—I won’t ever let you go..
“sayang, ayo cepat. Sudah hampir jam 10”
“arasseo, sebentar”
Dia begitu cantik saat selesai mandi. Rambutnya tergerai menutupi bahunya yang kecil, baju kemeja putih yang tadi ia pakai tidur tetap dipakainya lagi, dan handuk yang membersihkan wajahnya dari basahnya air sehabis mandi memperlihatkan wajah terperangahnya yang lucu. Kenapa kau bisa secantik ini? Aku sungguh sangat beruntung bisa menikah denganmu.
“ah! Baju couple ungu kita! Apa masih cukup untukku?” suaranya yang lembut masih tetap bisa membuatku jatuh cinta seperti saat pertama kali bertemu dengannya. Aku benar-benar tidak bisa membayangkan bila bukan aku sekarang yang memanggilnya dengan sebutan sayang.
“tentu saja! Kau masih tetap seperti yang dulu.. cantik”
“m—mwo?? Apa yang kau katakan pagi-pagi begini! Jangan membuatku malu” wajahnya benar-benar merah padam. Aku menepuk kedua pipinya dengan tanganku yang besar.
“kau cantik, memang tidak boleh?” aku mencoba menggodanya. Dia terdiam dengan wajah yang terperangah dan malu. Sunggun menyenangkan menggodanya seperti ini.
“su—sudahlah, ayo cepat berangkat saja” istriku ini, masih dengan wajahnya yang merah, langsung meraih baju polo shirt ungu yang sedang kupegang dan masuk ke dalam kamar mandi lagi. Hehehe. Lucu sekali.
“aku tunggu diluar ne sayang..”
“ne!”
—I won’t ever let you hurt..
Dia akhirnya keluar dan berjalan kearahku yang sedang bersandar di pagar setelah mengunci pintu rumah. Ini malah seperti akan kencan pertama kali lagi. Rambutnya yang panjang bergelombang itu dijepitnya beberapa kebelakang. Make-upnya natural, tidak menyembunyikan kecantikan yang memang terpancar dari dirinya. Aku masih tidak menyangka bahwa kami sudah menikah hampir 4 bulan. Karena saat ini, kami bahkan masih terlihat seperti pasangan orang yang masih berpacaran.
Kami sekarang sedang berjalan bergandengan tangan ke sebuah rumah sakit yang dekat dengan rumah kami. Pagi ini cerah, dan awan melindungi kami dari sinar matahari yang sudah sedikit menyilaukan. Rasanya jantungku tidak mau berhenti berdegup super kencang. Kata-katanya masih terngiang di kepalaku. Kata-katanya tadi malam itu sangat membuatku syok, dan hampir pingsan. Sebuah kalimat yaitu, `Sepertinya aku hamil Kyu!`, benar-benar membuatku ingin langsung pergi menemui sang pencipta detik itu juga.
Sesampainya di rumah sakit, dokter langsung memeriksanya. Oh. Benar-benar, setengah jam menunggu rasanya seperti 365hari. Aku gugup. Aku sudah sangat senang akan kehadirannya di dunia ini nanti. Tapi bagaimana kalau ternyata dia tidak jadi hadir diantara kami? Semalaman aku berdoa agar apa yang dikatakan wanitaku yang paling cantik ini benar. aku sangat-sangat gugup. Sangat.
Akhirnya dokter keluar, istriku mengikutinya. Mereka tampak tidak senang. Apa? Apa hasilnya? Kenapa wajah kalian seperti itu? Jangan katakan kalau ternyata dia tidak ada. Cepat katakan sesuatu!
“hun..” suaranya tampak lemah, lesu, lunglai, tak bersemangat sama sekali.
“apa? Kenapa? Jangan membuatku penasaran!”
“istri anda positif hamil” aku terperangah bingung dan tidak percaya.
“hehehee.. kau tertipu.. akhirnya kau termakan ide evilku. hahahahah” istriku ini malah tertawa. Mungkin wajahku tadi benar-benar kecewa super berat. Dia berhasil membuatku tertipu.
“iya dok?” aku tetap masih terperangah tidak percaya akan apa yang aku dengar. Dokter itu mengangguk dan membenarkannya. Belahan jiwaku ini ternyata sudah satu bulan! Aku tidak bisa menahan kebahagiaanku! Aku langsung memeluk istriku ini dengan erat. Dia yang tadinya tertawa sekarang menangis dalam pelukanku. Sepertinya dia juga tidak percaya bahwa dia benar-benar hamil. Aku bersyukur. Sangat bersyukur!
“..saranghae!!” dia membalas senyum bahagiaku dengan tangis bahagianya. Ini sangat tidak bisa diungkapkan lagi dengan kata-kata. Aku! Akan mempunyai anak dengannya! Tuhan! Bila ini mimpi, jangan sadarkan aku! Dan bila ini memang kenyataan, biarkan dia hadir dalam kehidupan kami!
“kita harus cepat pulang! Umma pasti senang sekali!,” aku langsung membungkuk dalam-dalam pada dokter yang menangani istriku ini. “terima kasih dok! Kami permisi dulu!”
Aku menariknya keluar ruangan dan rumah sakit dengan cepat. Aku ingin memeluknya, menciumnya, mengangkatnya tinggi-tinggi ke udara, tapi semua itu tidak kulakukan. Jalanan ini ramai. Aku tidak bisa leluasa melakukan itu semua. Aku sedikit berdecak kesal. Akhirnya aku hanya menggandeng tangannya yang lembut itu dengan kasih sayang yang meluap. Rasanya tsunami pun tidak akan bisa mengalahkan rasa ini.
“sayang, nyanyikan lagu anak-anak dengan suaramu itu..” dia tersenyum kearahku. Senyum malaikat. Aku akhirnya bernyanyi untuknya dan yang berada di dalamnya dan mengusap perutnya pelan. Kami benar-benar bahagia dan seperti tidak bisa terpisahkan. Hingga akhirnya ada sebuah toko yang mengalihkan perhatianku. Toko bunga. Aku akan membelikannya bunga!
“sebentar ya, aku akan kesana sebentar!” aku mencium keningnya dan berlari diantara kerumunan orang di zebracross menuju keseberang jalan, tempat toko bunga itu berada.
—I won’t ever let you cry..
“bisa tolong satu buket bunga Lilac?”
“Lilac? Kenapa tidak mawar saja tuan?”
“tidak, aku ingin Lilac. Itu bunga kesukaannya” aku tersenyum dan menoleh kearah istriku diseberang sana. Dari tempat sejauh apapun, dia tetap yang tercantik. Aku hampir tidak bisa mengalihkan perhatianku darinya selama beberapa saat sampai penjaga toko bunga ini akhirnya memberikan satu buket bunga Lilac.
Aku membayarnya dengan cepat dan langusng menuju lampu penyeberangan jalan. Kenapa lampu ini lama sekali? Cepatlah hijau! Aku ingin segera memberikan ini padanya! Aku berlari-lari kecil ditempat agar aku bisa langsung berlari begitu lampu penyeberangan ini menjadi hijau. Aku melihatnya tertawa diseberang sana. Tawa kecilnya sangat manis.
Ayolah, lama sekali angka-angka ini berganti. 8 detik rasanya seperti 8 jam! Aku sudah tidak tahan mellihatnya sendirian di ujung sana. Tega sekali aku meninggalkannya sendirian disana. Aku akan langsung memeluknya dengan erat sesampainya disana. Dan yang bisa aku pikirikan adalah air mata bahagianya saat menerima bunga ini. Aku akan memeluknya lebih erat lagi.
— I won’t ever leave you..
Mataku teralihkan pada seseorang yang pernah aku kenal. Seorang perempuan. Sepertinya aku pernah melihatnya. Bukankah dia.. Victoria? Apa yang dia lakukan di sini? Ini bukan wilayahnya. Bahkan dia tidak tinggal didekat dan sekitar sini. Tempat menunggu untuk menyeberang masih luas, kenapa dia harus berhenti dibelakang istriku? Mwo?! Apa yang dia lakukan! Aku tidak percaya dengan apa yang aku lihat. Wanita itu mendorong istriku ke tengah jalan. Di depan mataku.
Tidak. Tidak. Tidak.
“RIN!!” aku tidak mau kehilangannya. Aku berlari secepat yang aku bisa. Aku harus bisa meraihnya. Aku tidak akan membiarkannya pergi dariku. Di depan mataku. Aku melihat air matanya mengalir pelan dari mata indahnya yang melihat kearahku. Kumohon jangan menangis! Aku akan menolongmu. Aku akan menangkapmu dalam pelukanku. Aku tidak akan membiarkanmu terluka! Rin!!