahan dirinya sendiri. Mereka mengalir melewati pipiku.
“dia tidak apa..” aku menundukkan kepalaku, dan mulai menangis.
“apa yang kau tangiskan? Semua baik-baik saja.. jangan menangis.. kau tidak cantik saat menangis..” dia berusaha menghiburku. Padahal dirinya sendiri tidak baik-baik saja.
“aku.. aku menangis karena akhirnya kau bangun..,” tangannya yang gemetar menyusuri pipiku yang basah. Aku menggenggam tangan itu lembut. “sudah tiga hari.. dan aku sudah merasa hampa tanpamu..”
“tiga hari? Lama sekali ya.. itu pengalaman kematianku yang kedua..,” dia berhenti dan menghapus air mataku. “aku bahagia bila harus mati karenamu..”
“ja—“
“tapi aku lebih bahagia karena bisa bersamamu lagi..,” dia berhasil membuatku terdiam. “aku ingin menciummu.. tapi sepertinya keadaan kita tidak memungkinkannya ya.. hahahah..”
“hahahah.. kalau begitu kita harus cepat sembuh dan keluar dari sini.. Hyuri pasti ingin kita cepat sembuh juga..”
“Hyuri? Kau sudah memberinya nama? Perempuan ya?”
“ne.. Kyuni kalau laki-laki.. bagaimana menurutmu?”
“sangat indah..”
ne.. kau sebaiknya tidur lagi..” aku tersenyum padanya.
“kau yang harus tidur.. aku sudah tidur.. baru saja bangun, ‘kan?” dia memperlihatkan senyum evilnya yang sudah tiga hari tidak terlihat. Aku merindukan senyum itu.
“baiklah.. aku akan tidur..” aku memejamkan mataku. Dia menyanyikan sebuah lagu. Lagu anak-anak.. lagu pengantar tidur.
“jangan mengintip.. tidurlah..” ah, dia tahu aku mengintip.. dasar peka.
“ne.. goodnight.. hun” aku harap ini bukan mimpi. Dia yang sekarang membelai lembut rambutku, dan menyanyikan lagu untukku. Sekali lagi aku harap ini kenyataan. Bukan mimpi.

-ccc-

“KYUHYUN!!” setiap terbangun, itulah nama yang selalu kusebut.
“ne… pagi Rin.. kau berteriak keras sekali..” Kyuhyunku, suamiku, masih terbaring lemah di ranjangnya, menyapaku dengan tawa kecil.
“tadi malam bukan mimpi? Kau sudah bangun? Benarkah?” aku mencoba menepuk-nepuk wajahku.
“ne.. aku sudah bangun.. dan tadi malam aku menyanyikan lagu tidur untukmu dan Hyuri-Kyuni..”
“ah.. iya..” mungkin sekarang mukaku merah padam.. aku ingin melihatnya dicermin.
“karena kau sudah bangun.. aku akan tidur..”
“kau belum tidur? Kenapa tidak tidur saat aku tidur juga?”
“aku ingin melihat wajahmu dalam ketenangan..,” Alasannya ini membunuhku. “sangat.. sangat.. cantik..” dan dia tertidur dengan pulas.
“kau.. dasar..” aku menggenggam tangannya erat. Berusaha membelai pipinya dengan tanganku yang juga tidak terlalu bertenaga. Aku lapar. Aku ingin makan. Aku butuh energi agar bisa menyentuhnya.. meraih pipinya. Aku mau sarapanku.

Kejadian kemarin.. saat wanita itu datang kemari.. aku tahu suara itu.. sama persis seperti saat itu.. mungkinkah dia? Tapi aku tidak suka asal menuduh tanpa bukti yang jelas.. aku harus mempunyai bukti yang benar-benar memojokkannya.. mungkin Kyu tahu sesuatu. Aku akan menanyakannya kalau dia sudah lebih baik. Aku juga akan memulihkan kesehatanku. Aku ingin makan. Sekarang.
“pagiii” Minhyo unni masuk ruanganku dengan Sungbi yang membawa kotak makan tumpuk empat.
“ne.. pagi..” aku tersenyum. Mereka sangat cerah sekali. Namun hari ini mereka sepertinya hanya datang berdua.
“oh! Apa yang kau lakukan disana? Harusnya kau istirahatkan tubuhmu di ranjangmu sendiri Rin.. jangan duduk seperti itu” Minhyo unni menepuk-nepuk pundakku.
“tadi malam dia bangun..” satu kalimat itu membuat Sungbi hampir menjatuhkan kotak makanannya. Minhyo unni dan Sungbi masih dengan wajah kaget campur bahagianya langsung mengetik di iPhonenya masing-masing dengan cepat. Sepertinya mereka memberitahu suami mereka. Pasti Sungmin oppa senang sekali.
“benarkah? Benarkah itu? Kau serius? Dia bangun? Kapan? Jam berapa?” mereka bertanya bersamaan terlalu banyak.
“tadi malam.. beberapa saat setelah kalian pergi.. dan dia baru saja tertidur lagi..” aku mengecup lembut punggung tangan Kyuhyun. Selang infus ini mengangguku.
“ya ampun! Syukurlaahh” Minhyo unni bertepuk tangan riang.
“Sungbi, apa itu makanan?” aku memperhatikan kotak makan tumpuk empat itu.
“ne! aku bawakan kau sarapan pagi. Dokter memperbolehkanku membuatkannya untukmu”
“berikan padaku, aku lapar. Kronis.” Aku meraih kotak makan itu dan membukanya. Ada buah, lauk, nasi, dan.. banyak sekali sayur. “ah, aku tidak mau sayur-sayur inii”
“kau harus memakannya unni, sayur itu menyehatkan!” Sungbi menyemangatiku agar mau memakan sayur-mayur nan hijau ini.
“tapi bantu aku..” aku menatap mereka penuh mohon. Sungguh, aku tidak sanggup memakan sayur sebanyak ini. Ini terlalu banyak!
“hahahah.. baiklah unni, aku akan membantumu.. sebenarnya itu untuk kita bertiga. Mana mungkin kau menghabiskan semuanya.. hahahaha” Sungbi tertawa melihatku. Aku juga baru tersadar, makanan yang ia bawa memang banyak sekali. Mana mungkin aku menghabiskan semuanya. Bodohnya aku. Dan sekarang aku jadi ikut tertawa bersama Sungbi dan Minhyo unni.

Aku, Sungbi, dan Minhyo unni memakan sarapan pagi —yang ternyata empat sehat lima sempurna yang dibawa oleh Sungbi. Ternyata Sungbi membawa termos berisi susu cair dingin juga, jadi sempurnalah sarapan pagi kita bertiga. Rasa dinginnya benar-benar mengingatkanku saat aku dan Minhyo unni yang sering menginap di rumah Sungbi dulu saat masih SMA-kuliah. Kita berkumpul disini malah seperti sedang bernostalgia. Sudah lama kita tidak berbincang-bincang seperti ini sejak Sungbi menikah, bukan, saat Minhyo unni melahirkan. Tapi saat terakhir aku bertemu dengan mereka adalah saat pernikahanku dengan Kyuhyun pada bulan Desember awal, hampir empat bulan yang lalu.
“Kyuhyun sudah bangun??” suara itu berasal dari arah pintu. Kami bertiga melihat secara bersamaan. Itu Sungmin oppa.
“ne sayang, Kyuhyun oppa sudah bangun katanya Rin unni” Sungbi membuka lebar tangannya untuk memeluk Hansung yang berlari kearahnya.
“umma~ tadi appa ngebut loo.. kencang sekalii~ ngeeng~” Hansung memainkan mobil-mobil-an yang dia bawa.
“kau jangan menirunya ya sayang..” Sungbi mencubit hidung Hansung. Sepertinya menyenangkan sekali ya.. aku ingin cepat-cepat menggendong milikku sendiri..
“oppa, kau tidak melihat suamiku?” Minhyo unni menengok keluar pintu dan terlihat sedang mencari dimana Donghae oppa berada diluar sana.
“ne.. tadi aku melihat mobilnya di lampu merah dekat sini.. mungkin dia sekarang sudah berada di parkiran?”
“ah itu dia! ikaaaann” Minhyo unni tidak terlihat lagi. Sepertinya dia berlari kearah Donghae oppa. Sudah lama aku tidak mendegar kata Ikan dari Minhyo unni.
“kalian ini.. selalu berisik..”
Keheningan terjadi.
“biarkan aku tidur.. aku ingin memeluk putriku, setidaknya dalam mimpi..” Kyuhyun bersuara pelan. Tapi suaranya itu membuat kami yang berada di dalam kamar ini yang awalnya gaduh menjadi diam seribu bahasa.
“KYU!!” Sungmin langsung berlari menghampiri dongsaengnya itu. “kau bangun juga!”
“ne hyung.. tolong.. biarkan aku tidur sekarang..” Kyuhyun menampakkan evil starenya.
“baiklah-baiklah.. Kyu, kalau kau membutuhkan sesuatu, hyung ada disini!”
“ne.. ne.. selamat tidur..”
“Kyu-yah! Kau sudah bangun??” Donghae oppa masuk keruangan dengan teriakan yang luar biasa.
“hyung, diamlah” Kyuhyun hampir bisa berteriak.
“oh.. ne.. maaf,” Donghae oppa tiba-tiba membungkam mulutnya sendiri, dan membungkuk dalam-dalam. “Ririn, sebaiknya kau berada disampingnya.. dia jahat sekalii..” Donghae oppa memeluk Minhyo unni yang baru sajak masuk bersama Donghyo.
“ne.. hehe..” aku berusaha bangkit dari sofa tempat aku, Sungbi, dan Minhyo unni sarapan dan berbincang-bincang tadi. Aku sudah bisa mengumpulkan energi untuk berjalan, tapi jalanku masih terhuyung-huyung. Sungmin oppa memapahku.
“terima kasih..” aku tersenyum padanya, Sungmin oppa membalas senyumku. Sudah sejak lama dia dipanggil Aegyo King. Sampai sekarang, aegyonya itu masih ada saja.
Aku duduk dikursi yang tadi malam aku duduki. Aku menggengam tangannya erat dan mengusap pipinya lembut. Pipinya sudah tidak terlalu empuk. Ah, aku mempunyai tekad baru. Keluar dari sini, aku akan membuat pipinya empuk seperti sediakala. Dan aku akan memakannya lagi nanti. Aku tertawa kecil akan ideku sendiri. Dia yang sudah terbangun memberiku secercah harapan untuk terus hidup kembali. Terus hidup bersamanya.
“dia sudah tertidur kembali..” aku masih menggenggam erat tangannya. Dia membalas genggamanku. Hangat. “bisa tolong beritahukan dokter bahwa dia sudah sadar? Aku belum memberitahu siapapun”
“oh? Mwo? Kau belum? Kalau begitu aku akan segera memberitahu dokter!” Sungmin oppa terlihat sangat enerjik, dan berlari keluar ruangan. Dia benar-benar menyayangi dongsaengnya ini ya..

Dokter datang bersama Sungmin oppa. Dia melihat Kyuhyun yang bernafas dengan tenang. Dia meminta kami agar memanggilnya kembali bila Kyuhyun terjaga kembali, agar dia bisa memeriksa Kyuhyun. Aku bernafas lega karena dokter berkata bahwa Kyuhyun bisa segera kembali pulih dengan cepat. Dengan keluarga dan support sebesar ini, dokter yakin Kyuhyun bisa cepat sembuh. Dokter yang menangani kami itu pun akhirnya keluar dengan senyuman. Kami semua ikut tersenyum karena perkataannya. Dan berjanji akan terus mendukung Kyuhyun agar cepat sembuh.

-ccc-

Sudah hampir dua minggu kami, aku dan Kyuhyun, berada di rumah sakit. Kyuhyun sudah mulai membaik. Dia sudah bisa duduk diranjangnya, dan bisa menertawaiku sampai terbahak-bahak. Aku sudah bisa berjalan-jalan dengan kakiku sendiri sekarang, dan merawatnya. Sebenarnya sejak tiga hari yang lalu aku sudah diperbolehkan keluar dari rumah sakit, karena lukaku memang tidak separah Kyuhyun. Hanya saja aku tetap harus menjaga kandunganku agar tetap sehat.
Minhyo unni dan keluarganya makin jarang datang menjenguk, alasannya sih, karena untuk membiarkanku agar bisa bersama dengan Kyuhyun saja. Hyukjae juga jarang datang, dia sibuk dengan pekerjaannya. Jongwoon, Siwon, Ryeowook, dan Jungsoo oppa juga akhir-akhir ini datang menjenguk saat siang. Sedangkan Sungbi dan keluarganya malah tambah sering mengunjungiku dan Kyuhyun. Sungmin juga ingin merawat Kyuhyun katanya. Aku saingan dengannya lagi sekarang. Hahah. Jadi ingat semasa aku berpacaran dengan Kyuhyun, aku selalu cemburu bila dia sudah bersama hyungnya yang satu itu. Mereka terlalu dekat! Aku ingin menculik Kyuhyun bila mereka sudah bersama.
“Kyu-yah,” aku meminta Sungbi menahan Sungmin oppa agar tidak mendekat. Aku ingin berbicara dengan Kyuhyun. Ini saatnya membicarakan itu. Ini pembicaraan serius. “boleh aku tau.. kenapa kau meminta maaf waktu itu?” aku melihat Kyuhyun tertegun. Dia terlihat bingung, dan mencoba memutar kembali ingatannya tentang hari itu.
“ng.. mianhae itu ya?”
“ne..”
“ah itu.. aku.. aku meminta maaf padamu.. karena tidak bisa menjagamu.. darinya..” Kyuhyun menatap keluar jendela. Dahinya berkerut dalam.
“darinya? Siapa yang kau maksud?”
“sebenarnya aku sudah ingin mengatakannya padamu.. tapi aku selalu lupa begitu melihatmu tersenyum.” Dia masih sempat saja membuatku memerah. Dasar cowok yang paling kucintai ini. Selalu bisa membuatku seperti kepiting rebus. Dia menertawaiku lagi.
“nee.. jangan berbelit-belit Kyuhyun-ah! Katakan langsung!” meski aku berkata seperti itu, dia tetap tertawa. Aku tahu. Aku pasti tidak bisa menyembunyikan merahnya wajahku ini.
“ne.. heheheh.. jadi sebenarnya waktu itu aku melihatnya.. dia yang mendorongmu.. dia.. wanita itu..”
“Victoria”
“kau.. kau tau?” Kyuhyun terkejut. Sangat terkejut.
“aku mengenali suaranya.. apalagi saat dia menjengukmu waktu itu.. aku makin yakin bahwa itu dia..”
“dia menjengukku? Untung saja aku belum sadar waktu itu. Kalau tidak aku sudah.. sudah.. tapi dia wanita ya. Cih”
“kau pasti ingin menghajarnya ya? Biar aku saja kalau urusan itu.. aku sudah menamparnya kemarin” aku tersenyum penuh kemenangan.
“benarkah? Kau memang belahan jiwaku! Ah.. aku ingin melihatmu menamparnya lagi..”
“aku rasa.. dia benar-benar berniat membunuhku..”
“dia sudah keterlaluan.. aku benar-benar akan melaporkannya pada pihak yang berwajib”
“kita tidak punya bukti apa-apa Kyuhyunnie..”
“menurutmu, apa gunanya kamera CCTV di jalan raya?” dia tersenyum. Aku pun ikut tersenyum. Senyum kami berdua mengembang. Duo Evil Smirk. Sudah lama aku dan Kyuhyun tidak melakukannya. Hansung tidak pernah melihat senyum ini. Dia terlihat bersembunyi dibelakang Sungmin oppa.
“apa yang kalian rencanakan haa.. jangan menampakkan senyum penuh maksud tersembunyi yang menyeramkan itu didepan anakku” Sungmin oppa mengusap kepala Hansung.
“Komo dan Komobu memang cocok ya Appa..” Hansung mencoba mengintip.
“sekarang kau tahu kenapa mereka bisa sangat cocok kan nak” Sungbi bersimpuh di sebelah Hansung dan menepuk kepala Hansung pelan.
“ne Umma..”
“mianhae Hansungie” aku dan Kyuhyun tersenyum manis kearahnya. Dia kembali keluar dari persembunyiannya dibalik Sungmin oppa dan membalas senyum kami. Dia memang sangat manis. Semoga anakku kelak mempunyai senyum semanis Appanya yang sedang duduk diranjang ini.
“berapa lama lagi aku bisa keluar ya..”
“sebentar lagi kok.. tapi mungkin kau harus memakai wheelchair dulu sayang..”
“ne.. tidak apa, aku bosan disini terus.. aku juga ingin mencari informasi dari kamera CCTV di jalan raya itu..”
“biar aku saja, aku pasti akan mendapatkannya..” aku senang sekali. Aku akhirnya bisa memojokkannya. Wanita malapetaka kehidupan kami itu.
“aku akan meminta tolong teman-temanku diluar sana juga”
“sebenarnya apa yang kalian rencanakan?” Sungmin oppa terdengar sedikit kesal.
“rencana kami..” aku dan Kyuhyun berkata serempak.
“memojokkannya” lanjutku.
“menangkapnya” Kyuhyun menyunggingkan senyumnya. Sungmin oppa terlihat bingung. Dia memang tidak mengerti siapa yang kami maksud.
“menangkapnya? Sayang, kau serius?”
“ne, kenapa tidak?”
“tidak.. aku rasa itu terlalu.. berlebihan..”
“apa maksudmu? Kau melembut padanya? Kau hampir terbunuh karenanya, Rin!”
“ne.. tapi..” aku melihat kondisi Kyuhyun didepanku. Bahkan sebenarnya dialah yang hampir terbunuh. Bila mengingat kata-kata wanita itu.. memang benar, dia memang berniat membunuhku. Mungkin Kyu memang benar.. dia harus ditangkap atas perbuatannya. Tapi..
“sayang, kita harus memberinya ganjaran yang setimpal! Jangan melembut padanya!” Kyuhyun menggenggam tanganku erat. Sedikit menyakitkan.
“ne baiklah..” aku tersenyum masam. Kalau sampai masuk penjara, rasanya kasihan sekali..
“ne ne.. kemarilah”
“mwo?” aku mendekatkan diriku pada Kyuhyun. Dan tiba-tiba dia mencium keningku.
“tersenyumlah yang benar” dia mencubit pipiku lembut, aku akhirnya tersenyum manis untuknya. Dia ikut tersenyum.
“hentikan, kalian jangan bermesraan didepan Hansung kecilku” Sungbi ternyata sedang menutup mata Hansung.
“tapi Umma, kalian berdua selalu melakukannya didepanku..” Hansung mencoba melepas tangan ummanya itu dari matanya.
“hahahahahah.. anak kecil memang tidak bisa berbohong” aku tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan polos dari mulut Hansung. Sungmin oppa dan Sungbi hanya bisa mencubit pipi Hansung.
“Kyuhyun-sshi,” seorang suster masuk kedalam kamar kami. “hasil pemeriksaan anda sudah keluar..”
“bagaimana hasilnya?” aku berdiri dan mendapati dokterku dan Kyuhyun sedang berada dibelakang suster tersebut, membawa sebuah papan berisi kertas hasil pemeriksaan.
“dari hasil pemeriksaan yang terakhir, keadaan Kyuhyun-sshi sudah mulai membaik,” dokter berhenti dan membaca kertasnya. “ dua hari lagi Kyuhyun-sshi sudah boleh pulang ke rumah”
“benarkah? Kyu-yah~” aku memeluk Kyuhyun yang juga sedang tersenyum riang.
“tapi anda harus tetap menjaga kesehatan anda dirumah. Baiklah, permisi dulu, saya harus memeriksa pasien lain” Dokter dan suster itu pergi setelah memberitahu kabar gembira itu.
“yea~~ aku akan tidur dirumah lagi~ bersamamu~” Kyuhyun tertawa riang. Aku memukul pundaknya.
“ingat Kyu, dia sudah mengandung,” Sungmin oppa menepuk pundaknya. “dan kau masih sakit” Kyuhyun dan Sungmin oppa tertawa bersama. Aku hanya bisa terperangah malu. Para lelaki ini, ingatlah ada Hansung disini!!
“ne.. ne.. Minnie, sudah mau jam 9, kau harus berangkat kerja sekarang.” Sungbi menarik Sungmin menjauhi Kyuhyun.
“yah.. baiklah, Kyu, hwaiting!” Sungmin menggendong Hansung dan berjalan keluar diikuti Sungbi.
“ah ya, unni, itu aku bawakan makanan dari rumahku, kami pergi dulu, selamat pagi” Sungbi melambaikan tangannya dan keluar dari ruangan kami.
“selama pagi! Nah, baiklah sayang, kau harus lebih sehat dari hari ini! Ayo makan sarapanmu!” aku mengambil piring sarapan paginya dan mulai menyuapinya. Hari yang indah.

-ccc-

“Yaa!! Hari ini aku keluar!” Kyuhyun membangunkanku dengan suara riangnya.
“Kyu-yah, kau berisik sekali haa..” aku masih setengah bangun dan memukul lengannya. Ah, iya, hari ini dia boleh pulang. Kemarin dia juga sudah sangat berisik. Hari ini dia lebih berisik lagi. Senang sekali melihatnya sudah berisik tidak jelas seperti ini.
“hari ini aku boleh pulang Rin! kau tidak senang haa?” dia memanyunkan bibirnya. Baiklah, aku bangun. Kau terlalu lucu.
“nee.. tapi aku baru tidur jam 2.. kau pun jugaa..” aku mengucek mataku. Jam baru menunjukkan angka 6. Dia sudah berisik sekali.
“pokoknya hari ini aku pulaang” dia terlihat seperti anak kecil. Dia bergerak sangat banyak, padahal dia hanya terduduk diranjangnya.
“pagiiiiiii” ah, suara ribut temannya Kyuhyun datang. Sungmin oppa. Dia datang sendiri.
“Hyung!” Kyuhyun bertepuk tangan riang.
“hari ini kau pulang~” Sungmin oppa ikut bertepuk tangan bersama Kyuhyun.
“kalian..” aku akhirnya pergi dari kursiku dan tiduran di sofa. Mereka selalu berisik dari kemarin. Kemarin lebih berisik lagi karena Donghae oppa ikutan berisik bersama mereka. Yah, sebenarnya aku juga ikut berisik kemarin bersama mereka.. hahaha.
“tapi aku belum bisa berjalan hyung, aku pakai wheelchair beneran ya?” aku tidak bisa tidur lagi, dan akhirnya tetap memperhatikan mereka walau sedang tiduran. Badanku lelah karena tadi malam aku bersama Kyuhyun mencoba meminta tolong teman-teman yang lain untuk mencari rekaman CCTV waktu itu. Kami menelpon semua kenalan dekat kami, dan terutama yang berprofesi sebagai polisi. Dan kami mendapatkannya. Aku sangat senang, senyumku terus mengembang tadi malam, banyak sekali rencanakku untuk memojokkan wanita itu dikepalaku.
“ne! dengan begitu Ririn akan terus berada disampingmu!”
“oh! Iya juga!” mereka ini, para oppa babo kronis tingkat dewa.
“kalau kau di wheelchair terus, kau tidak akan bisa memelukku” aku menambahkan. Kata-kata itu keluar begitu saja.
“mwo?? Kalau begitu aku harus bisa cepat berjalan!” Kyuhyun ini, babonya lucu sekali.
Mereka masih berisik dengan percakapan mereka sendiri, tiba-tiba dokter masuk diikuti Suster yang membawa wheelchair. Kyuhyun terlihat senang sekali melihat wheelchairnya. Warnanya biru tua. Mungkin bukan karena itu juga ya dia senang, mungkin karena akhirnya dia bisa pulang.
“warnanya biruu!” ah, ternyata memang karena warnanya.
“Kyuhyun-sshi, selamat, kau sudah boleh pulang hari ini,” dokter menjabat tangan Kyuhyun. “tapi jangan lupa, kau juga ada intensif belajar berjalan mulai minggu depan”
“ne dokter, aku pasti akan datang terus! Aku ingin cepat berdiri dan berjalan lagi”
“itu semangat yang bagus, kau pasti bisa pulih lebih cepat” dokter tersenyum pada suamiku sambil menepuk punggung tangannya.
“aku pulaaang!,” Kyuhyun mengangkat tangannya tinggi-tinggi. “hyung, bantu aku ke wheelchair biru ituu”
“ne nee..” sungmin oppa membantu Kyuhyunku duduk di kursi rodanya yang berwarna biru itu. Ah, kenapa tidak ungu saja sih.
“hati-hati dijalan pulang” dokter tersenyum kembali dan keluar bersama suster.
“terima kasih dok!” Kyuhyun super senang. Dia berteriak kencang sekali. Aku yang sudah berdiri disampingnya sampai menutup telingaku.
“Riiin!” itu pasti Minhyo unni.
“Rin! Kyuhyun oppa! Selamat keluar dari rumah sakiit!” Minhyo yang berlari masuk langsung mengguncangkan-guncangkan tubuhku sampai aku merasa pusing.
“unni.. hentikan.. pusing tahu.. mana Donghae oppa? Dan Donghyo kecil?”
“Donghae sedang mengurus Donghyo dirumah.. hehe.. mana Sungbi?” Minhyo unni menggaruk tengkuknya yang tertutupi rambut coklatnya.
“Sungbi masih dirumah, nanti dia langsung ke rumah Ririn” Sungmin oppa menjawabnya, membuatku mengerti juga kenapa Sungbi tidak datang kesini.
“kalau begitu pas, Donghae tadi memang langsung aku suruh ke rumah Rin juga! Rin, kau satu mobil denganku, dan Kyuhyun oppa dengan Sungmin oppa saja.” Minhyo unni menggandeng tanganku.
“tidaaak.. aku tidak mau berpisah dengannya” Kyuhyun memeluk pinggangku. Geli sekali rasanya. Sudah berapa lama dia tidak melakukannya.
“ah, Cuma sebentar, Kyuhyun oppa manja sekali” Minhyo unni menjulurkan lidahnya. Dia mulai berdebat dengan Kyuhyun lagi. Mereka suka sekali berdebat soal diriku, hahaha.
“kalau begitu, dia akan menyetir mobil Sungmin oppa, kau mau?”
“tidak! Tidak boleh! Uh.. Baiklaah.. dia bersamamu Minhyo” Kyuhyun akhirnya melepaskan pelukannya. Kakiku sudah kram berdiri terus sejak daritadi mereka berdebat.

Akhirnya aku mendorong kursi roda Kyuhyun keparkiran didampingi Sungmin oppa dan Minhyo unni. Ternyata Kyuhyun memang berat. Aku baru benar-benar menyadarinya sekarang. Sesampainya di parkiran, Sungmin oppa membantu Kyuhyun masuk ke dalam mobilnya. Aku mengecup keningnya dan membiarkannya pergi duluan. Sekarang aku harus mengambil bukti itu ditemanku, aku akan meminta Minhyo unni mengantar kesana. Kalau dengan Minhyo unni, walau kita berputar kemanapun, pasti nanti sampai dirumah tepat waktu. Dia jagonya ngebut sih. Hahaha.
“ne, Minyho unni, bisa minta tolong antar aku ke suatu tempat? Aku ingin mengambil sesuatu”
“mwo? Baiklah, mukamu serius sekali, apa yang hendak kau ambil?”
“sesuatu yang akan memojokkan wanita itu..”
“wanita itu? Victoria kah? Memang apa yang dia lakukan sampai kau memojokkannya?”
“yah, lihat saja nanti..” aku tersenyum padanya. Minhyo unni tampak lebih bingung lagi. Dia pun akhirnya menginjak pedal gas dan menyusuri jalan raya dengan cepat.

-ccc-

“Selamat Datang Kembali, Kyuhyun dan Ririn!” semuanya serempak meneriakkannya. Rumahku jadi ramai lagi. Semua orang ada disini. Semua teman-temanku dan Kyuhyun. Termasuk Umma dan Appa. Mereka telah menyiapkannya untuk kami. Rasanya senang sekali. Melihat semua tersenyum riang rasanya sungguh menyenangkan. Dan melihat Kyuhyun yang tertawa bersama para oppa yang lain, rasanya seperti tidak pernah terjadi apa-apa kepada kami.
Kami merayakannya sampai sore hampir tiba, hingga Umma dan Appaku dan Kyuhyun serempak meminta kami untuk beristirahat. Kalau mereka sudah serempak begitu, mau tidak mau aku dan Kyuhyun harus menurutinya.
“baiklah, ayo semua harus pulang sekarang.. mereka harus beristirahat” Ahra unni memberitahukan pada semuanya dengan bahasa yang sopan. Semua teman kami itu akhirnya menyetujuinya, dan berbaris menyalami kami untuk mendoakan kesembuhan Kyuhyun dan kesehatan kandunganku. Rasanya mirip sekali seperti resepsi pernikahan.
“Cepat sembuh ya Kyu!”, ”semoga anaknya sehat ya”, banyak sekali ucapan tapi itulah yang sering aku dengar. Rasanya bahagia sekali didoakan orang banyak.
Mereka meninggalkan tempat ini dengan keadaan rapi dan bersih. Kami jadi tidak usah bersih-bersih. Mereka pengertian sekali ya.. coba setiap acara mereka seperti ini, aku pasti akan mengadakan acara terus setiap saat. Hahaha.
Umma dan Appa juga pulang dan meminta kami untuk langsung istirahat. Ahra unni menjabat tanganku sangat lama dan mendoakan keponakannya agar cepat keluar. Ah, masih lama kok..
“Rin-ah, kami juga pulang. Cepat istirahat ya.” Minhyo unni yang sedang menggandeng Donghyo menepuk pundakku.
“Kyu, kau juga langsung tidur, jangan bercanda terus dengan istrimu yang cantik ini” Donghae oppa menepuk-nepuk punggung tangan suamiku.
“nee.. terserah aku dong” suamiku ini malah tertawa lantang. Dasar.
“aku tetap disini boleh ya?” Sungmin oppa muncul dibalik Kyuhyun. Sejak kapan dia disana? Tidak oppa, aku tidak mengijinkanmu tetap disini! Sungbi, katakan sesuatu!
“tidaak.. tidak boleh.. kita pulang” Sungbi menyelamatkanku. Senyum terima kasih tersungging di wajahku.
“ah, pelit,” Sungmin oppa akhirnya ditarik oleh Sungbi. “Kyu, hwaiting!”
“ne hyung! Hwaiting!” apa yang sebenarnya kalian hwaiting kan?
“dah unni, kami pulang, Hansung, ayo ucapkan sampai jumpa juga” Sungbi membiarkan Hansung berlari kearahku. Oh, anak kecil ini harus ditangkap.
“Komo, aku mau adik perempuan” mwo? Anak ini kenapa jadi berkata seperti ini?
“aku juga Komoo” Donghyo ikut-ikutan hyung kecilnya ini. Kyuhyun malah tertawa disebelahku.
“aku bosan bermain dengan Donghyo”
“ne, aku juga bosan bermain dengan Hansung” mereka saling adu pandang lagi. Lucu sekali.
“nee.. doakan saja ya.. masih lama kok, waktu kalian masih banyak untuk berdoa. Hmm.. Namanya Hyuri” aku tersenyum pada mereka berdua. Sebenarnya aku juga ingin Hyuri duluan sih.
“baiklah, Hyuri hwaiting!” Hansung dan Donghyo menyatukan tangan mereka. Ah, mereka bisa satu pendapat juga ternyata. Hahaha.
“baiklah, Komo, Komobu Hansung aegyo junior ini pulang dulu”
“Donghyo juga pulang dulu”
“ne.. sampai jumpa lagi” aku melambaikan tangan pada mereka berdua yang sudah bersama orang tua masing-masing. Mereka semua membalas lambaian tanganku dan pergi pulang. Aku harus menutup pintu rumah sekarang. Tiba-tiba dia menahan tanganku.
“Rin,” jantungku berdegup kencang. Ah mati aku. “kau sudah mendapatkannya?”
“ne.. sudah” ah, aku kira apa.
“ayo kita pastikan..”
“baiklah, sebentar aku kunci pintu dulu” aku berlari kearah pintu dengan cepat dan menguncinya. Sesaat aku melihat sebuah mobil di depan pagar rumahku, tapi mobil itu tiba-tiba melaju kencang. Mobil mereka semua sudah pergi. Jadi mobil siapakah itu? Mencurigakan sekali.
“ne sayang, cepatlah” Kyuhyun sudah berada didepan televisi.
“baik baik..” aku membantunya duduk di sofa dan mengambil CD hasil rekaman.

Kami melihatnya lagi. Tapi dalam sudut pandang berbeda. Aku tetap tidak bisa menahan tangisku. Kalau harus melihatnya berulang kali lagi, rekaman ini lama-lama bisa membunuhku. Kyuhyun memelukku erat. Dia mendekapku dalam pelukannya, tidak membiarkanku melihat kejadian itu lagi. Tangannya bergetar saat melihat rekaman itu. Aku tahu dia juga tidak kuat melihatnya. Tapi dia terlihat sangat tegar. Ketegarannya membuatku makin menangis. Aku sangat beruntung memiliknya. Sangat. Sangat beruntung.
“itu dia. Itu memang dia.” Suaranya mengejutkanku. Suaranya sangat berat dan kasar. Dia terdengar sangat marah.
“itu benar-benar dia?” aku mencoba melihat. Tapi yang kulihat adalah kecelakaan itu lagi. Dan aku terpaku melihatnya.
“jangan dilihat..” Kyuhyun menutup mataku.
“bisa kita sudahi saja?”
“ne.. aku akan mematikannya,” Rekaman itu sudah tidak terdengar lagi. Rumah ini menjadi sepi. Tidak, isak tangisku masih terdengar. “sudah, berhentilah menangis..”
“ng.. sudah malam.. sebaiknya kita cepat tidur..” aku menghapus air mataku dan membantunya duduk di kursi rodanya lagi, lalu mendorongnya masuk ke kamar. Dia masih tetap berat.
“apa aku berat?” dia bertanya dengan senyuman mengembang.
“iya, kau sangat berat”
“heheheh~” dia malah tersenyum riang.
Dia mencoba naik ke kasur sendiri, dan aku hanya menyemangatinya. Dia selalu ingin berusaha sebaik mungkin. Apalagi dia ingin sekali cepat sembuh. Melihatnya berusaha aku jadi senang. Dia sangat lucu kalau sedang berusaha.
“cepat cepaat”
“ne nee..”
Rasanya sudah lama sekali aku tidak tidur bersamanya. Aku baru ingat kalau badannya itu besar sekali. Dia menarikku dalam pelukannya. Dan sesaat kemudian, dia tertidur. Hah? Cuma begitu saja? Tidak seru. Mana hwaitingmu dengan Sungmin oppa? Sebentar, kenapa jadi aku yang mengharapkan hal itu? Sudahlah, aku akan tidur juga.
annyeonghi jumuseyo..” aku membalas pelukannya. Aku bisa mendengar detak jantungnya. Dan badannya sangat hangat. Nafasnya pelan dan teratur. Pelukannya ini terasa sangat nyaman.. aku tidak bisa menahan kantukku lagi. Akhirnya aku pun tertidur.

-ccc-

Pagi ini entah kenapa aku sudah bangun duluan. Dan jarang sekali aku bangun sepagi ini. Aku melihat kearah jam di dinding. Jarum pendek masih belum menunjukkan angka 6, aku juga masih duduk di kasur. Memperhatikannya yang masih tertidur dan bernafas dengan tenang dan konstan. Rasanya aku ingin memainkan pipinya, tapi nanti dia terbangun. Mungkin sebaiknya aku menyiapkan sarapan sekarang, dan membawanya ke kamar.
“annyeong..” dia menahan tanganku dan tersenyum.
“ne.. annyeong..” aku tidak jadi beranjak dari kasur. Senyum paginya sangat manis.
“aku lapar..”
“ini aku baru mau membuatnya..” aku mengelus rambutnya.
“aku mau pancake coklat..” dia terlihat seperti anak kecil, bukan seorang suami.
“ne, baiklah, aku tambahkan es krim coklat juga diatasnya”
“hore! Ayo cepat bikinkan” dia menepuk-nepuk kasur, menyuruhku agar cepat-cepat pergi membuatnya.
“ne ne.. dasar anak kecil” aku keluar kamar, yang terdengar hanyalah tawanya yang benar-benar seperti anak kecil.

Aku hendak membawa pancake coklat dengan es krim yang dia minta ke kamar, tapi ternyata dia sudah ada di meja makan. Dia sedang duduk manis dikursinya, dia pasti mencoba berusaha duduk dikursi sendiri. Manis sekali. Aku memperhatikannya makan, dan sesekali mencuri es krimnya. Entah kenapa rasanya seperti hari-hari biasa. Sungguh damai.
TING TONG
Suara bel rumahku berbunyi. Mengganggu kejahilanku pada suamiku yang seperti anak kecil pagi ini. Aku berlari ke pintu depan dan membukanya. Pikirku itu pasti antara Sungmin oppa, atau Minhyo unni. Tapi ternyata tidak. Orang itu datang.
“annyeong Nyonya Cho” senyumnya yang sok manis itu membuatku muak. Ingin rasanya kubanting pintu ini didepan mukanya.
“apa yang kau inginkan?”
“apa? Aku hanya mau memberikan selamat pada Kyuhyun karena sudah boleh pulang kerumah”
“akan kusampaikan, pulanglah”
“kau jahat sekali, dendam padaku karena waktu itu aku memanggilmu wanita biadab? Kalau begitu maafkan aku”
“tidak, karena aku memang tidak suka akan keberadaanmu”
“oh, ternyata Nyonya Cho jahat sekali ya pada tamunya sendiri” senyum sinisnya itu malah membuatku ingin menamparnya lagi.
“kau tamuku? Kukira pelamar kerja jadi tukang kebun”
“oh, dan tadi kukira kau pembantu disini” dia memandangku rendah. Memang dia lebih tinggi dariku. Tapi itu tidak membuatku menyerah. Memang kenapa kalau aku lebih pendek darinya? Cintaku jauh lebih tinggi untuk Kyuhyun.
“jadi begitu? Kalau begitu pulanglah saja, sikapmu juga tidak sopan, buat apa aku mempunyai tamu sepertimu?”
“siapa Rin? Kyuhyun sepertinya sudah selesai makan, aku menoleh padanya dan melihatnya berhenti di dekat sofa ruang tamu.
“Kyuhyun! Annyeong! Selamat ya sudah boleh pulang kerumah” wanita ini. Kalau aku membawa pisau, akan kutikam tepat dijantungnya sekarang. Ah, aku jadi seram sendiri dengan semua pikiran jahatku ini. Rasanya jadi sama seperti dirinya.
“Victoria,” Kyuhyun mengerutkan dahinya dalam-dalam. “apa yang kau lakukan disini”
“hee.. kau jahat sekali.. aku hanya mau mengucapkan selamat” senyum wanita ini.. benar-benar.. genit setengah mati. Aku sudah mengepalkan tanganku dibalik punggung. Bersiap memukulnya tepat diwajah.
“senyum istriku jauh.. dan sangat lebih manis dari punyamu. Dan lebih tulus.” Kepalan tanganku melunak. Aku ingin memeluknya.
“urgh. Sebenarnya apa yang bagus dari dirinya?? Aku lebih dari dirinya! Kenapa kau tidak memilihku!! Kau mencampakanku begitu saja demi wanita rendah seperti dia!”
Aku terkejut akan perkatannya. Sepertinya dia sudah tidak bisa memendamnya. Dan pengungkapan amarahnya ini tepat seperti salah satu dari rangkaian rencana di kepalaku. Gotcha.
“siapa kau bilang? aku yang mencampakanmu? Kau lebih dulu bermain dengan lelaki lain! Apa yang harus kupertahankan darimu, ha? Tidak ada!”
“tapi.. tapi aku mencintaimu! Kau seharusnya mengetahui itu! Aku memberimu apa saja yang kau inginkan! Aku membelikanmu apa saja!!”
“aku tidak butuh apapun darimu. Aku bahkan tidak menginginkan apapun. Kau yang membelikan dan memberikan semuanya. Yang kubutuhkan hanya cinta dan kasih sayang. Dan aku menemukannya dalam dirinya.” Kyuhyun menunjuk diriku yang berdiri didekat wanita itu yang sekarang sedang bergetar karena amarahnya sendiri ini. Mukaku merah padam. Rasanya sungguh membahagiakan seluruh jiwaku saat mendengar perkataannya itu. Let me fly to heaven now.
“a—apa yang bagus darinya! Dia hanya wanita murahan!!”
BRUKK!!
Punggungku sakit. Aku didorong olehnya. Sakit sekali. Sangat menyakitkan. Punggungku membentur meja. Dia mendorongku tiba-tiba. Sakit. Sakit sekali. Aku tidak bisa menahan sakitnya. Ini sangat menyakitkan. Air mataku mengalir. Ini rasa sakit yang luar biasa. Aku bahkan tidak tahu apakah kandunganku ini akan terpengaruh. Sakit sekali. Wanita ini. Kau akan merasakan balasanku. Balasan terkejam dariku.
“lihat! Begini saja sudah menangis! Kau terlalu banyak cari muka! Dasar wanita hina!!”
PLAKK
Aku terkejut. Sangat terkejut. Kyuhyun berdiri dihadapan wanita itu dengan tegap. Dia berdiri. Dia benar-benar berdiri. Dan sekarang wanita itu mengalirkan air matanya. Dia memegang pipi kirinya, dan mulai berteriak kesakitan.
“jangan pernah memanggilnya wanita hina. Dia tidak lebih hina darimu.”
“kau.. kau berani-beraninya menamparku!! Aku ini seorang model papan atas!! Kau akan kulaporkan pada managerku kalau sampai wajah ini terluka!! Dan itu bisa membuatmu masuk penjara!!” wanita ini sangat berlebihan. Bisa-bisanya dia memikirkan wajahnya daripada kelakuannya.
“kau akan melaporkannya? Aku juga bisa melaporkan kejahatanmu” Kyuhyun mengatakannya dengan muka serius. Benar-benar serius.
“kejahatanku? Apa kejahatanku? Aku ini wanita yang tidak pernah melakukan kejahatan! Aku wanita suci!” suci katanya? Pffth. Bolehkah aku tertawa? Perkataannya benar-benar berlebihan.
“hahahahah! Suci katamu? Kau mau membuatku tertawa? Kau suci? Sejak kapan? Aku pernah mendengar kabar bahwa kau sudah pernah melakukannya saat SMA! Untung saja aku sudah putus denganmu saat mengetahuinya. Benar-benar murahan.”
“apa yang kau tahu tentangku! Kau tidak tahu apa-apa tentangku!”
“itu sebabnya aku putus darimu.” Wanita itu terdiam. Dia masih memegang pipi kirinya dan masih menangis.
“tapi aku memang tidak punya kejahatan apapun!! Kau jangan membual!”
“kau yang mendorongnya di jalan raya waktu itu” Kyuhyun akhirnya membantuku duduk di sofa. Ternyata sofa rumahku ini memang benar-benar empuk. Aku baru menyadarinya sekarang.
“kau hanya ingin memojokkanku!”
“tidak, aku mempunyai suatu bukti kejahatan yang mutlak.” Kyuhyun mengambil remote televisi dan CD player, dan mulai menyalakannya. Rekaman itu terputar dengan suara dan gambar yang jelas. Aku menutup telingaku.
“a—apa itu! Aku tidak tahu itu!” wanita itu terlihat panik. Sangat panik.
“mau aku perlambat? Oh, ada tombol zoom disini.. pasti ada sebuah wajah yang akan terlihat..” Kyuhyun menyunggingkan senyum evilnya dan menekan tombol-tombol yang ada di remote.
“hen..” terlambat. Wajahnya terlihat di rekaman itu. Bukti yang benar-benar mutlak.
“oh, lihat sayang, ada Victoria disana.. apa yang dia lakukan ya? Ayo kita rewind
“HENTIKAN!” wanita itu membuat remote yang tadinya dipegang oleh Kyuhyun terlempar jauh.
“kenapa Victoria? Apakah itu benar-benar dirimu? Wah, kau model papan atas yang terkenal sekali ya”
“kau.. kurang ajar!”
“ne.. bagaimana kalau aku memberinya pada polisi? Pasti kau akan ditahan karena percobaan pembunuhan..,” Kyuhyun mengeluarkan CD yang tadi sedang diputar. “tapi karena sayangku ini sangat baik hati, dia tidak menginginkanmu masuk penjara, baik sekali bukan? Tapi aku ingin sekali kau masuk penjara karena ini. Kau sudah mencelakai istriku tercinta” Kyuhyun memberikan CD itu padaku.
“jangan! Aku mohon jangan! Karirku bisa hancur!” wanita itu jatuh terduduk dan terlihat memohon ampun.
“kalau kau sudah tahu akibatnya, untuk apa kau melakukannya. Sekarang, aku minta kau untuk pergi jauh-jauh dari kehidupan kami. Sangat, sangat jauh..”
“aku..”
“aku akan memberikannya pada Home Productionmu, dan selanjutnya terserah pada mereka” aku akhirnya berbicara. Raut wajah wanita itu sangat terkejut.
“baiklah! Aku akan pergi! Kumohon jangan berikan itu pada Home Productionku! Karirku benar-benar bisa hancur!”
“kami tidak akan menuntutmu di pengadilan, tapi kami akan tetap memberikannya pada Home Productionmu”
“kumohon jangan..”
“walaupun kau meminta maaf seperti apapun, kami akan tetap melakukannya” Kyuhyun berbicara dengan tegas.
oke fine!! Terserah kalian!!” wanita itu berteriak pada kami dan berlari keluar.
“ne.. pergi yang jauh ya” aku melambaikan tanganku padanya. Rasanya kejam memang, tapi dia sudah berusaha membunuhku, dia tentu lebih kejam padaku.

Kyuhyun duduk disampingku dan menyandarkan tubuhnya. Dia terlihat lemas sekali. Pasti berat untuknya melakukan semua itu. Bahkan dia tadi berdiri dan berjalan dari kursi rodanya. Benar-benar mengejutkanku.
“sepertinya aku benar-benar butuh intensif berjalan di rumah sakit.. kakiku sakit sekali sekarang..” Kyuhyun menyandarkan kepalanya di pundakku. “bagaimana punggungmu?”
“ne.. sudah tidak seberapa sakit..” aku mengelus rambutnya. “oh iya Kyu.. tadi kau bilang aku tidak lebih hina dari dia, berarti aku juga hina?” tanyaku polos. Dia tertegun sesaat.
“MWO?? Aniyaaa! Kau sama sekali tidak sama dengannyaa.. kau tidak hina sedikitpun! Kau tidak rendahan dan juga tidak murahan! Kau itu sangat istimewa dan berharga bagikuu” dia mendekapku erat. Aku hampir tidak bisa bernafas. Dia menjelaskan dengan sangat-sangat jelas. Sampai aku ingin tertawa mendengarnya.
“ne.. kalau begitu buktikan” dia berhenti memelukku.
“mwo? Buktikan? Itu buktinya” Kyuhyun menyentuh perutku.
“bukaan.. ini sih sudah pasti.. yang lain”
“ng.. ng..” dia sepertinya memikirkan sesuatu, mukanya memerah.
“ne?”
“pejamkan matamu” aku langsung memejamkan mataku, dan sedetik kemudian dia sudah menciumku lembut. Dan sangat lama. Lama sekali. Bagaimana kalau aku pingsan saja sekalian? Hehehe. Tidak, aku akan menikmatinya. Sudah lama sekali sejak dia terakhir menciumku. Dan ciumannya masih selembut yang dulu. Saranghae.
“sayang,” aku mendorongnya menjauh. “jangan lupa minggu depan kau ada intensif belajar jalan kembali di Rumah sakit”
“ne.. aku ingat kok, saranghae” dia tersenyum dan melanjutkannya kembali.

-ccc-

Aku sudah berada di rumah sakit sekarang, aku sudah puas berjalan-jalan di taman rumah sakit yang luas dan indah ini dan sekarang masih duduk-duduk santai di bangku taman rumah sakit. Hari ini adalah saat aku melahirkannya. Belahan jiwaku. My first child. Dokter memberitahuku bahwa aku kira-kira akan melahirkannya hari ini, antara malam dan dini hari. Aku sangat senang sekali. Sangat-sangat senang. Sudah lama sekali penungguanku akan hari ini. Akhirnya datang juga! Aku masih belum mengetahui dia perempuan atau laki-laki. Aku ingin membuatnya sebagai kejutanku sendiri. Laki-laki atau perempuan sama saja, pastinya dia akan tetap menjadi anakku dan Kyuhyun.
Aku masih mengingat kembali kejadian hari itu, saat Victoria akhirnya dikeluarkan dari Home Productionnya karena CD rekaman yang kami kirimkan pada Home Productionnya itu. Aku membacanya di halaman depan sebuah koran waktu itu, isinya kalau tidak salah, antara “Victoria Song, sang model besar asal China dipecat oleh Home Productionnya!” atau mengundurkan diri ya tulisannya? Ne, aku lupa. Yang jelas, yang terakhir yang membuatku senang adalah tulisan, “Dia terlihat di Incheon International Airport dengan penerbangan ke China.” Dan dia tidak pernah kembali lagi sampai sekarang. Akhirnya dia pergi. Kembali ke asalnya. Hahaha.
Kyuhyun juga selalu mengikuti intensifnya secara rutin dan akhirnya bisa pulih lebih cepat. Dia selalu berada disampingku sampai hari ini. Dia terlihat sangat panik sekarang. Dia berjalan mondar-mandir kesana kemari sambil menutup mukanya dengan kedua tangannya yang besar. Sepertinya dia benar-benar bingung mau berbuat apa.
“Rin-ah! Aku panik!”
“ne, aku tau kau panik” aku tersenyum melihatnya. Dia berlari kearahku.
“kenapa kau tidak panik sayang! Apa kau ternyata sudah pernah??” aku memukul kepalanya pelan.
“ya belumlah Appa babo. Tentu saja ini pertama bagiku. Dan tentu saja aku juga panik sekarang”
“kau sudah banyak meminta yang aneh-aneh, aku jadi bingung nanti seperti apa yang akan muncul” kepanikannya sungguh membuatku ingin tertawa.
Aku jadi teringat saat masa-masa mengidamku dulu. Aku memakan banyak sekali bucket es krim coklat dan strawberry dan Kyuhyun sama sekali tidak kuperbolehkan untuk memintanya walau hanya sedikit. Aku juga meminta banyak makanan yang aneh-aneh.. lalu aku juga meminta boneka beruang putih yang benar-benar paling besar se-Seoul, dan mungkin yang paling susah adalah permintaanku untuk pergi berlibur ke Jeju Island. Dia tidak mengijinkanku naik pesawat kesana, alhasil dia menyetir mobil SUV Hyundai Santa Fe-nya ke pulau itu. Menyenangkan sekali. Aku malah bisa minta dibelikan banyak barang dalam perjalanan kesana. Dia jadinya malah ingin naik pesawat saja. Kekeke. Salah sendiri.
“mana yang lainnya? Kenapa mereka belum datang jugaa”
“katanya masih macet, hari ini hari Sabtu, banyak yang keluar di malam hari seperti ini.. pasti ramai sekali..”
“bahkan Minhyo unni tidak bisa menerobosnya? Pasti macetnya keterlaluan sekali..” aku menggelengkan kepalaku pelan.
“ne, siapa tahu Donghae hyung yang menyetir ‘kan?”
“ah, bisa juga.. lalu Sungmin oppa bagaimana?”
“ne, hyung bilang dia akan sedikit telat karena Ummanya berkunjung ke rumahnya”
“Leeteuk oppa? Yesung, Siwon, Ryeowook oppa? Bahkan Hyukjae?”
“kalau empat orang pertama, mereka tidak bisa datang hari ini, mereka sudah punya acara.. yah, mungkin besok.. kalau Hyukjae,” dia terhenti sebentar. “mungkin nanti dia akan datang, aku tidak tahu lagi”
“begitu..” aku terdiam sesaat. Rasanya ada sesuatu. Dan sekarang benar-benar menyakitkan. Dan basah. Dan menyakitkan. Apa aku berkata menyakitkan dua kali? Baiklah, aku tambah menjadi tiga. Menyakitkan!
“Rin-ah? Kau kenapa? Kenapa kau menangis? Apa perlu kupanggil dokter? Rin-ah? Katakan sesuatu??”
“aku rasa,” aku menggeram kesakitan. “dia akan datang.”
“ng? dia..?” Kyuhyun benar-benar terlihat bingung, dan tertegun sesaat. “M—MWO?? SEKARANG?? Tapi kata dokter antara nanti malam hingga dini hari! Dan ini masih sore!” Kyuhyun menunjuk kearah langit senja yang masih sangat cantik dengan panik.
“hei! Jangan salahkan aku! Urgh! Kalau anakmu ini memang sudah mau keluar, apa yang bisa kulakukan ha!” aku mencengkram bangku rumah sakit kuat-kuat. Ini benar-benar menyakitkan. Aku tidak tahu kalau bisa sesakit ini.
Ingatan saat Sungbi dan Minhyo unni hendak melahirkan waktu itu muncul. Mereka benar-benar terlihat kesakitan. Tapi aku yang melihatnya hanya bisa menerka-nerka seberapa sakitnya proses itu. Dan ternyata ini benar-benar menyakitkan! Sial! Persiapanku sangat kurang! Aku pernah tertimpa kecelakaan dan itu memang sangat menyakitkan. Tapi ternyata melahirkan lebih menyakitkan lagi.
“Rin-ah, bertahanlah! Dokter sudah datang!” Kyuhyun berkali-kali mencium punggung tanganku agar bisa menenangkanku.
“Kyuhyun-sshi, kau ikut masuk atau tidak?” dokter membawa beberapa suster bersamanya untuk membantuku naik ke ranjang dorong.
“a—aku,” kumohon ikutlah bersamaku. “aku pasti akan ikut!” dia menggenggam tanganku lebih erat. Aliran semangat serasa mengalir melalui genggaman kami. Aku pasti bisa melakukannya dan menunjukkan dunia padanya.

Ne, ternyata setelah diperiksa, ternyata tadi memang kontraksi. Dan air ketubanku pecah. Dan katanya aku sudah bukaan lima. Omo. Apa itu. Sepertinya aku pernah membacanya di sebuah situs. Tapi aku lupa. Yang bisa aku ingat setelah kontraksi hebat itu, hanya sebuah poin-poin penting yang pernah aku baca di sebuah situs blog kecil. Katanya harus relax, jangan malah berteriak dan marah, nanti malah sakit. Tapi hey, ini sakit!
Tapi setelah diperiksa tadi, dokter anestesi memberi suntikan epidural. Oh. Betapa leganya. Semua sakit hilang. Kyuhyun memutar semua lagu classic, slow, ballad, dan jazz yang ia punya di iPhonenya. Dan masih menggenggam tanganku erat. Aku selalu mengikuti semuaaa senam kehamilan, aku harap dia keluar dengan lancar.
“ne, Hyuri, ataupun Kyuni.. keluarlah dengan lancar.. jangan mempersulit Ummamu ini ya.. nanti kalau Appa pingsan kan jadi tidak seru” Kyuhyun mengusap perut besarku lembut.
“dasar.. heheheh.. ah ya, aku ingin jalan-jalan.”
“ja—jalan-jalan? Apa maksudmu? Kau sudah seperti ini tapi masih ingin jalan-jalan?”
“ne”
“baiklah.. aku akan tetap menemanimu”
“ne~”
Aku dan Kyuhyun berjalan berdampingan menyusuri lorong rumah sakit. Lorong rumah sakit sangat sepi. Aku ingin berlari-lari di lorong sepi ini, tapi Kyuhyun selalu melarangku. Akhirnya aku hanya bisa melihat ke luar jendela, dan yang terlihat adalah lampu-lampu di jalan raya yang menyala berkedap-kedip dengan indahnya. Aku ingin ke toko buku.
“Kyu-yah sayang, aku ingin ke toko buku”
“tapi.. nanti kalau kau malah melahirkan di jalan bagaimana? Hari sudah malam dan jalanan sedang macet sekali.. bahkan mereka belum ada yang sampai..”
“tapi aku mau ke toko buku, Kyobo sepertinya buka 24jam..”
“tapi aku tidak mau mengantarkanmu ke toko buku”
“Kyu-yah..” aku memperlihatkan wajah memohonku sekali lagi.
“uh, jangan perlihatkan aku wajah itu..” dia mengacak-acak rambutnya sendiri. “baiklah, kita tanya doktermu dulu”
“yeay~” aku berjalan riang disebelah Kyuhyun yang paling kucintai.
Kami tiba di depan pintu dokterku. Ya! Aku akan ke toko buku~ ke toko bu—
“Kyu-yah!”
“apa lagi?”
“dia benar-benar akan keluar”
“ne, kau benar-benar akan keluar dan pergi ke toko buku..”
“bukan!”
“mwo? Apalagi?” Kyuhyun akhirnya melihat wajahku yang mungkin sudah menahan rasa sakit yang benar-benar luar biasa. Aku meremas tangannya.
“DOKTER!” Kyuhyun menggedor pintu ruangan dokter Obgynku itu dengan sangat tergesa-gesa. Dan akhirnya dokterku itu keluar.
“ne, Kyuhyun-sshi? Oh! Apa yang terjadi!” dokterku terlihat panik. Apa jangan-jangan dia dokter baru disini? Jangan panik dok! Anda membuatku tambah panik!
“kita harus membawanya ke ruang bersalin! Sepertinya dia sudah bukaan ke 10!” hah? Ke 10? Banyak sekali! Sebenarnya sampai berapa??
Aku berusaha sekuat mungkin agar bisa tetap menahan rasa sakit ini. Aku terus meremas tangan besar Kyuhyun. Walau aku melihat Kyuhyun yang meringis kesakitan. Tapi aku lebih sakit! Jadi maafkan aku sayang!

Kyuhyun berhasil melewati masa bersalinku tanpa pingsan. Aku salut padanya. Padahal dia sudah sampai menutup matanya dengan telapak tangannya dan mengintip disela-sela jarinya. Dan sesekali dia bersandar lemas di pojokan, tapi tetap merekam apa yang terjadi didalam sana tadi.
Minhyo unni serta Sungbi sekeluarga sudah datang,  juga Hyukjae oppa yang datang belakangan. Mereka melewatkan masa bersalinku. Sayang sekali. Tapi mereka datang membawa banyak hadiah. Makanan semua! Aku memang lapar! Aku butuh energi setelah persalinan itu!
“Komoo.. jadi siapa? Hyuri?” Hansung mengahmpiriku yang sedang memakan cupcake coklat buatan Sungbi.
“ne.. menurutmu?”
“Hyuri, Komo! Hyuri sajaa” Donghyo berhenti berlari disebelah Hansung.
“heheheh..” aku mengelus dua kepala bocah ini bersamaan. “ne, Cho Hyuri” aku tersenyum pada mereka.
“YA!” mereka berdua terlihat senang sekali.
“Hyuri? Kau melahirkan anak perempuan? Omoo! Congrats!” Minhyo unni menjabat tanganku dan menepuk pundakku secara bersamaan.
“aah.. curang.. aku juga mau perempuan..” Sungbi memanyunkan bibirnya.
“kau mau perempuan?” Sungmin menyenggol Sungbi senang.
“mwo? Tidak sekarang!” Sungbi menjauh dan bersembunyi dibelakang Hyukjae.
“Rin-ah, selamat! Kyu, congrats ya” Hyukjae tersenyum sangat lebar. Kurasa dia sudah benar-benar merelakanku bukan? Kalau tidak salah, aku dengar dia dekat dengan seorang wanita dari tempatnya bekerja. Itu sangat bagus.
Donghae oppa menjabat kedua tangan Kyuhyun. Mereka berdua tampak senang sekali. Malah terlihat lebih seperti anak kecil daripada Hansung dan Donghyo.
Suster membawa Hyuri masuk dan membiarkanku memeluknya. Sangat kecil, dan manis. Oh, dia memiliki senyuman Kyuhyun. Aku mempunyai dua senyuman manis seperti bakpao dirumahku. Aku akan memakan keduanya. Kekeke. Semua mendekat dan melihat kearah Hyuri. Hyuri tampak tenang, dan tidak terlalu terganggu dengan keberadaan mereka. Dia mungkin akan menjadi perempuan yang calm and cool seperti Umma dan Appanya ini. Kekeke. Apa dia akan memiliki evil smirk kami juga? Aku ingin mengetahuinya. Ne, bukankah seperti ini seharusnya sebuah ending bahagia? Aku menyukainya. Aku harap kebahagiaan ini bisa bertahan selamanya. Saranghae, all.

—For my beloved husband, Kyuhyun, and beloved daughter, Hyuri. I Love you with all my heart.
End.

No comments:

Post a Comment