Tags

2009 (5) 2010 (1) 2011 (12) 2012 (7) 2013 (1) Anime (2) Ao no Exorcist (2) AoEx (2) application (1) ArchiLife (1) bakeneko (1) batu-malang (1) Biography (1) Cho Kyuhyun (3) collaboration (1) coloured (1) daku (2) fan fiction (8) fiction stories (8) Hachi (8) hachidarksky (22) Him (3) Itachi (1) Kazue Katou (2) Keita (2) Komuter (1) Kyuhyun (4) link (1) Lyric (3) Madara (1) memory (2) mp3 download (2) nad (1) Nadia (1) nonsense (10) ohanichibanwa (5) Okumura Brother (1) one shot (5) OPED (1) OST (1) otherblog (4) Park Ririn (3) perpisahan (2) PSD (2) recommended (6) review (8) Ririn (4) romaji lyrics (2) romance (5) SAI (1) Shaa (2) sketch (1) slice of life (5) spoiler alert (3) Super Junior (10) Tama (3) Teaser (1) TIK (6) Tipografi (5) Trip (4) try (1) Tugas (5) twitter (1) Typography (5) video (3) welcome (1) wordpress (1) WUAfamily (3) Yondaime (1)

About.. who? me?

My photo
<-- omo kyu.. nomnomnom /slapped

Wednesday, April 25, 2012

For My M [ Lee Donghae FanFiction ]


Suara riuh dari seng-seng, kayu-kayu, dan berbagai barang yang bertabrakan di sudut kecil sekolah selalu terdengar tiap minggu. Hahahaha. Asal kalian tahu. Itu adalah ulahku.
                “LEE DONGHAE!” suara yang selalu kudengar datang.
“ne, sonsaeng?” aku menoleh ke arah guru itu dengan raut wajah datar.
“apa lagi yang kau lakukan? Karena wanita itu lagi??” dia berjalan kearah tempat aku berdiri dan seorang siswa laki-laki yang terduduk didepanku.
“ne, who else?,” aku menatap laki-laki yang baru saja kuhajar habis-habisan itu dengan tatapan merendahkan dan menunjuknya tajam. “jangan dekati dia lagi.”
“n—ne hyung...” huh. Segini saja nyalimu sudah berani mendekati wanitaku? Mau mati cepat rupanya.
“pergi ke ruang konseling! Sekarang!”
“baiklah, baiklah.. akan kubuatkan kopi juga” aku berjalan santai tanpa rasa bersalah sedikitpun ke dalam koridor sekolah.  Semua mata tertuju padaku. Sedangkan aku mencari wanitaku.
“Donghae oppa!” ah itu dia.
“Minhyo!” aku tersenyum dan menghampirinya.
PLAKK
“m—mwo?”
“kau menghajar temanku lagi? Padahal dia selalu membantuku mengerjakan tugas!”
“aku tau, tapi dia sudah terlalu berlebihan. Dia bahkan mempunyai foto candidmu. Kalau kau mau tau”
“be—benarkah?” wajahnya yang tadinya serius berubah seketika menjadi terkejut.
“ne, aku tadi membuka handphonenya.. dan menghancurkan memory cardnya” aku menepuk-nepuk pipinya yang tembam, memainkannya.
“aku tidak tahu itu.. uh.. how freak.. terima kasih kalau begitu..,” dia akhirnya tersenyum sambil menggaruk tengkuknya. “ng.. kau mau kuberi apa?”
“kisseu”
“m—mwo? Disini? Ti—tidak..”
“kalau begitu dirumahmu”
“ng..itu.. eh.. bagaimana ya..” dia terlihat berpikir keras. Lucu sekali wajahnya itu.
“aku hanya bercanda, baiklah aku ke ruang konseling dulu.. kembalilah ke kelasmu..” aku menepuk lembut kepalanya yang hanya sampai sebahuku itu. Dan berjalan meninggalkannya.

“kau ini, sudah kelas tiga SMA dan sudah mendekati ujian kelulusan! Tapi masih seperti ini! Bisa-bisa kami tidak meluluskanmu!”
“ne, Junghoon sonsaeng, kalau aku tidak lulus, aku akan tetap disini bersamanya bukan? Tidak apa kalau begitu” aku melihat Junghoon sonsaeng yang terdiam begitu mendengar perkataanku.
“kau ini, benar-benar terlalu cinta mati padanya! Bisa-bisa kau mati juga karenanya!”
“kalau takdirku memang begitu, mau bagaimana lagi?” aku berselonjor di sofa ruang konseling dengan tangan yang menyila dibelakang kepala. Aku sudah terlalu sering ke tempat ini bahkan bertambah sering sejak jadian dengan Minhyo.
Aku jadian dengan Minhyo sudah hampir setahun, saat dia masuk menjadi siswi baru disekolah ini. Dari semua siswi yang masuk tahun ini, aku hanya melihatnya seorang. Saat sedang masa pendaftaran siswa baru, aku dan beberapa temanku sedang mengikuti kelas tambahan akhir semester karena tidak memadainya nilai kami untuk naik ke kelas tiga, kecuali mengikuti kelas-kelas tambahan itu. Dan beruntungnya aku mengikuti kelas itu. Karena ini mungkin sebuah takdir.
Aku sedang melihat ke luar jendela saat banyak orang tua dan anaknya melewati lapangan sekolah saat itu. Dan yang terlihat pertama kali adalah dia. Benar-benar senyuman yang menawan.  Dia sedang tertawa bersama teman barunya di SMA, Ririn dan Sungbi, saat itu. Karena dia, aku jadi tidak memperhatikan apa yang diterangkan oleh wali kelasku, yang sekarang sedang memarahiku di ruang konseling ini, Junghoon sonsaeng, saat tambahan pelajaran waktu itu. Dia benar-benar membuat otakku tidak bisa berpikir dengan benar. yang ada hanya wajahnya, senyumnya, dan tawanya. Aku benar-benar ingin tahu namanya saat itu. Untung saja Hyukjae menahanku, kalau tidak aku sudah loncat dari jendela lantai dua hanya untuk menanyakan namanya.
“kau mendengarkanku tidak? Donghae!” Junghoon sonsaeng membangunkanku dari lamunanku.
“ne aku dengar.. apa sudah sudah waktunya pulang? Kalau begitu aku keluar, duluan ya sonsaeng” aku langsung berdiri dan keluar ruangan konseling begitu memastikan jam sudah menunjukkan angka satu. Saatnya menjemput putriku, dan pulang.
“Lee Donghae! Aku belum selesai!” ini sudah jam pulang, kau bukan guruku lagi.
“dah hyung” aku tidak memanggilnya dengan sebutan sonsaeng lagi, karena sebenarnya dia hyungku di grup band yang aku dan dia dirikan diluar sekolah, tapi itu dulu saat dia masih kuliah dan belum menjadi guru kami sekarang. Dia baru diterima menjadi guru disini saat aku kelas tiga, dan dia sekarang sudah seperti guru-guru kami yang super galak. Mungkin disini penerimaan guru juga pakai acara trainee segala. Yah, terserah mereka mau pakai cara macam apa menerima guru, toh tidak ada hubungannya denganku.

Aku mencari-cari Minhyo dari pintu kelasnya. Hyukjae, Kyuhyun dan Sungmin hyung juga sudah berada didepan kelas 1-1, kelas Minhyo berada, dan bersandar di dinding sambil memainkan iPhone mereka. Mereka bukan menungguku disana karena tahu aku akan datang, tapi karena menunggu pacar masing-masing, kecuali Hyukjae. Dia yang memang benar-benar menungguku.
okay class dismiss, thanks for coming today, see you next Monday” suara wali kelas mereka, guru bahasa inggris kami juga, terdengar dengan aksennya yang aneh. Karena guru itu memang didatangkan dari Amerika. Tapi sepertinya ada keturunan Korea. Entahlah.
“Minhyo!” aku mencoba masuk menerobos adik kelas yang sedang menghambur keluar ruangan, tapi benar-benar susah sekali. Mungkin karena ini hari jumat dan besok libur, makanya mereka bersemangat sekali. Aku melihat Kyuhyun dan Sungmin hyung yang masih bersandar di dinding dan terlihat santai. Aku mencari-cari kembali dimana Minhyoku dan aku melihat laki-laki itu sedang berbincang senang dengan Minhyo. Sepertinya aku harus menghajar satu orang lagi.
“ne Po, tolong kerjakan tugas kelompoknya ya, sama Zico juga, ini datanya, tinggal di edit dan ditambahi saja” Minhyo menyerahkan flashdisk berwarna merah pada laki-laki itu, kalau tidak salah dia Pyo Jihoon. Aku menghampiri mereka, dan terlihat raut wajah Jihoon itu yang langsung berubah dan akhirnya langsung berpamitan dengan Minhyo dan keluar ruangan. Dia masih ingat rupanya.
Aku pernah membuatnya babak belur saat pertala kali jadian dengan Minhyo. Aku menembak Minhyo saat dia masih dalam masa orientasi siswa, karena aku tidak bisa menahan rasa cintaku yang meluap tiap melihatnya dari balik jendela ruangan kelas tambahan. Dan Pyo Jihoon ini, dia mencoba menghalangiku bertemu dengannya. Setiap aku keluar dari kelas tambahanku dan bertemu dengannya, dia selalu memanggil guru dan membuatku dihukum kembali. Aku benar-benar kesal dibuatnya dan pada akhirnya aku menghajarnya dan memberinya pelajaran. Namun besoknya aku dimarahi habis-habisan oleh Minhyo, aku baru tahu kalau ternyata dia adalah tetangga Minhyo, dan Minhyo bilang, Jihoon dimintai tolong oleh orang tuanya untuk menjaganya pada saat awal sekolah. Tapi sekarang sudah ada aku. Orang tua Minhyo lebih percaya padaku soal menjaga Minhyo.
“jangan dilihat seperti itu oppa..” Minhyo menaikkan nada bicaranya sambil membereskan buku-bukunya.
“mwo? Aku hanya melihat saja..” dengan rasa sebal juga memang.
“baiklah, ayo pulang..”
“aku bawakan tasmu”
“tidak usah, kau kan juga bawa tas sendiri..”
“tas? Aku kan tidak pernah bawa tas” aku mengembangkan senyumku padanya yang sedang mengerutkan dahinya.
“uh, tetap tidak usah juga..” dia masih sangat canggung bersamaku. Apa karena aku terlalu garang? Tapi ini kan demi dia juga.. ng.. karena dia sih.
“sudahlah, kalian ini” Sungmin menepuk pundakku dan berjalan kearah Sungbi, pacarnya.
“bunnie, habis ini kita kemana?” ucapan Sungmin membuatku menjauh beberapa langkah darinya. Mereka terlalu mesra. Yang jadian duluan aku, yang paling mesra malah mereka.
“baiklah nanti kita ke toko buku..” di sebelahku ini ternyata Kyuhyun juga sedang mengacak-acak rambut pacarnya, Ririn. Mereka ini malah pasangan yang lucu karena sama-sama canggung. Pasangan baru, ya pantas sajalah. Tapi Ririn tidak tahu sebenarnya kalau Kyuhyun sudah menahan diri seperti apa. Dia selalu cerita  padaku kalau tidak Sungmin. Kesabarannya sangat hebat, para siswa laki-laki dari kelas satu sampai tiga yang selalu dekat dengan Ririn saja tidak dihajar sampai babak belur seperti aku pada semua lelaki yang mendekati Minhyo, tapi sebagai gantinya, dia memberi perhatian yang sangat lebih memang, mungkin agar Ririn tidak pergi ke laki-laki lain.
“lebih baik dekat dengan pasangan ini daripada yang itu..” aku berdehem pelan dan membuat Ririn merah padam. Kyuhyun hanya tertawa, dan Sungmin yang mendengar ikut berdehem juga.
“kami duluan” Sungmin berjalan sambil memeluk pundak Sungbi. Aku melambaikan tanganku tanpa melihat kemesraan mereka.
“kami juga hyung, dah” Kyuhyun yang menggandeng Ririn ikut berjalan keluar kelas dibelakang Sungmin.
“ne, ayo oppa” Minhyo berjalan mendahuluiku keluar kelas. Aku seperti bodyguardnya saja sekarang.
“ne Minhyo.. jalanlah disebelahku..”
Brukk
“aduh.. kau jangan berhenti tiba-tiba dong, Hyo..” aku berhenti dan melirik kearah tempat Minhyo lihat. Ah. Jangan orang itu..
“Hae.. bukankah itu Minho oppa temanmu?”
“ne” aku mulai berdecak sebal. Dia pasti akan mengulangi kata-katanya lagi.
“senyumnya manis ya..” dia tersipu malu melihat Minho yang ada di dekat tangga. Aku sudah bosan mendengarnya mengatakan itu. Selalu setiap melihat Minho, dia berkata seperti itu. Kenapa harus Minho? Kenapa tidak yang lain saja? Biar aku bisa menghapus senyum yang dia katakan manis itu. Hanya Minho saja yang tidak ingin aku hajar. Karena dia sudah kuanggap seperti adikku sendiri sejak SMP. Minho sudah kuperingatkan agar tidak menampakkan dirinya didepan Minhyo. Tapi selalu saja, Minhyo bisa melihat Minho dimanapun. Aku curiga Minho sengaja menampakkan dirinya di depan Minhyo. Kurasa Minho menaruh perasaan pada Minhyoku ini. Ah. Jangan berpikir yang tidak-tidak.
“ayo cepat.. katanya mau pulang..” aku menarik paksa lengan Minhyo dan melewati Minho dengan tatapan tajam. Minho hanya meringis kearahku dengan melambaikan tangan. Semoga itu ringisan tanda bersalah.

Aku membawanya ke komplek pertokoan di Apgujeong. Dia benar-benar suka sekali jalan-jalan, apalagi di Apgujeong, Cheongdam, Itaewon, dan Myeongdong. Sedetik aku menoleh darinya, sudah ada saja lelaki yang mendekatinya dan meminta nomer handphonenya, dan karena ini di jalanan dan Minhyo memperhatikanu.. aku hanya bisa menatap orang-orang itu tajam hingga mereka berlari pergi.
Sebenarnya, wanitaku ini dan kedua temannya, Ririn dan Sungbi, itu seorang blasteran luar negeri. Minhyoku dan Ririn itu dari Amerika, dan Sungbi dari Cina. Mereka baru berteman saat SMA. Makanya, saat mereka masuk SMA kami, mereka benar-benar diincar oleh siswa seisi sekolah. Banyak siswi yang ternyata tidak terlalu suka dengan mereka, tapi banyak juga yang menjadi teman mereka. Mereka itu sebenarnya sangat baik dan polos.
Aku memperhatikannya yang berlari-lari kecil setiap melihat butik dengan etalase baju yang menurutnya lucu dan bagus lalu menunjuk-nunjuknya dengan riang. Kau pakai baju apa saja tetap cantik kok, baju-baju itu saja kalah cantik darimu. Aku hanya tertawa melihat tingkahnya yang benar-benar seperti anak kecil minta dibelikan permen.
“ne Hae! Aku masuk ya!” dia meninggalkanku di pinggiran jalan dan masuk ke butik itu dengan cepat. ‘Seeon’. Sepertinya aku tahu nama butik itu.. bukankah ini butiknya..
“ne, hyung! Annyeong” suara yang aku kenal. Aku menoleh kearahnya. Dia Siwon. Salah satu teman dekatku di sekolah.
“ah, annyeong.. apa yang kau lakukan disini, Won?”
“hng? Aku mengunjungi butik ummaku,” dia menunjuk ke butik tempat Minhyo tadi masuk. “kau hyung?”
“ah.. menemani Minhyo..”
“ada Minhyo? Oh..” dia langsung masuk ke dalam butik yang ternyata adalah milik ummanya begitu tahu aku bersama Minhyo. Cih. Sial. Aku baru ingat kalau keluarganya membuka cabang butik itu di Apgujeong ini. Siwon. Aku dengar dari Hyukjae kalau sebenarnya dia menyukai Minhyo juga dari awal melihat Minhyo saat masuk sekolah. Namun aku duluan yang melihat Minhyo saat dia mendaftar menjadi murid baru, dan aku selalu mendekatinya saat masa orientasi siswa. Jadi tentu saja aku yang menang. Tapi dengan kesukaan Minhyo dalam hal belanja baju seperti ini, bisa-bisa dia mencoba merebutnya dariku. Aku harus cepat mencegah dan memperingatinya. Daripada aku juga harus menghajarnya hingga paham.
“Minhyo!” aku masuk dan melihat Minhyo sedang bersama Siwon dan ummanya yang ternyata juga sedang berada di butik. Pemandangan yang menyebalkan. Seperti melihat pasangan yang sudah akan menikah. Bertemu dengan mertua.
“Hae! Ada ummanya Siwon oppa”
“oh, Donghae.. lama tidak bertemu nak.. bagaimana sekolahmu?”
“baik komo.. baik-baik saja” aku memberikan senyumku untuk menyembunyikan kekesalanku. Siwon ini, kalau sudah ada ummanya, pasti manja. Dia akan memberikan semuanya pada Minhyo. Nanti ujung-ujungnya dia akan mengenalkan Minhyo sebagai pacarnya pada ummanya juga.
“Minhyo, kalau kau mau, syal ini boleh kau ambil, kubelikan untukmu” tuhkan. Mulailah dia.
“terima kasih Siwon oppa” Minhyonya juga diterima-terima saja barang seperti itu. Ah.. perempuan.
“ne Minhyo, ayo cepat pulang.. nanti ummamu memarahiku kalau pulang terlalu sore..” aku meraih tangan Minhyo yang hampir disentuh oleh Siwon.
“oh, ini pacarmu, Hae?” aha. Untungnya komo mengerti.
“ne komo.. dia pacarku..” aku memberikan senyum kemenanganku pada Siwon.
“kalian cocok,” komo menepuk pundakku pelan. “kukira tadi dia pacarnya Siwonie” beliau tertawa kecil.
“ah? Anniya komo.. aku hanya temannya Siwon oppa..”;o:p>
“oh.. sayang sekali tapi ya.. hahaha.. komo juga mau menantu secantik dirimu..” komo tersenyum lagi dan menyentuh pipi Minhyo. Tidak komo. Dia akan menjadi istriku. Bukan istri anakmu nanti.
“anii.. aku tidak secantik itu.. uh.. ng.. komo.. aku dan Hae oppa harus pulang sekarang.. permisi..” aku dan Minhyo membungkuk memberi salam. “terima kasih syalnya Siwon oppa, aku akan memakainya” tidak usah dipakai juga tidak apa kok.
Kami berjalan pulang dalam diam. Aku tidak mengatakan sepatah katapun. Dia juga. Sesampainya dirumah pun, Minhyo hanya mengambilkanku minum dan diam. Umma dan Appa Minhyo sedang tidak di rumah. Yunho hyung, kakak Minhyo juga belum pulang dari kuliahnya. Kini hanya aku dan dia berdua di rumah. Suasana canggung benar-benar terasa. Aku tidak pernah berdua dengannya di rumahnya. Selalu ada Ummanya.
“ne oppa..” dia memulai pembicaraan.
“hm?” aku menoleh kearahnya yang duduk disebelahku.
“kau tidak apa? Kenapa diam? Tumben..”
“tidak apa..”
“apa kau lapar? Aku ambilkan cemilan di dapur..” dia berdiri, wajahnya terlihat sangat cemas.
“tidak, disini saja.” Aku menahan tangannya.
“baiklah..”
“Minhyo..” dia masih berdiri didepanku, kali ini dengan wajah sendu. aku memeluk pinggangnya dan membenamkan wajahku pada perutnya yang kecil.
“oppa, kau kenapa?” dia mengelus rambutku pelan.
“kumohon, jangan terlalu dekat dengan Siwon.. dia temanku.. aku tidak mau berkelahi dengannya.. karena aku tidak mau kau direbut olehnya..”
“kau mencemaskan itu daritadi? Ahahah.. oppa.. tidak mungkinlah.. aku tidak punya perasaan apa-apa padanya.. aku hanya mencintaimu seorang..”
Aku mengangkat wajahku dan memperhatikan matanya dalam-dalam. Dia serius mengatakannya. Aku benar-benar senang mendengarnya. Aku ingin memastikan semuanya lagi.
“benarkah?”
“ne..” dia duduk bersimpuh di depanku
“bagaimana dengan Jihoon dan Minho?”
“Po? Dia temanku dari kecil.. dia tidak punya perasaan apa-apa padaku.. mungkin..”
“Minho? Kau selalu mengatakan kalau kau menyukai senyumannya..”
“nee.. aku memang menyukai senyumannya.. tapi,” dia langsung merubah pernyataannya begitu melihatku mengerutkan dahiku. “aku lebih menyukai senyumanmu” dia menyentuh pipiku lembut dan menariknya, mencoba membuatku tersenyum.
“jadi.. siapa yang kau cintai?”
“kau..”
“benarkah? Padahal kita baru pacaran belum setahun..”
“kau tidak tahu ya? Aku sudah melihatmu saat aku mau mendaftar di sekolah kita ini..”
“be—benarkah?”
“ne, aku tertawa melihatmu yang terdiam melihat ke luar jendela. Kukira kau menyukai Ririn atau Sungbi waktu itu.. ternyata kau memilihku..”
“jadi.. kau tertawa karena aku? apakah wajahku sangat aneh waktu itu?”
“ne, aneh sekali. Seperti tersengat listrik, diam menganga melihat ke luar jendela dari lantai dua.. lalu kau dipukuli dengan penggaris oleh seorang guru.. hahaha” itu pasti Junghoon sonsaeng.
“aku tidak tahu kalau wajahku seperti itu..” mukau merah padam mungkin sekarang. kejadian itu sudah lama sekali. Aku baru tau kalau dia ternyata juga memperhatikanku.
“jaaadi, kau masih meragukanku?”
“ne..”
“mwo??”
“ne.. aku tidak meragukanmu” aku menyentuh pipinya lembut. “may I?”
“ng… ne.. baiklah…” dia memejamkan matanya.
Baiklah, mungkin semua orang mengira aku seorang playboy karena terlalu sering dikelilingi oleh perempuan yang menyukaiku. Aku memang orang yang suka membuat gaduh, dan sering masuk ruang konseling sejak SMP. Aku seorang berandalan sekolah. Tidak ada yang tahu aku berpacaran bisa dihitung dengan sebelah tangan saja. Tidak ada pula yang tahu bahwa aku tidak pernah melakukan kisseu sama sekali dengan seorang gadis pun. Teman-teman dekatku saja juga tidak ada yang tahu akan hal itu. Dan bahklah, aku memang sering meminta kisseu pada wanita kecilku yang satu ini, tapi dia tidak pernah memberikannya padaku. Ini adalah first kissku. Semoga dia menyadarinya.
“Minhyo, kakak pulang” aku terhenti. Minhyo membuka matanya kembali. Yunho hyung pulang.
“ka—kakak! Selamat datang!” Minhyo langsung berlari ke pintu depan dan membuka kuncinya. Jantungku berdebar super kencang.
“oh, ada Donghae rupanya.. annyeong Hae” Yunho meraih tanganku yang sebenarnya tadi sedang menyentuh pipi Minhyo dan menjabatnya.
“ne hyung, annyeong” aku tersenyum canggung.
“ada apa? Apa aku mengganggu? Mianhae kalau begitu..,” dia tertawa keras dan berjalan menaikai tangga. “lanjutkan saja, anggap aku tidak ada! hahahaha”
“m—mwo! Oppa!” Minhyo terlihat seperti kepiting rebus sekarang.
“ah, ternyata sudah malam.. sepertinya aku harus pulang..” aku menggaruk tengkukku yang sebenarnya sama sekali tidak gatal.
“ah.. ng.. ne.. baiklah kalau oppa mau pulang..”
“jangan lupa makan dan tidur jangan terlalu malam ne..” aku mengelus rambutnya.
“baik oppa.. annyeonghi jumuseyo..”
Dia mengantarku hingga pagar dan aku pulang dengan mobil Audi hitamku. Memikirkan banyak hal dalam perjalanan, dan melihat noteku di iPhone. Nama-nama saingan beratku yang aku ketahui dari Hyukjae, teman paling dekaktku yang menjadi seorang penyiar radio sekolah. Dia mempunyai banyak teman, dia lama-lama seperti perempuan yang suka bergosip, tapi gosip yang ia dapatkan adalah sebuah informasi yang berguna bagiku. Aku melihat noteku lagi, saingan beratku.. Minho, Siwon, Yoseob, Jihoon, Sunghyun, dan Seungho.
Minho, mungkin aku sudah menaklukannya.. tapi aku tidak tahu lagi, dia orang yang termasuk kuat dalam hal persaingan wanita denganku. Dan banyak yang ia menangkan. Sebagai kakak yang menyayanginya, aku memang banyak mengalah. Aku memang sebenarnya tidak terlalu tertarik dengan wanita, sekali ada pesaing, aku akan mengalah.. aku malas memperebutkan hal yang tidak jelas seperti mereka. Namun tidak untuk bidadari satu ini. Aku tidak akan menyerahkannya padanya. Barang sehelai rambutpun.
Siwon, kata Minhyo, dia tidak menyukainya.. baguslah itu. Yang perlu dipermasalahkan adalah barang-barang yang akan, selalu, dan pasti dia berikan nanti pada Minhyo. Kalau nanti semua barang yan dipakai Minhyo dari dirinya, entah mungkin aku akan jadi membinasakannya.
Yoseob.. dia teman satu perumahan.. dan aku sering bermain dengannya sejak dulu, bermain sepak bola dan basket. Dia memang jago, tapi aku lebih jago darinya. Dia seorang kapten tim basket sekolah sekarang, dan mungkin seharusnya aku bisa menjadi kapten, tapi aku terlalu sibuk dengan keributan yang aku buat. Jadi yah, semoga dia tidak mengincar Hyo-ku.
Jihoon.. done.
Sunghyun? Ini siapa? Kalau tidak salah Hyuk pernah memberitahu nama panggilan anak ini.. Apa yang namanya Kevin itu? Aku tidak tahu apa kelebihannya, semoga dia tidak mencari keributan denganku. Aku pasti akan langsung menghabisinya.
Seungho. Ketua Komite Sekolah. anak yang sombong dan selalu membesar-besarkan diri. Dia memang yang paling pintar satu sekolah, tapi kalah dari dua temanku. Kyuhyun dan Sungmin. Ketua Komite Sekolah dipilih berdasarkan ranking, dan seharusnya Kyuhun yang menjadi ketua, tapi dia tidak mau.. Sungmin hyung juga. Terpaksalah Seungho ini yang mengambil alih. Aku rasa aku tidak akan bertemu dengannya langsung. Aku tidak terlalu suka dengan anggota Komite Sekolah, kecuali Kyuhyun yang sebagai ketua komite bagian sains.
Yah baiklah, sepertinya tidak akan terlalu banyak masalah.. aku akan menyingkirkan kutu-kutu yang mengganggu ketenangan Minhyo saja mungkin.. Minhyo, sleep tight ne.
-ccc-

“selamat pagi semuanya.. Sebagaimana kalian ketahui.. sebulan lagi kalian akan menghadapi ujian kelulusan. Bapak harap kalian bisa mengerjakannya dengan lancar dan jujur. Dan untuk anak kelas tiga, kalian harus bisa melakukannya sebaik mungkin dan mendapat nilai terbaik. Dan harapan bapak tetap sama, kalian mengerjakannya dengan lancar dan tentu saja jujur.” Tinggal tiga bulan sebelum kami anak kelas tiga akhirnya bebas dari kekangan sekolah dan Kepala sekolah sudah mulai berceramah banyak di mimbar aula. Aku dan Hyukjae hanya duduk diam menyandarkan diri di kursi, sedangkan Kyuhyun dan Sungmin hyung duduk tegap mendengarkan setiap perkataannya. Mereka anak pintar ranking satu dan dua, jelas saja mendengar dengan seksama. Untuk ujian kali ini, sudah pasti, aku akan menyontek lagi. Aku malas berpikir. Mau jelek ataupun bagus terserah.
“baiklah, belajar yang baik dan istirahat yang cukup. Ingat, jujur! Itulah kunci terpenting. Sekian upacara pagi ini Bapak tutup. Kalian dipersilahkan kembali ke kelas masing-masing”
Kami, aku, Hyukjae dan para anak kelas 3-5 yang duduk di paling belakang aula langsung berhamburan keluar aula. Ada yang langsung menghilang kabur, ada yang malah bersantai sambil merokok. Anak kelas 3-5 benar-benar isinya hanya anak berandalan. Aku dan Hyukjae termasuk didalamnya. Walau Hyukjae tidak terlalu berandalan dan malah sebenarnya berprestasi dalam bidang broadcasting, tapi mungkin karena guru-guru melihatnya selalu bersamaku, mereka mengira dia berandalan juga.
Aku yang sudah berada di luar aula masih menunggu anak kelas 1 untuk antri keluar, biasa, menunggu Minhyo. Selama dua bulan terakhir, tidak ada gangguan yang berarti antara aku dan Minhyo. Hanya Minho yang makin sering terlihat oleh Minhyo, dan Siwon yang makin sering juga memberi hadiah-hadiah kecil. Aku sudah memperingatkan Minho dan Siwon untuk tidak mendekati Minhyo. Tapi sepertinya tidak dihiraukan sama sekali. Yang paling membuatku terkejut adalah Minho. Dia makin sering menunjukkan dirinya di hadapan Minhyo. Entah sengaja atau tidak. Lama-lama aku juga ingin membinasakannya. Sementara Jihoon, dia menjadi anak baik dengan tidak terlalu dekat dengan Minhyo. Oh, dan aku memperhatikan kemunculan tiga sainganku yang makin sering melewati ruang kelas Minhyo. Yoseob, Sunghyun, dan Seungho. Kalau benar mereka mengincar Minhyoku, tidak akan kubiarkan.
Aku masih memperhatikan siswi-siswi yang keluar satu persatu. Banyak yang memperhatikanku yang memang sedang berdiri bersandar dipintu aula, tapi siswi ini melihatku  dengan wajah memerah, dari warna pita seragamnya yang berwarna hijau muda dan merah, itu jelas kelas dua dan tiga. Tapi tentu saja aku tidak peduli. Aku ingin melihat siswi berpita biru muda dengan rambut coklat sedikit keemasannya. Minhyoku.
“oppa!” akhirnya dia yang menemukanku duluan.
“ne..” aku menepuk kepalanya pelan.
“kau sudah belajar untuk ujianmu?” dia tiba-tiba mempertanyakan hal itu. Tentu saja tidak, Minhyo. Bukan belum lagi.. tapi tidak.
“belum.. mungkin aku menyontek saja..” aku menjawab seadanya.
“mwo? Wae? Kenapa menyontek?”
“ne.. aku malas..”
“kau harus belajar oppa, setidaknya kau harus bisa setengah!”
“tapi..”
“tidak ada tapi-tapian! Kau harusnya bisa seperti Seungho oppa, Ketua Komite Sekolah kita, dia pintar dan berkharisma! Aku tahu sebenarnya kau pintar oppa, kau hanya malas. Dan aku tidak suka itu.” Perkataannya benar-benar menusuk tepat dijantungku. Dia menyebutkan nama Seungho seolah-olah dia benar-benar sangat pintar, berkharisma, dan tidak bisa dikalahkan.
“tapi yang jadi ranking satu Kyuhyun..” aku membela diri.
“tapi dia termasuk tiga besar, aku ingin kau setidaknya masuk lima besar, atau mengalahkannya. Aku tidak suka melihatmu lima besar, dari bawah.” Dari bawah.. dari bawah.. kata-kata itu menggema dikepalaku berjuta-juta kali. Semua guru selalu mengatakan hal itu dan aku tidak menghiraukannya sama sekali. Tapi ini beda. Perkataannya serasa tombak yang benar-benar lancip dan menusuk jantungku hingga tembus.
“apa kau serius?”
“ne. kau harusnya bisa seperti Seungho oppa.” Jangan samakan aku dengan laki-laki sombong itu.
“Hyo..”
“terserah, aku jadi kesal sekarang. Belajarlah dan jadilah sepertinya. Pintar, dan berkharisma.” Dia berlalu pergi diikuti dengan Ririn yang membungkuk padaku, dan Sungbi yang berlari mengejarnya. Aku masih memperhatikannya yang makin menjauh dariku. Aku benar-benar bingung harus apa sekarang.
“ha. Jadi sepertinya dia lebih menyukaiku..” suara yang sering aku dengar di mimbar aula. Ketua Komite Sekolah. Seungho.
“siapa yang bilang begitu? Jangan mengada-ada”
“aku mendengarnya memuji-mujiku, itu berarti dia menyukaiku”
“bisakah kau mengontrol besar kepalamu itu?” aku menatapnya tajam.
“aku yakin dia lebih menyukai laki-laki pintar, dan itu aku.” orang ini, seperti pinokio. Kalau ada gergaji, aku benar-benar akan memotong hidungnya.
“itu tidak mungkin, dia tidak mungkin menyukai orang besar kepala sepertimu. Jangan pernah sekali-sekali mendekatinya”
“hahaha. Kalau kau bisa mengalahkanku, aku akan menjauh darinya, tapi kalau tidak, dia akan menjadi milikku. Bagaimana? Yah, itu kalau kau bisa mengalahkanku. Susah memang untuk bisa mengalahkanku” Hyukjae menghentikan tanganku yang sudah terangkat dan siap untuk menghajarnya.
“dia menerimanya” Kyuhyun tiba-tiba bersuara.
“dia bisa mengalahkan orang sepertimu, kau hanya kutu kecil yanf mudah diinjak baginya” Sungmin hyung juga ikutan menambahkan. Aku senang dibela oleh mereka, tapi aku malas berurusan dengan pinokio berkepala besar ini!
“hahahah.. bahkan kau jadi pengecut dan yang menjawab adalah teman-temanmu”
“baiklah! Aku menerimanya! Lihat saja, aku benar-benar akan mengalahkanmu.” Aku memukul perutnya dan langsung pergi meninggalkan dia yang sekarang mengerang kesakitan.
“Kyuhyun, Sungmin hyung, kalian benar-benar harus membantuku belajar. Intensif.” Aku mengerutkan dahi dalam-dalam dan berjalan cepat menuju kelasku. Semua orang menyingkir dari jalanku dan bisa kudengar salah satu bisikan mereka, “Donghae pasti akan berkelahi lagi! Dan kali ini pasti perkelahian yang besar!”. Benar. ini perkelahian besar. Perkelahian dalam hal akademik. Bukan fisik.

Aku mengirim text message pada Minhyo, isinya bukan mengajaknya pulang bersama atau jalan ke pusat pertokoan, tapi sesuatu yang mungkin akan mengagetkannya.
”Hyo, maaf aku ada urusan mendadak, aku tidak bisa pulang denganmu, mintalah Jihoon untuk pulang bersamamu, aku tidak apa kok, kalau dia aneh-aneh, bilang padaku. Take care Hyo,  your fish”
“baiklah, ayo kerumahmu sekarang, Kyu” aku memasukkan iPhoneku ke dalam saku celana begitu smsku terkirim.
“bukumu?” aku baru ingat aku tidak pernah membawa buku apapun.
“ah.. aku minta ya? Hahah..”
“baiklah.. dirumah banyak” Kyuhyun berjalan keluar kelas, diikuti aku, Sungmin, dan Hyukjae. Siwon tidak ada, entah dia dimana. Semoga tidak bersama Minhyoku.
“Terima kasih”
“tapi aku harus menemui Rin dulu,*kau tidak menemui Minhyo?”
“tidak, aku sudah mengiriminya pesan tadi.. jadi.. aku tunggu di parkiran saja..” aku berjalan melewati tangga belakang menuju tempat parkir bersama Hyukjae. Dia juga ikut belajar bersama kami, mungkin agar tidak dimarahi ummanya karena masuk diperingkat sedikit dibawah. Yah, dia berada mungkin 10-20 peringkat diatasku, dia sebenarnya rajin, tapi mungkin karena dia berada di kelas 3-5, dia jadi sedikit terganggu dalam berkonsentrasi. Mianhae ya Hyukjae.
Aku dan Hyukjae menunggu di dalam mobilku. Hyukjae sangat jarang membawa mobilnya, dia lebih suka jalan kaki, karena jarak sekolah dengan rumahnya memang tidak terlalu jauh. Kami memainkan iPhone kami masing-masing menunggu Sungmin hyung dan Kyuhyun yang sangat lama sekali. Apa yang mereka lakukan? Pacaran dulu? Aish. Nanti niatku untuk belajar keburu hilang kalau harus menunggu terlalu lama.
“yo, ayo berangkat, hyung” Kyuhyun mengejutkanku dengan mengetuk kap mobilku, dan lalu langsung masuk ke mobilnya yang ada disebelah mobilku.
Kami —aku, Hyukjae, Kyuhyun, dan Sungmin hyung, langsung berangkat pergi meninggalkan lapangan parkir menuju rumah Kyuhyun. Namun tiba-tiba ditengah-tengah perjalanan, Kyuhyun meminggirkan mobilnya di depan sebuah rumah putih besar. Aku pun ikut meminggirkan mobilku dibelakang mobilnya. Sungmin hyung sudah menghilang daritadi, entah dia kemana. Aku memperhatikan rumah itu kembali. Seingatku rumahnya Kyuhyun berwarna biru, bukan putih bersih seperti ini. Dan ini didalam sebuah perumahan! Bukan sebuah jalan raya! Kalau berhenti meminggirkan mobil dijalan raya aku masih bisa mengerti. Tapi ini di perumahan, dan dia berhenti di depan rumah putih yang aku tidak tahu itu punya siapa! Apa maunya? Rumahnya sudah ganti gitu?
“ini dimana?” aku bertanya pada Hyukjae yang sedang memainkan iPhonenya.
“ne? kau tidak tahu? Lihat saja siapa yang keluar dari mobilnya” dia menunjuk kearah mobil Kyuhyun tanpa melihat sedikitpun. Kyuhyun sedang membukakan pintu mobilnya dan seorang yeoja keluar dari dalam mobilnya, itu Ririn.
“R—Rin? jadi dia mengantar Ririn pulang dulu??”
“ne, kau tidak mendengarnya tadi?”
“ bukankah dia bilang, aku harus menemui Rin dulu ?”
“kau melewati satu bagian, aku harus menemui dan mengantar Rin dulu” Hyukjae menekan kata-kata mengantar dalam kalimatnya.
“hah? Aigoo.. baiklah terserah dia..” aku menepuk dahiku keras-keras.
Setelah mungkin ada sepuluh menit mereka bermesraan di depan pagar putih nan tinggi itu, akhirnya mereka berpisah. Ririn masuk ke dalam rumah, dan akhrinya Kyuhyun memulai perjalanan kerumahnya kembali. ini benar-benar membosankan, aku juga ingin bermesraan dengan Minhyo. Hyukjae juga daritadi diam saja memainkan game iPhonenya.

Kami akhirnya sampai di rumah Kyuhyun, dan aku memang benar, rumahnya itu berwarna biru. Dan ternyata Sungmin hyung sudah sampai duluan.. bahkan dia sudah berada di dalam rumah Kyuhyun sedang berbincang dengan ummanya Kyuhyun. Kami langsung diajak Kyuhyun ke lantai atas, ke kamarnya yang cukup luas untuk menampung teman-teman yang super heboh seperti kami.
“jangan buat kamarku berantakan hyung, aku ambil makanan dulu” Kyuhyun meninggalkan aku dan Hyukjae, juga Sungmin hyung duduk terdiam di karpet bundar berwarna biru di kamarnya.
Aku melihat sekeliling. Kamarnya masih cukup rapi seperti terakhir aku masuk ke kamarnya ini. Sudah berapa lama aku tidak mampir ke rumahnya karena terlalu sering mengikuti pelajaran tambahan sekolah. warna kamarnya biru muda yang hampir mendekati putih. Meja belajarnya cukup besar dengan laptop dan beberapa harddisk yang tersusun rapi. Tidak ada yang terlalu berubah.. tapi kali ini, sesuatu yang membuat berbeda adalah di sudut mejanya terdapat bingkai fotonya bersama Ririn. Ah, lucu sekali mereka.
Kamarku tentu saja berbeda dengan kamar Kyuhyun. Kamarku berwarna putih sedikit abu-abu dengan aksen satu garis merah horizontal. Meja belajar.. ukuran sedang. Bersih. Tanpa buku apapun. Hanya laptop yang tergeletak diatasnya dengan tertutupi jersey-jerseyku. Ukuran kamarku memang setengah lebih besar lagi dari punya Kyuhyun, dengan kamar mandi dalam dan satu alat gymku sendiri. Double bed, untukku seorang. Dan karpet kotak besar berwarna merah. Kenapa aku jadi berpikir tentang kamarku? Ah sudahlah. Aku harusnya belajar disini. Bukan mengagumi kamar Kyuhyun yang rapi.
“baiklah, ayo mulai belajarnya” Kyuhyun masuk membawa banyak sekali cemilan sampai hampir menutupi wajahnya dan menjatuhkannya di depan meja kecil di depan kami. “Donghae hyung, pilih yang paling kau suka dari para cemilan ini”
“strawberry! Aku mau pocky strawberry-nya yaaa!Ò€� Kyuhyun langsung menyambar pocky itu didepan mataku.
“setiap satu soal benar, kamu bisa mendapat satu batang”
“Kyuuu.. kau jahaat”
“kau bilang intensif, inilah intensifku” Kyuhyun menyunggingkan senyum evilnya padaku.
“tapi beri aku satu saja deh sekarang..”
 Perang Korea meletus tahun?
“hah? Kok tiba-tiba pertanyaan gitu sih??”
“ayo jawab”
“ng… 1950!!”
“benar, ini satu batang” Kyuhyun benar-benar hanya memberikan satu batang pocky strawberry-nya padaku. Dia memang evil.
“uh.. menyedihkan..” aku memakan satu batang pocky strawberry dengan sangat pelan.
“kalau tidak habis, aku tidak memberi pertanyaan dan memberi batang pocky yang lain”
“aigoooo.. iya baiklaaah,” aku langsung memakan pockyku dengan cepat. “oke, ayooo beri aku segala pertanyaaann”
“oke, soal nomer satu”

Akhirnya aku berhasil menjawab pertanyaan-pertanyaan Kyuhyun dengan segenap ingatanku. Aku pulang dengan otak yang mungkin sedang mengepulkan asap tebal sekarang. Hyukjae hanya tertawa melihatku yang berusaha-mati-matian tadi untuk mendapatkan setiap batang pocky strawberry. Bahkan katanya, Kyuhyun akan memberi semua makanan strawberry kalau aku bisa menjawab pertanyaan-pertanyaannya selama sebulan penuh belajar intensif bersamanya. Aku mau belajar sama Sungmin hyung saja kalau begini.. tapi Sungmin hyung malah tidak mau.. aish.. yasudahlah. Aku akan membuktikannya pada dia. Aku bisa.
-ccc-

“Oppa!”
“ah, mianhae Hyo, aku harus ke perpus!”
“O—oppa tunggu!”
“MIAN HYO!” aku berlari menjauhi Minhyoku sambil mengatupkan kedua tanganku rapat-rapat, benar-benar meminta maaf. Ini sudah minggu kedua sejak aku belajar super intensive like hell di rumahnya Kyuhyun. Karena permintaan Intensifku, Kyuhyun benar-benar serius memberikannya. Setiap istirahat, dia juga datang ke kelasku dan memberi banyak sekali pertanyaan, kertas soal, dan banyak lagi pokoknya. Aku hanya bisa bertemu dengan Minhyo bila benar-benar ada jam kosong di kelasku, yang sedangkan di kelas Kyuhyun tidak ada. Dan itu benar-benar sedikit.
“lihat deh, Donghae hyung menjauhi Minhyo! Kita bisa mendekatinya sekarang!”
“jangan coba-cobaa!!” aku menjawab hampir semua bisikan siswa cowok yang baru saja aku lewati. Awas saja mereka mendekatinya selagi aku belajar mati-matian demi dirinya! Akan kuhajar satu-persatu!

“oh, Donghae oppa, kau datang lagi.. bukunya yang kemarin sudah selesai?” seorang siswi dengan pita hijau muda menyapaku. Aku hanya menoleh kearahnya sebentar dan melanjutkan langkahku memasuki rak-rak buku perpustakaan. “oppa, kau tidak ingat siapa aku?”
“ne, siapa ya?”
“seminggu ini aku yang menjadi penjaga perpus bergilir disini.. padahal kita sudah bertemu hampir seminggu..” mukanya berubah menjadi sendu. Hm. Aku tidak tertarik.
“ne, hwaiting” aku melanjutkan mengambil buku-buku yang Kyuhyun suruh. Banyak sekali. Dan berat!
“namaku Eunseo, Son Eunseo, kelas 2-4” aku melirik perempuan itu datar.
“ne, salam kenal” aku menyusuri rak-rak buku perpustakaan sekolah sambil memicingkan mata, membaca tiap hurufnya.
“apa yang kau cari, oppa? Biar kubantu”
“tidak, tidak usah, aku bisa sendiri”
“aku penjaga perpus, aku bisa membantumu mencari lebih cepat” dia tersenyum kepadaku.
“baiklah, terserah kau” aku mengambil kertas yang berada disakuku. “ini, carikan yang nomor 14 sampai 17” aku menunjukkan kertas bertuliskan nama-nama buku yang disuruh Kyuhyun. Ada 25 buku, totalnya. Banyak ya? Aku sendiri tidak tahu itu buku apa semua.
“banyak sekali.. baiklah oppa, tunggu sebentar aku cari di komputer” dia berlari meninggalkanku, akhirnya aku sendiri lagi. Aku benar-benar malas bila sudah ada siswi kelas dua atau tiga yang mendekatiku. Aku tidak tertarik dengan mereka. Mereka banyak yang tidak benar, apalagi yang mendekatiku. Mereka banyak yang hanya ingin mempunyai pacar tampan. Bukan cinta dalam hati. Ah, perkataanku.
“sial, banyak sekali sih”
“oppa, buku nomer 15 dan 16 sedang dipinjam oleh anak kelas tiga yang lain..”
“ah, begitu, baiklah. Yang 14 dan 17?”
“ada, ayo ikut aku..” akhirnya aku mengikutinya. Banyak sekali siswa kelas dua dan tiga disini. Mereka memperhatikan siswi ini. Dan sekarang melihatku tajam. Apa? Aku tidak tertarik padanya, ambil saja. Aku sudah punya Minhyo. “ah, ada Sanghyun oppa”
“Sanghyun?” aku memperhatikan siswa berdasi hijau muda itu. Itu kan, temannya Changsun, kalau tidak salah Changsun memanggilnya Cheondung.
“ne, Park Sanghyun oppa, kelas 2-1, biasanya dipanggil Cheondung oppa”
“ah.. aku benar”
“annyeong oppa, tumben ada disini” perempuan ini menyapanya dengan manja. Siapa memang dia? Pacarnya? Manja sekali jadi perempuan.
“oh, Eunseo? tidak, aku hanya mengumpulkan data buku baru, ah, ada Donghae hyung, annyeong” dia membungkuk sopan padaku.
“kau temannya Changsun kan?”
“Joon hyung? Ne, aku temannya”
“berarti, kau temannya Seungho?”
“Seungho hyung? Ne, aku juga temannya.. ada apa?”
“tidak, tidak apa.. kau anak perpus ya? Mengurusi semua data buku begitu?”
“ah, ini karena aku ketua komite bagian perpustakaan..” dia tersenyum padaku. Eunseo juga. Ada apa sebenarnya dengan mereka? “Donghae hyung sedang apa disini? Tumben?”
“aku hanya mencari buku..”
“Sanghyun oppa, apa kau tau buku nomer 14 dan 17 yang ini?” perempuan ini menunjukkan daftar bukuku pada Sanghyun.
“yang nomer 14 ini.. satunya baru saja diambil oleh Seungho hyung.. kalau 17, ini baru selesai ku data” dia memberikannya pada Eunseo, dan Eunseo memberikannya padaku.
“Seungho? Dia kan sudah pintar, buat apa belajar? Apa tidak ada stok lain juga?”
“tidak, hanya ada dua tiap buku disini, maafkan kami” Sanghyun membungkukkan badannya kembali.
“baiklah, tidak apa, setidaknya aku datang kesini mendapatkan beberapa buku.”
“kalau mau, Eunseo akan kuminta mengantar buku-buku dalam daftarmu itu ke kelasmu kalau sudah selesai dipinjam”
“ah, tidak usah..” aku mencoba menolak dengan sopan.
“tidak apa, aku tidak keberatan” aku menatap perempuan ini sangat lama. Apa yang dia inginkan? Aku tidak akan memberikan apa-apa padamu.
“terserah kalian sajalah” aku mengalihkan perhatianku pada rak-rak buku. Mereka benar-benar mencurigakan. “kalau begitu aku balik ke kelas sekarang, terima kasih” aku berjalan pergi meninggalkan mereka. Benar-benar kumpulan orang yang aneh.

Hampir setiap hari sejak hari itu Eunseo selalu datang ke kelasku untuk memberi buku-buku yang ada di daftar bukuku itu. Dan akhir-akhir ini dia men`mbahkan daftar antaran. Bekal. Entah apa yang dia pikirkan, tapi kalau makanan sih, aku terima-terima saja. Semua siswa kelasku selalu memperhatikanku setiap Eunseo datang. Aku berkali-kali bilang ke mereka kalau aku masih dengan Minhyo. Dan mereka langsung kembali pada apa yang mereka lakukan lagi. Tapi mereka mengulanginya lagi setiap hari. Aku ingin membuat papan bertuliskan “AKU MASIH DENGAN MINHYO” kalau begini terus. Heran deh, aku ini orangnya setia setengah mati ya. Tolong.
“ya hyung, kenapa dia selalu datang kemari? Begaimana dengan Minhyo?” Kyuhyun yang baru datang setelah Eunseo keluar langsung bertanya tanpa dosa.
“aku tidak ada apa-apa dengannya. Dan ini semua karena daftar bukumu ya” aku memakan kembali roti sandwich yang Eunseo bawakan hari ini. Lumayan.
“kenapa jadi aku yang salaah! Kan harusnya kau mencarinya sendiri di perpustakaan”
“iya, tapi setiap aku mau meminjam buku yang ada di daftarmu itu, semua sedang dipinjam oleh Seungho sialan itu”
“ah, pantas saja. Orang itu selalu meminjam terlalu banyak buku, dan kadang lupa mengembalikan. Mentang-mentang Sanghyun si ketua komite bagian perpustakaan itu teman dekatnya” Kyuhyun menaruh beberapa lembar soal dimejaku.
“ah.. sampai kapan aku harus belajar.. aku ingin bertemu Minhyo..”
“tinggal seminggu lagi hyung! Tenang saja! Bimbingan intensif denganku pasti akan membuatmu menjadi peringkat 1! Tidak, aku masih akan menjadi peringkat satu. Dan Sungmin hyung menjadi peringkat dua, berarti kau peringkat tiga”
“kaaau.. katakan yang benaar” aku mencekik leher Kyuhyun bercanda.
“peringkat tiga hyuung.. kau pasti akan mengalahkannya! Aku jamin 100%! yah, mungkin”
“kali ini aku akan mencekikmu beneran loh”
“tidak! Jangan! Aku punya satu kardus pocky strawberry dirumah!”
“baiklah, aku tidak jadi mencekikmu. Hahahah pocky!” aku melepas cekikanku.
“tapi.. kau harus bisa menyelesaikan soal-soal itu.. sampai jam pulang sekolah nanti. Dah hyung!” Kyuhyun langsung berlari meninggalkan kelasku.
“KYUHYUN!!” aku langsung berhenti mengejarnya begitu tiba di depan pintu kelas, karena ternyata Minhyo sedang berada didepan kelasku. “Hyo! Apa yang kau lakukan disini?” aku tersenyum sangat lebar melihatnya. Minhyoku! Aku merindukanmu!
“tidak ada apa-apa” dia memperhatikan roti yang sedang aku makan. “dari siapa?”
“eng.. Eunseo?”
“oh.. jadi benar..” dia langsung pergi meninggalkanku setelah pertanyaannya terjawab. Hah? Apa? Apa yang benar?
“Hyo! Minhyo! Ada apa?” aku meraih lengannya dan membalikkan badannya. “Min.. hyo..?” dia menangis.
“lepaskan aku”
“tidak, katakan dulu, ada apa sebenarnya?”
“kubilang lepaskan aku!” aku makin mencengkeram erat lengannya.
“tidak sampai kau mengatakannya” aku memeluknya erat, dan dia makin menangis sejadinya. Aku makin bingung apa yang terjadi.
“lepaskan!!” dia mendorongku sekuat tenaga. Dan berhasil.
“apa yang sebenarnya terjadi? Katakan padaku!” aku menahan pundaknya. Mencengkeramnya.
“sakit oppa!”
“Minhy—“
“hentikan hyung” seorang namja melepaskan cengkeraman tanganku.
“Yo—yoseob oppa..”
“Yoseob, jangan ganggu kami”
“kau menyakiti yeojamu sendiri, kau harusnya malu”
“tapi..” aku melihat Minhyo yang masih menangis dan memegang pundaknya. “Hyo..”
“terima kasih oppa..” Minhyo langsung berlari menuju tangga dan turun dengan cepat.
“HYO!!” aku berusaha mengejarnya.
“hentikan hyung” Yoseob menghalangi jalanku.
“minggir!” aku hendak memukul Yoseob sekuat tenaga, tapi tiba-tiba Hyukjae menghentikanku. “Hyukjae, lepaskan!”
“kau mau usah`mu belajar jadi sia-sia karena di drop out?”
“biarkan! Aku harus tahu apa yang terjadi!”
“kita kembali ke kelas, aku akan menjelaskannya”
“tapi Minhyo!!”
“hentikan! Kita kembali” Hyukjae menarikku paksa. “terima kasih Yoseob”
“mian hyung”

Aku akhirnya mengikuti Hyukjae karena cengkeramannya benar-benar tidak bisa kulepaskan. Entah sejak kapan dia jadi lebih kuat dariku, harusnya aku dengannya sama kuat. Aku sekarang sudah pasrah saja ditarik olehnya, tapi dia tidak membawaku ke kelas, ataupun ruang konseling. Dia membawaku ke ruang siaran radio sekolah.
“nah, kalau kau mau mengatakan sesuatu padanya, katakan disini, aku akan membantumu” Hyukjae mempersilahkanku duduk.
“ng.. maksudmu?”
“ini masih jam istirahat, yah, walau sudah mau selesai. Sampaikan padanya dari sini”
“Hyukjae..” aku hampir menangis terharu. Temanku ini benar-benar sangat baik..
“nah, silahkan”
“tunggu sebentar.. kau tadi bukannya mau menjelaskan sesuatu?”
“oh ya? Aku lupa..” Hyukjae menggaruk kepalanya. Mirip monyet.
“baiklah, terserah saja.. aku akan mengatakannya. Apa yang sebaiknya aku katakan, Hyuk?”
“terserah kau, apa yang paling ingin kau sampaikan? Sampaikan saja langsung”
“tapi aku tidak tahu..”
“siap ya? Satu dua, ON AIR
“HYUK!” lampu merah bertuliskan ON AIR menyala terang. Aku gelagapan di ruang siaran.

“Selamat siang! Ini adalah siaran dadakan! Disini Hyukjae lagi yang bersiaran, tapi kali ini dengan tamu istimewa, Lee Donghae kelas 3-5! Dia ingin menyampaikan pesan pada seseorang, jadi, seseorang yang dia maksud, tolong didengar ya.. silahkan, Donghae!” aku terdiam dan menatap Hyukjae yang berbicara dengan sangat lancar. Aku menelan ludahku.
“ng.. selamat siang.. disini Lee Donghae kelas 3-5.. ingin menyampaikan pada yeoja chinguku.. Park Minhyo kelas 1-1.. saranghae.. dan.. ng.. mianhae.. aku tidak mengerti kenapa kau marah padaku.. tapi mianhae karena telah membuat pundakmu sakit.. ah.. aku juga akan berusaha melakukan apapun untukmu.. jadi kumohon, maafkan aku.. kita pulang bersama ya hari ini?”
“kepada Park Minhyo kelas 1-1! Tolong dijawab secepatnya ya! Apa ada lagi yang ingin kau sampaikan, Lee Donghae dari kelas 3-5?”
“ng.. untuk Cho Kyuhyun kelas 3-1, maaf, hari ini aku tidak bisa kerumahmu, besok saja, oke! Terima kasih. SARANGHAE PARK MINHYO!” aku mengakhirinya dengan teriakan dan gerakan tangan membentuk hati. Semoga dia mendengarnya, dan kalau bisa*melihatku dengan pose ini.
“nah, itu dia pesan dari Lee Donghae kelas 3-5, semoga Park Minhyo menjawab teriakan cintanya.. dan melihat pose bentuk hatinya ini.. hahaha.. baiklah, siaran dadakan ini Lee Hyukjae akhiri sampai disini! Terima kasih dan maaf sudah mengganggu kalian beristirahat! Selamat siang!” Hyukjae lalu mematikan siarannya. Aku berselonjor lemas dikursi.

“Hyukjaeee…. Tolong bantu aku ke kelas..”
“tidak mau, aku sudah membantumu, jalan sendiri sana”
“kau jahaat.. tapi terima kasih..” aku berdiri dan berjalan dibelakangnya keluar dari ruang siaran. Dan berharap ada Minhyo didepan ruang siaran, dan benar saja, Minhyo ada di depan ruang siaran radio sekolah, masih dengan mata yang berkaca-kaca dan sekarang ditambah wajah yang merona merah, tapi mukanya sangat tegas.
“Minhyo!”
PLAK
“baiklah kita pulang bersama hari ini. Tapi kau harus menjelaskan semuanya.” Dia langsung pergi meninggalkanku yang masih terdiam terkena tamparan kecilnya.
“baiklah! Aku akan menjemputmu dikelas!”
“terserah!”
“HYUKJAEEEEE” aku memeluk Hyukjae sedangkan Hyukjae mencoba melepaskan pelukanku.
“hentikan Hae! Aku tidak mau disebut homo!”
“aku juga tidak, tapi ini bukti terima kasihku!”
“kalau kau mau berterima kasih, belikan aku barang, jangan memelukku begini!”
“baiklah, apa yang kau inginkan?”
“tidak tahu, nanti saja, yang penting lepaskan dulu pelukanmu!”
“baiklah” aku melepaskan pelukanku dan berlari riang menuju kelas.
“jadi gitu, aku langsung ditinggaal!”
“sebenarnya kau mau yang mana haaa!” aku akhirnya berteriak-teriak di lorong bersama Hyukjae sampai tiba di kelas kami.
-ccc-

“jadi, jelaskan” aku sekarang sedang bersama Minhyo di taman dekat rumahnya. Dia duduk di ayunan, sedangkan aku mendorongnya.
“jelaskan apa?”
“jelaskan maksud dari gosip-gosip itu”
“gosip apa ya?” aku benar-benar tidak tahu apa yang sebenarnya dia maksudkan.
“iiih! Gosip kalau kau berpacaran dengan Eunseo!” Minhyo tiba-tiba loncat dari ayunannya dan berdiri menghadap padaku dengan muka geram.
“Mm—MWO?!”
“gak usah sok kaget gitu deh!”
“gosip macam apa itu?! Aku benar-benar tidak tahu!”
“bagaimana kau bisa tidak tahu! Dia selalu datang ke kelasmu! Juga memberimu bekal! Semua orang mengira kau berpacaran dengannya! Kau bahkan jarang mengunjungiku lagi saat istirahat!”
“tap—tapi! Aku tidak ada hubungan apa-apa dengannya! Sumpah!”
“lalu? Apa yang kau lakukan??”
“aku.. aku.. ng.. aku sedang melakukan sesuatu..  tapi sumpah aku tidak berpacaran dengannya! Menyukainya saja tidak!”
“apa yang kau sembunyikan?” dia berjalan kearahku dengan tangan yang mengepal.
“ah.. itu.. ng.. rahasia..?”
“apa yang kau rahasiakan darikuu”
“kau akan mengetahuinya nanti.. hehe..”
“kau mencurigakan! Jangan-jangan kau benar-benar berpacaran dengannya!”
“tidak! Tidak! Percaya padaku Hyo! Aku tidak berpacaran dengannya! Aku baru mengenalnya saat ke perpus!”
“ya! Itu juga! Apa yang kau lakukan di perpus! Jarang sekali aku melihatmu ke perpus! Kau benar-benar ingin bertemu dengannya ‘kan!”
“tidak Hyo! Sumpah demi cintaku padamu! Aku tidak ada maksud bertemu dengannya! Kyuhyun yang menyuruhku untuk mencari buku-buku pelajaran di perpus untukku— eh, untuknya belajar!”
“hm? Kyuhyun oppa yang menyuruhmu? Apa yang kau lakukan sampai bisa disuruh-suruh olehnya?”
“eh.. dia akan memberiku pocky strawberry-nya…?”
“itu saja?”
“ng.. ye..”
“benarkah?”
“ne…”
“serius?”
“ne... ?”
“jawab yang benar!”
“ne ma’am!”
“lalu? Kenapa Eunseo itu bisa ke kelasmu? Dan hampir setiap hari??”
“ya.. daftar buku yang Kyuhyun berikan padaku ada beberapa yang masih dipinjam.. dan Sanghyun anak kelas 2-1, si ketua komite bagian perpustakaan itu menyuruh Eunseo untuk mengantarnya ke kelasku kalau sudah dikembalikan… begitu..”
“begitu saja? Dan bekal-bekalnya itu?”
“iyaa.. aku tidak pernah menyuruhnya untuk membawakan bekal untukku.. lebih baik aku mencuri makananmu deh..”
“jadi, kau benar-benar tidak ada apa-apa dengannya?”
“ne! se-ra-tus-per-sen-!!”
“apa kau masih milikku?” dia menampakkan senyum manisnya yang sangat manja.
“sepenuhnya!”
“baiklah, aku percaya padamu kali ini, jadi tolong, jangan dekat-dekat lagi dengannya.. aku tidak suka..”
“tentu saja my lady” aku meraih tangannya yang berada di balik punggungnya, dan mengecupnya pelan. Seperti dalam cerita-cerita.
“kalau begitu ayo pulang~”
“begitu saja?”
“ne! kau mengharapkan apa?”
“hm.. kisseu?”
“huh??” dia mundur beberapa langkah dengan muka terkejut.
“ne, kita belum pernah kisseu sama sekali..” aku memunculkan wajah super melasku padanya.
“kk—kisseu?”
“ne..” aku mendekat padanya yang sedang terdiam ditempatnya. Dia memejamkan matanya.
“Minhyo! Apa yang kau lakukan disini?” sebuah suara membuat matanya terbuka kembali.
“um.. umm.. umma!”
“oh, ada Donghae.. annyeong Hae..” aku dan Umma Minhyo membungkukkan badan bersamaan.
“annyeong komo..” aku berusaha tersenyum walau sepertinya pasti terlihat sangat aneh.
“ini sudah sore, apa yang kalian lakukan disini?”
“eng.. tidak ada umma, kami hanya sedang berbincang-bincang.. sudah mau pulang kok..” Minhyo terlihat sangat bingung dan canggung pada ummanya sendiri. Lucu.
“kalau begitu, tolong bantu umma bawa belanjaan ini.. berat sekali”
“biar aku saja komo..” aku langsung meraih plastik-plastik belanjaan Umma Minhyo yang memang ternyata benar-benar berat.
“Minhyo, bantulah dia”
“Donghae oppa bisa kok~ ne?” Minhyo memberi senyum sinis padaku, seperti memberi hukuman padaku. Tapi dia tetap lucu dengan wajah sinisnya itu.
“ne.. apapun untukmu..” aku membalas senyumnya.
“kalian memang pasangan yang cocok. Umma senang sekali Donghae jadi pacarmu.. semoga nanti jadi menantu umma juga..” Umma Minhyo berjalan disebelah kanan Minhyo dan aku disebelah kiri Minhyo.
“aku akan senang sekali menjadi menantumu komo.. apalagi aku akan mempunyai istri yang cantik seperti Minhyo..” aku menyenggol Minhyo hingga dia tersandung oleh kakinya sendiri.
“hentikaan.. dasar! Kau itu besar oppaaa” Minhyo memukuli pundakku dan Umma Minhyo hanya bisa tertawa melihat kelakuan kami.
akhirnya hari ini setidaknya kami berhasil menyelesaikan masalah kecil kami. Dan semoga, tidak ada masalah yang lebih besar lagi. Semoga saja.
-ccc-

“waktu mengerjakan tinggal 30 menit”
Hari ini sudah hari terakhir ujian akhir sekolah untuk kelulusan. Satu kelas ujian berisi 10 orang, karena anak kelas satu dan kelas dua sudah selesai ujian sejak seminggu yang lalu, maka dari itu semua kelas terpakai. Aku satu kelas dengan Sungmin hyung, Hyukjae, dan temanku dari sejak aku kelas dua, Changsun—biasa dipanggil Joon dan juga temannya Seungho, yang semuanya bermarga Lee. Sungmin hyung duduk jauh di belakang dekat pintu. Changsun di sebelah kiriku. Sedangkan Hyukjae, dia berada ditengah-tengah dan selalu mengerjakan dengan sangat serius. Hari terakhir ini adalah ujian Sains, aku akan benar-benar mengeluarkan semua kemampuanku setelah tiga minggu belajar intensif dengan Kyuhyun! Jadi, hwaiting diriku!
Kalau berbicara soal ujian-ujian sekolah ini, ujian bahasa korea dan sejarah aku sih bisa, aku lebih menyukai itu daripada bahasa inggris dan matematika. Apalagi Sains. Ujian Sains adalah ujian yang paling menyebalkan, karena aku tidak bisa! Kyuhyun sih jelas pasti bisa. Sungmin hyung.. ng.. pasti bisa juga lah.. Hyukjae, dia memang terlihat serius, tapi raut wajahnya terlihat sangat kebingungan sekarang.
Selama ujian 3 hari kemarin, Kata Hyukjae, Changsun dari hari pertama selalu memanggil namaku, tapi aku benar-benar tidak mendengarnya. Aku sudah terlalu fokus pada kertas ujianku. Aku sudah belajar selama berminggu-minggu dengan Kyuhyun yang benar-benar kejam pada temannya sendiri, karena itu aku harus bisa mengerjakan semuanya sendirian!
“waktu mengerjakan kurang lima menit. Pastikan nama dan nomor induk kalian tidak salah, juga mata pelajaran yang kalian hitamkan tidak keliru”
“aigoo.. aigoo..” banyak sekali yang makin panik dengan kerjaan mereka, termasuk diriku. Tapi tentu saja Sungmin hyung tidak termasuk. Satu-satunya anak kelas 3-1 disini hanya Sungmin hyung. Dia benar-benar sangat santai mengerjakan semua soal Sains yang memusingkan mata ini.
“yang sudah selesai harap segera kdluar ruangan, kertas jawaban tetap di atas meja”
“Donghae, Hyukjae, aku duluan” Sungmin hyung benar-benar hebat.
“semangat Donghae hyung! Hyukjae hyung!” ternyata Kyuhyun malah sudah selesai dan menunggu diluar kelas. Aish. Anak kelas 3-1 memang tidak bisa biasa.
“argh!” aku memusatkan konsentrasi pada detik-detik terakhir. “ini aku tahu jawabannya.. aku pernah membacanya.. ngh..”
hwaiting Hae, aku duluan” Hyukjae sekarang menyusul keluar ruangan.
“ne ne arasseo”
“ayo Donghae, waktunya dikumpulkan” aku menengadah dan melihat Junghoon sonsaeng yang sudah berdiri dihadapanku untuk mengambil kertasku.
“sebentar hyung! Satu lagi!” dia, hyungku saat masih satu band dulu, yang kebagian menjaga kelasku di hari terakhir ini.
“kau belajar ya? Baguslah itu.. kau akhirnya belajar juga”
“ne hyung, ini demi Minhyoku tercinta”
“oh, jadi kau belajar demi dia? Bagus bagus.. daripada kau menghajar murid-murid karena dia, lebih baik kau belajar saja..”
“ne ne hyung, hentikan. Aku harus menjawab soal ini!”
“baik-baik, aku diam”
Setelah beberapa detik akhirnya aku menemukan jawabannya. Lalu menghitamkan lembar jawaban, dan akhirnya mengumpulkannya pada Junghoon sonsaeng yang daritadi terlihat ingin berbicara banyak padaku.
“kau boleh berbicara kok hyung” aku mengambil tasku dan berdiri.
“ah ne.. semoga kau karena niat belajarmu kau tidak berada di ranking bawah lagi, kau belajar begini mengincar ranking berapa memang?”
“aku mengincar posisi tiga, hyung!”
“mwoo.. kau benar-benar belajar ya? Baiklah semoga kamu mendapat ranking itu” Junghoon sonsaeng menepuk pundakku dan berjalan keluar kelas bersamaku. “kenapa tidak satu? Atau dua?”
“karena aku pasti tidak bisa mengalahkan guruku, Kyuhyun. Dan Sungmin hyung itu, hng.. ya sama pintarnya kan, aku tidak tau bisa sampai mengalahkan mereka apa tidak”
“kau belajar dengan Kyuhyun? Ah, bisa ku pastikan kau mendapat peringkat tiga kalau begitu.. baiklah, hwaiting! Berdoa yang banyak”
“ne hyung terima kasih, dan sampai jumpa lagi” aku berlari meninggalkan Junghoon sonsaeng menuju teman-temanku yang sudah bergerombol di dekat tangga.

“yaa! Aku berhasil! Aku bisa mengerjakan semuanyaa! Terima kasih Kyu! Aku akan mentraktirmu!” aku menepuk pundak Kyuhyun yang berjalan menuruni tangga direbelahku.
“kalau begitu, traktir aku tiket ke amusement park buat dua orang ya”
“hah? Beli saja sendiri”
“gitu?” Kyuhyun melihatku sinis.
“aigoo.. ne ne.. jangan menatapku seperti itu.. baiklah aku belikan”
“nah gitu.. aku akan memberi sisa satu dus pocky strawberry yang ada dirumah. Aku lebih suka rasa cokelat”
“ya! hore..e?” aku terdiam ditempatku.
“apa yang kau lakukan, Hae? Ayo cepat! Nanti kita ketinggalan film bioskop yang sudah kita rencanakan tadi pagi..” Hyukjae menarik lenganku.
“itu siapa Hyuk?” aku ganti menarik lengan Hyukjae agar menoleh kearah pandanganku tertuju.
“ng.. yang mana ya? Banyak lo..”
“pasti yang sama Minhyo ya?” Kyuhyun menyeletuk. Tapi itu benar. Minhyoku sedang bersama lelaki berambut hitam kecokelatan. Dan terlihat sangat dekat. “itu ketua komite bagian kesenian, aku lupa namanya, aku tidak menghafal nama-nama anak komite, malas”
“ng.. ng.. aku tau namanya” Hyukjae mengetuk-ngetuk keningnya. “Sunghyun! Woo Sunghyun anak kelas 2-3!”
“Sunghyun…?”
“iya, Sunghyun.. Kevin itu lo.. aish, dia ada didaftar sainganmu” Hyukjae menunjuk iphoneku yang sedang kugenggam.
“Kevin??” aku membuka note iphoneku dan melihat namanya. Ada. Woo Sunghyun, Kevin, kelas 2-3. “dia… berani mendekati Minhyo!” aku langsung berjalan cepat kearah Minhyo dan Sunghyun itu berada. Dengan muka super kesal.
“oppa!” Minhyo berlari kearahku dengan tersenyum. Aku memperlambat jalanku.. dan melunakkan kekesalanku.
“annyeong Hyo.. apa yang kau lakukan disini? Bukankah harusnya anak kelas satu dan dua libur? Dan kau dengan siapa?” aku tersenyum padanya dan melirik kearah belakang Minhyo, tempat Sunghyun berada.
“ah, dia Sunghyun oppa kelas 2-3, dia ketua komite bagian kesenian, aku jadi bagian dari panitia kesenian di pesta akhir semester nanti.. jadi dia ketuaku di acara ini.. aku masuk karena aku panitia.. hehe”
“kenapa kok tidak bilang padaku?”
“aku takut mengganggu konsentrasimu.. kau kan harus ujian.. hehe”
“hng.. baiklah.. apa besok kau masuk sekolah juga?”
“ne, seminggu ini panitia akan masuk.. termasuk Rin dan Bi”
“Rin juga? Mana dia?” Kyuhyun langsung menyerobot bertanya.
“dia sedang bersama Kikwang oppa, Rin jadi bagian dari panitia dekorasi, dan Kikwang oppa yang jadi ketua bagian dekorasi..”
“Kikwang? Dia kan ketua komite bagian olahraga? Kenapa jadi dekorasi?” raut wajah Kyuhyun terlihat sangat kesal. Aku tidak pernah melihatnya sekesal itu selama menjadi temannya dari SMP.
“Seungho oppa yang menyuruhnya kata Rin”
“sudah berapa hari kalian masuk begini?” Kyuhyun mengerutkan dahinya.
“hah? Ya sejak kalian hari pertama ujian senin kemarin.. berarti sudah 4 hari..”
“dimana dia sekarang? dimana Rin?”
“ng.. ruang.. apa ya.. kalau tidak salah sih, ruang ekstrakulikuler drama..”
“maaf aku tidak jadi ikut nonton, aku pergi duluan” Kyuhyun langsung melesat meninggalkan kami semua yang terdiam melihatnya. Dia benar-benar mirip sepertiku yang dulu sering memukul para siswa karena cintaku pada Minhyo.. jadi Kikwang musuh besarnya? Hwaiting Kyu!
“Bi bagian apa Hyo? Apa ketuanya juga seorang namja?” kali ini Sungmin yang bertanya. Kapan giliranku bertanya padanya juga sih? Kalian ini nyerobot terus.
“bi hanya bagian refreshment untuk panitia, ketuanya Sunny unni..”
“ah, baiklah kalau begitu, kita jadi nonton tidak?” Sungmin hyung terlihat menghela nafas lega dan langsung mengganti topik.
“aku pasti jadi” Hyukjae menepuk pundak Sungmin hyung.
“aku.. tidak” aku berdiri disamping Minhyo dan memeluk pundaknya.
“loh? Kenapa tidak? Nonton sajalah oppa..”
“aku akan menemanimu disekolah.. sampai sore kan?”
“ah.. iya sih.. yasudah kalau itu maumu..” Minhyo merangkul tanganku dan membungkuk pada Hyukjae dan Sungmin hyung.
“baikah, kami pergi dulu, jangan aneh-aneh lo Hae” Sungmin hyung tertawa dan pergi bersama Hyukjae meninggalkan kami.
“ya, jadi, apa kau akan berbicara dengannya lagi?” aku dan minhyo berjalan kearah Woo Sunghyun, atau katanya yang nama panggilannya Kevin itu, yang sedang berbicara dengan siswa lain sekarang.
“ne oppa, aku masih harus mengurus banyak hal, beberapa panitia seni ada yang tidak masuk hari ini..”
“baiklah, pokoknya aku akan berada didekatmu” aku meremas tangannya lembut dan memberikan senyumku padanya.

Aku berjalan dibelakang mereka, dibelakang Minhyo persis. Mereka membicarakan soal hal-hal seni yang akan dilakukan saat pesta akhir semester nanti, dan sesekali tertawa bersama. Aku kesal memang dengan yang mereka lakukan, tapi asal Sunghyun ini tidak menyentuh Minhyoku, aku masih bisa memendam kepalan tanganku. Mereka berjalan sambil melihat-lihat kelas, dan sesekali berhenti.
Selagi mereka berjalan, aku menghentikan langkahku di depan pintu ruang ekstrakulikuler drama. Aku melihat Kyuhyun yang sedang merusuhi Ririn dan Kikwang serta seorang namja lain. Dia sedang merusuhi dengan cara yang berbeda dariku, Kyuhyun melingkarkan tangannya di leher Ririn. Ririn juga tetap biasa saja dibegitukan. Hah. Dasar pasangan lucu. Sepertinya mereka tidak ada masalah, sebaiknya aku mengikuti Minhyo lagi.
“Minhyo?” aku kehilangan jejaknya. Dia pergi kemana? Jangan-jangan Sunghyun itu mengambil kesempatan dalam kesempitan! “MINHYO!”
“ne oppa?” dia memperlihatkan dirinya lagi. Ternyata dia berada di ruang sebelah. Kukira dia menghilang.
“kukira kau menghilang bersamanya..” aku menghela nafas super lega dan menghampirinya. “mau selesai jam berapa Hyo?”
“sebentar lagi kok.. habisnya udah sore, nanti dimarahi umma lagi kalau pulang kemalaman.. hehehehe”
“malam? apa kemarin kau diantar pulang olehnya?” aku mulai memusatkan amarahku pada kepalan tangan dibelakang punggungku. Berani juga Sunghyun itu.
“ne, kemarin dia menawari untuk mengantarku pulang karena sudah hampir malam, mwoya?”
“dan kau menerimanya..” aku memalingkan wajahku darinya, karena pasti raut wajahku sudah sebal tidak karuan.
“tapi hari ini aku pulang denganmu kan” Minhyo tersenyum padaku dan seperti meminta maaf karena kesalahannya pulang dengan Sunghyun.
“ne, kau akan pulang denganku, akan kugendong kau”
“mwo! Tidak mau!” Minhyo menjulurkan lidahnya dan masuk kembali keruangan tadi. Aku mengejarnya dan terhenti karena Sunghyun tepat berada didepanku sekarang, dan aku menabraknya.
“oh hyung, mian” Sunghyun ini membungkukkan badannya padaku, mau tidak mau aku harus membalasnya.
“ne, tidak apa, mian juga. Apa kau akan pulang sekarang?” aku mencoba menginterogasinya. Aku jadi seperti appanya Minhyo saja saat aku pertama bertemu dengan beliau saat itu, aku benar-benar ditanyai banyak sekali hal.
“sebentar lagi setelah urusan penataan tempat selesai.. apa hyung akan mengantar Minhyo pulang hari ini?” pertanyaan yang tidak perlu dijawab. Tentu saja aku akan mengantarnya pulang, babo.
“tentu saja, dia pacarku”
“ah, iya juga.. hahaha.. dia baik sekali padaku, aku sampai lupa kalau dia punya pacar” Sunghyun menatapku tajam. Aku balas menatapnya. “dia lucu sekali saat bercerita, heboh”
“ne, aku tahu”
“dan dia benar-benar cantik dari dekat”
“tentu saja”
“oppa, ayo kita pulang” Minhyo muncul dari balik Sunghyun dan merangkul tanganku. “besok kita lanjutkan lagi Sunghyun oppa, sampai jumpa besok” dia membungkuk padanya dan menarikku keluar ruangan.
“ne, sampai jumpa Minhyo” aku masih memperhatikannya tajam, walau sebenarnya sudah ditarik kuat-kuat oleh Minhyo. “kau sungguh beruntung mendapatkannya..” dia tersenyum masam.
“ne, dan jangan pernah terlalu dekat dengannya” aku memukul dadanya sedikit keras, dan akhirnya merelakan diri ditarik oleh Minhyo.
“tenang saja, bukan aku yang harus kau khawatirkan” dia menyedekapkan tangannya, dan mengatakan hal yang membuatku berpikir keras dengan senyum sinisnya itu. Siapa? Siapa yang harus aku khawatirkan?
-ccc-

“hyung, aku ingin curhat” isi sms singkat Kyuhyun membuatku bingung pagi buta begini, sebenarnya jam 8 sih sudahan, tapi ini masih sangat pagi bagiku di hari Minggu begini, dan tumben saja dia memberiku sms seperti itu. Biasanya kalau curhat-curhatan, dia pasti akan pergi ke Sungmin hyung.
“kenapa tidak Sungmin hyung saja? Aku malas” aku membalasnya dengan kepala masih dibawah bantal.
“ayolah, ceritaku ini ujungnya ada Minhyomu juga”
“hah? Ada apa dengan Minhyoku?” aku langsung terduduk di kasurku.
“makanya, jam 10 nanti datanglah ke rumahku, oke? Aku tunggu. Aku harus menemani noonaku pergi dulu sekarang. sampai nanti”
“hah? Jam 10? Pagi sekali! Jam 12 sajalah”
Tapi Kyuhyun tidak membalas smsku yang terakhir. Aku terpaksa harus bangun dari tempat tidurku ini dan bergegas mandi dan lalu lebih malasnya lagi, aku harus membuat sarapan sendiri kalau sudah jam segini. Kalau jam 12 nanti ‘kan, aku bisa makan pagi-siang tanpa membuat sendiri. Aish. Lagipula sejak hari Kamis itu, aku selalu menemani Minhyo hingga sore, katanya hari Minggu ini juga ada pertemuan panitia di sekolah, aku harusnya pergi menemani Minhyo lagi di sekolah hari ini. Aish aish aish menyebalkan.

“silahkan masuk hyung, ayo langsung ke kamarku saja” begitu aku sampai di rumah Kyuhyun, dia langsung membukakan pintu rumahnya dan menarikku menuju kamarnya dilantai dua. Dimeja kamar tidurnya sudah ada toples berisi pocky cokelat, dan aku teringat harus membelikannya tiket amusement park. Jangan-jangan dia mau memintanya. Aduh.
“jadi langsung saja hyung, Rin dari kemarin saat pulang, selalu saja menceritakan soal Kikwang padaku. Aku sebal”
“ah”
“dan sepertinya Kikwang itu mdnyukai Ririnku, hyung! Aku tambah lebih sebal lagi!”
“ne..”
“responnya yang benar dong, kalau aku sebal padamu, gak aku kasih pocky strawberrymu lho”
“ah ne, ye, jangan. Berikan padaku” aku juga baru ingat kalau belum mendapat pocky strawberry yang ia janjikan.
“makanya dengar yang benar” Kyuhyun mendengus kesal dan melanjutkan ceritanya kembali. “Rin menceritakan banyak hal tentang Kikwang itu, apalagi soal dia yang menjadi ketua komite bagian olahraga dan seorang anak futsal dan basket. Aku juga bisa melakukannya. Hanya saja aku malas, aku lebih suka bermain laptopku dan menemani Ririn lama-lama di toko buku daripada harus capek-capek berkeringat hanya untuk mendapatkan teriakan para yeoja genit kurang kerjaan” Kyuhyun bercerita langsung tanpa berhenti. Aku jadi salut pada Sungmin hyung yang setia mendengarkan Kyuhyun kalau bercerita.
“kalau begitu itu salahmu ‘kan, karena tidak pernah memperlihatkan Ririn keahlianmu dalam olahraga seperti saat SMP dulu..” aku membuka toples berisi pocky cokelatnya dan mendapatkan pukulan ditangan oleh Kyuhyun. “aduh!”
“itu milikku, ini punyamu” dia memberikan satu kotak pocky strawberry yang belum terbuka, aku langsung menyambarnya, membukanya dengan anarki, dan memakannya. “tapi Rin sepertinya biasa saja.. tapi tidak juga.. tapi..”
“yang benar yang mana?” aku menatap Kyuhyun dengan tatapan datar.
“tidak tahu hyung!” Kyuhyun mulai mengacak-acak rambutnya sendiri seperti orang yang benar-benar stress. “mana si Kikwang itu walau aku sudah berada didekat Rin masih saja mengumbar ke-sok-keren-annya dan sok-senyum-manis-nya itu pada Ririnku!”
hwaiting kalau begitu..” aku menyemangatinya dan memakan pocky ku tanpa dosa.
“hyung!”
“ne neee… semoga saja Ririn tidak menyukainya juga” aku masih tetap mengunyah pocky strawberry ku yang benar-benar enak like in heaven. “oh iya, jadi, ada apa dengan Minhyoku?”
“ah ne.. Rin juga cerita soal teman satu kelas Kikwang yang dulu adalah mantan Minhyo saat SMP..”
“UHUK! Mm—mantan?” perasan like in heaven ini seketika berubah like in hell karena aku tersedak oleh makanan kesukaanku sendiri.
“ne, mantan Minhyo saat SMP katanya..”
“siapa? Siapa diaaaa?”
“ng.. siapa ya? Kemarin saat kita tahu pacar kita itu pada jadi panitia, dia ada dan berbicara banyak dengan Kikwang.”
“hng, waktu itu aku melihatmu dengan Ririn dan Kikwang sih, tapi namja satu lagi aku tidak terlalu menggubris”
“ah ye! Yang itu hyung! Itu orangnya! Kalau tidak salah, Rin cerita kalau dia kapten klub basket”
“kapten klub basket? Kapten klub basket itu temanku.. apa si Yoseob?”
“hng.. dia kelas 2 berapa? Harusnya sekelas dengan Kikwang, dia kelas 2-4, tidak terlalu pintar rupanya dia” Kyuhyun mendengus sombong.
“kalau tidak salah, dia 2-4, dan dia memang ketua klub basket.. masa’ sih? Aku tidak*pernah tahu hal itu darinya” aku memperlambat kecepatan memakan pocky ku untuk memusatkan konsentrasi pada pikiran.
“kata Rin, orangnya chubby..”
“ne..”
“kata Rin, dari minggu lalu sampai kamis kemarin, Minhyo selalu didatangi olehnya”
“minggu lalu saat kita libur??” aku menggebrak meja kecil didepanku itu hingga toples yang berada diatasnya ikut bergetar.
“ne hyung” Kyuhyun memegangi toples makanannya dengan muka kaget.
“lalu apalagi?? Apa yang dia lakukan??”
“mana kutahu hyung, memangnya aku stalkernya.. kurang kerjaan sekali.. hahaha” Kyuhyun tertawa.
“kamu kalau ngasih informasi jangan setengah-setengah dong Kyu!” aku meraih kerah baju Kyuhyun dengan emosi.
“ne ne hyung! Aku panggil Rin saja biar dia yang kasih informasi langsung!” Kyuhyun menunjukkan iphonenya dengan panik dan aku langsung melepaskannya.
“mian Kyu, kalau soal beginian aku tidak bisa terkontrol..” aku langsung terduduk kembali dan menunduk berkali-kali.
“tidak apa hyung, aku sedikit mengerti perasaanmu sekarang. Biar aku telpon Rin dulu” Kyuhyun duduk dipojok kasurnya dan menelpon Ririn. Mereka mengobrol sudah terlalu lama. Jangan-jangan Kyuhyun lupa tujuan awalnya menelpon Ririn.
“ehem, Kyu” aku mencoba berdehem untuk menyadarkan tujuan awal Kyuhyun.
“ah ne, Rin, bisa datang kemari? Aku ingin berbicara denganmu langsung..” benar ‘kan, ternyata dia lupa. “baiklah, aku tunggu, atau aku jemput? Tidak? Baiklah.. hati-hati di jalan. Dah.”
“bagaimana? Apa yang kau bicarakan ha? Dasar selalu senang”
“ahehe.. maaf hyung.. mendengar suaranya yang baru bangun tidur itu membuatku sampai lupa denganmu.. hehehe.. dia datang jam 1 kok..”
“baru bangun tidur? memang dia tidak ke sekolah seperti Hyo?”
“hng? Tidak, hari ini diliburkan kok katanya” Kyuhyun memencet-mencet layar iphonenya sambil tersenyum.
“lalu?? Hyo??”
“aku tidak tahu hyung, nanti kita tanyakan saja pada Rin.. mungkin dia tahu”
“masih 30 menit lagi jam 12.. aish..” aku mengunyah-ngunyah pockyku cepat.
“mungkin satu jam lagi hyung, dia kadang molor.. YES!!” Kyuhyun meloncat-loncat senang ditempatnya.
“apa yang kau lakukan sebenarnya??” aku meraih iphonenya dan ternyata dia sedang bermain game, aku melemparnya kembali padanya. “kukira apa”
“sudah, kita tunggu saja.. heheh”
“biarkan aku tidur di kasurmu, minggir” aku menendang Kyuhyun dan menguasai seluruh kasurnya, dan akhirnya tertidur.

“aaahh… berisik…” aku terbangun dari tidurku dan melihat Kyuhyun dan Ririn yang sedang bercanda di pojok kamar. “loh? Ririn?”
“ne oppa, annyeong” Ririn langsung berdiri dan membungkuk padaku.
“kok kau sudah datang? Ini jam berapa??”
“jam.. 2 siang” Kyuhyun menunjuk jam dinding yang berada di dekat pintu kamarnya.
“MWO?! Kenapa kau tidak membangunkanku, babo!” aku langsung berdiri dari tempatku dan menatap Kyuhyun tajam.
“tadi kau sudah kubangunkan, tapi tidak mau bangun..” Kyuhyun langsung menunjukkan peace sign dengan kedua tangannya.
“berapa kali kau mencoba membangunkanku ha?”
“satu…” Kyuhyun langsung bersembunyi dibelakang Ririn begitu aku mulai mengepalkan tanganku. Aku jadi tidak bisa menyerangnya.
“sudah sudah, kalian ini malah main saja.. jadi mendengarkan ceritaku tidak?” Ririn menyedekapkan tangannya dan menghentakkan kakiknya cepat.
“ne ne, Ririn jangan marah” Kyuhyun mulai memeluk Ririn didepanku. Jangan mengumbar kemesraan didepanku, dasar babo.
“baiklah, ayo jelaskan padaku” aku langsung duduk di kasur Kyuhyun kembali.
Ririn akhirnya mulai menjelaskan situasi sejak minggu lalu saat mereka ujian semester, dan kelas tiga diliburkan. Awalnya memang biasa saja, tapi lama kelamaan aku jadi makin sebal dengan ceritanya itu. Masahnya cerita tentang Minhyo sangat sedikit. Rin malah menceritakan kegiatan-kegiatan yang mereka bertiga lakukan dengan sangat detil. Persis seperti gaya cerita Kyuhyun. Entah yang menulari siapa.
“jad, intinya apa, Rin?” aku menguap sejenak dan menyedekapkan tanganku.
“intinya.. Yoseob oppa mendekati Minyho unni lagi..”
“kan sudah mantan, kenapa Minhyo mau didekati?”
“ng, jadi, Minhyo unni cerita kalau sebenarnya, mereka putus karena Yoseob oppa sudah lulus SMP dan katanya disuruh melanjutkan ke SMA yang jauh, tapi ternyata tidak jadi, Minhyo unni saja baru tahu saat masuk sini.. dan saat SMP itu, mereka putus baik-baik, makanya Minhyo unni masih biasa saja dengan Yoseob oppa..”
“lalu? Yoseob ingin memilikinya lagi gitu? Cih”
“tidak tahu oppa, mungkin?” Ririn mengangkat bahunya dan bersandar dengan kedua tangannya.
“apa kau tahu Minhyo masuk sekolah hari ini?” aku akhirnya ikut duduk dilantai bersama mereka berdua.
“loh? Dia masuk? Katanya Seungho oppa, hari ini diliburkan kok.. rapatnya sudah tinggal finalisasi hari senin besok..”
“jadi kau tidak tahu kalau dia masuk? Katanya dia disuruh masuk hari Minggu ini sama Sunghyun-Kevin siapalah namanya itu! Sial. Jangan-jangan dia mau diapa-apain!” aku mulai panik kalang kabut di kamar Kyuhyun.
“mungkin panitia seni memang masih belum selesai? Bisa saja kan hyung” Kyuhyun mencoba mnenenagkanku, tapi tidak bisa. Ini sudah berlebihan. Selama aku menemaninya dari hari kamis kemarin, Sunghyun sama sekali tidak berbuat yang aneh-aneh. Bahkan dia terlalu banyak berbicara dengan siswi lain. Termasuk Eunseo. Aku tidak tahu kenapa harus ada wanita itu disana. Dia berkali-kalli mencoba berbicara dan mendekatiku, tapi tentu saja aku tidak menggubrisnya. Minhyo berada didekatku, aku tidak mau dia marah padaku hanya karena salah paham lagi.
“mungkin iya, mungkin tidak. Aku akan ke sekolah sekarang. terima kasih Rin, aku akan membelikan kalian tiket ke amusement park nanti. Aku pergi” Aku langsung melesat keluar kamar Kyuhyun dan menutup pintunya, membiarkan mereka berdua didalam kamar.  Umma Kyuhyun ada di ruang tamu tapi tetap membiarkan mereka berdua di dalam kamar. Jangan-jangan sudah sering? Mereka mencurigakan.
“Komo, saya pulang dulu, terima kasih sudah boleh bertamu.. ah iya, Ririn masih diatas bersama Kyuhyun..”
“ah, iya, tidak apa.. sudah sering kok. Mereka biasanya bermain PS diatas” beliau berdiri dan meletakkan majalah yang tadi ia baca. “hati-hati dijalan ya”
“ne komo, permisi” aku memberikan senyum padanya dan langusng pergi memasuki mobilku di depan pagar rumah Kyuhyun.

Aku menjalankan mobilku secepat mungkin menuju sekolah yang memang jauh dari rumah Kyuhyun. Beberapa kali aku menerobos lampu kuning yang hendak berubah menjadi merah, tapi itu kalau tidak ada polisi yang sedang bertugas. Aku mencoba menelpon dan memberi pesan sms pada Minhyo, tapi tidak ada yang diangkat dan dibalas. Aku makin mencengkeram ban setir mobil Audi A5 hitam milikku ini dengan kuat. Apa yang dia lakukan? apa yang mereka lakukan padanya? Apa yang sebenarnya terjadi? Semua pikiran itu membuatku makin panas.
Sebersit pikiran muncul dikepalaku. Apa jangan-jangan yang Sunghyun maksud waktu itu.. adalah Yoseob? Apa benar? Jangan-jangan memang Yoseob? Yoseob teman satu komplek sejak kecil, aku selalu bermain basket dengannya. Aku tidak pernah melihatnya membawa perempuan kerumahnya. Kecuali.. perempuan mungil berkacamata merah, dengan rambut yang tergerai sebahu itu. Aku menyukainya dan mencoba mendekatinya, tapi aku tidak tahu kalau dia adalah pacar Yoseob waktu itu hingga Yoseob memperingatkanku.
“jangan-jangan perempuan mungil itu.. Minhyo?”
Aku memarkirkan mobilku di lapangan sekolah seadanya. Aku langsung keluar dan membanting pintunya dengan keras dan menguncinya. Berlari secepat mungkin kedalam gedung sekolah dan seketika itu juga berhenti teapt disebelah tangga. Aku bersembunyi karena suara yang kudengar datang mendekati.
“kau berhasil Eunseo, dia jadi lebih berpisah dengannya karena kerja kerasmu” sebuah suara lelaki terdengar dengan diikuti tawa.
“tidak oppa, ini semua karena kau yang menyuruhnya.. aku akan melakukan apa saja demi dirinya”
“tenang saja, kau akan mendapatkan dirinya, Kikwang tidak ada perasaan apa-apa pada Ririn. Dia hanya mencoba saja, mungkin dia bisa menghancurkan hubungan pasangan baru. Dia selalu melakukannya..” aku membelalakkan mataku saat mendengarnya. Siapa sebenarnya orang yang sedang berbicara ini?
“benarkah? Baiklah.. apa kau akan membayarku sesuai janjimu?”
“tenang saja, kau akan mendapatkannya, tidak usah cemas”
“ne ne.. kau selalu mengatakannya.. jadi apa kau berhasil menciumnya dan memotretnya?”
“sudah, tapi hanya di kening, dia sedikit berkelit saat aku hendak menciumnya di bibir. Padahal aku sudah memakai alasan “untuk terakhir kali ini saja”. Sungguh menyusahkan..” aku mengepalkan tanganku kuat-kuat. Aku benar-benar tidak terima.
“setidaknya kau mendapatkannya oppa..”
“saat aku masih bersamanya dulu, dia sudah pernah kucium.. bibirnya sangat lembut asal kau tau” orang ini… aku tidak bisa menahannya lagi.. selangkah lagi dari anak tangga itu..
“aku tidak mengurusi hal itu, untuk apa kau menceritakannya padaku hahaha, tapi sebenarnya apa motivasimu untuk melakukan hal ini, oppa?”
“aku mempunyai teman.. yang merebutnya dariku.. dan aku akan membalas dendam padanya”
“membalas dendam pada Minhyo?”
“tidak, aku ingin membalas dendam pad—“
BUAKK!!
“ternyata benar, Yoseob.” Aku sudah menghajarnya. Tepat di wajah. Dengan segenap amarah yang daritadi kutahan.
“ne hyung, annyeong” dia mengusap darah yang keluar dari mulutnya dengan punggung tangannya.
“apa yang kau rencanakan, ha?”
“bukankah kau sudah mendengarnya tadi, hyung?” dia tertawa sinis padaku.
“kau..”
“DONGHAE OPPA!!” aku menengadah kearah tangga dan melihatnya, bergetar.
“H—hyo!”
“apa yang kau lakukan padanya!” dia berlari kearah Yoseob yang masih tersungkur didepanku. Bisa kulihat senyum sinis mengembang diwajahnya. Kurang ajar. Dia sudah memperkirakannya.
“Dia.. dia, dia mempermainkan kita!”
“kau memukulnya hingga berdarah!!” dia tidak mendengarkanku sama sekali. Dia hanya memperhatikan orang itu, yang sekarang, mulai detik ini, kuanggap sebagai MANTAN temanku.
“tapi dia—”
“hentikan oppa! Sudahlah” Eunseo ini ikut-ikut saja. Aktingmu sudah tidak berguna.
“kau juga Eunseo! Kau dibayar berapa ha?!”
“OPPA!!” Minhyo memapah Yoseob didepan mataku. “hentikan..”
“tapi Hyo..”
“tidak apa Hyo, maaf Hae, aku hanya mendekatinya biasa.. jangan marah begitu..” dia memberikan senyum sok tidak bersalahnya.
“kau.. dasar munafik”
“HAE!”
“besok, jam 12 tepat di gedung olahraga.  Basket 3 on 3” aku langsung pergi meninggalkan mereka, tapi langkahku terhenti karena teringat sesuatu. Aku berbalik dan langsung meraih iphone yang sedang Yoseob pegang dengan paksa. Membuka folder picturenya dan langsung menunjukkannya pada Minhyo. “inikah yang kau lakukan?”
“a—ap” sebelum dia melanjutkan, aku sudah menghapusnya dan melempar iphone itu hingga membuat suara keras benturan di dada Yoseob.
“aku tidak marah padamu, hati-hati saat pulang” Minhyo mencoba meraih tanganku, tapi aku sudah berjalan menjauhi mereka kembali dan keluar dari gedung sekolah menuju mobilku. Aku membuka iphoneku dan membuka contact.
“Kyuhyun, temui aku di lapangan basket tempat dulu kita sering bermain saat SMP, bawa bola basketmu. Ajak Sungmin hyung juga. Aku akan menjelaskan semuanya padamu nanti” aku menyalakan mesin mobil dan langsung bermanuver keluar dari lapangan sekolah.
“mwo? Basket? ada apa hyung?”
“kita bertemu, 30 menit lagi”
“ti—“ aku langsung mematikannya dan mulai menginjak pedal gas. Menuju ke tempat aku, Kyuhyun, dan Sungmin hyung akan bertemu nanti. Aku akan mengeluarkan semua kemampuanku dalam basket yang sudah tidak aku lakukan sejak masuk SMA. Lihat saja. Kau belum tahu apa-apa tentangku, Yang Yoseob. Kau akan merasakan akibatnya bila berurusan dengan Lee Donghae.

“jadi maksudmu hyung??! Dia hanya bermain-main dengan kami? Dia berusaha mengambil perasaan Rin untuk memainkannya? Dan dan Yoseob diballik semua ini?? Termasuk Eunseo itu??” Kyuhyun ternyata bereaksi lebih heboh dari yang kukira.
“ne Kyu”
“kau sudah menghajarnya kan??” dia mengepalkan tangannya.
“sudah, tapi Hyo tetap membelanya.. aku tidak tahu harus apalagi menghadapinya. Aku teringat kata-kata Junghoon hyung”
“Jughoon hyung? Sonsaeng kita sekarang itu kan?”
“ne, Junghoon itu” aku berdiri dan mengambil bola basket yang tergeletak ditanah. “dia berkata, untuk merebut seusatu dari orang yang licik, kita harus mendapatkannya kembali dengan cara sportif. Agar bisa mendapat dukungan dari semua orang”
“masa’ dia bilang begitu? Keren sekali?”
“ne, kadang dia keren, kadang dia babo.. sudah, ayo kita latihan. Sudah lama bukan kita tidak bermain ini” aku mencoba shoot dalam jarak three point. Dan masuk. “ah, aku masih bisa rupanya.. hahaha! Ayo mulai!”
“lalu, aku ngapain? Aku tidak ada urusan apa-apa. Kenapa tidak Hyukjae saja?” Sungmin hyung menyedekapkan tangannya dan bersandar pada tiang ring basket.
“Hyukjae tidak suka basket, nanti malah kalah gimana, hyung?” aku mengambil bola yang masih memantul.
“tapi aku malas”
“ayolah hyung, sekali ini saja..” aku bermain dengan Kyuhyun, tapi masih tetap mencoba meyakinkan Sungmin hyung.
“Changsun sajalah, dia kan temanmu”
“Joon? Hm, bisa juga, besok aku tanya deh” Kyuhyun merebut bola basket dari tanganku dan  berlari cepat ke arah ring basket. “tapi sekarang ikut bermain juga ya hyung, sudah lama kita tidak main”
“baiklah, kalau itu tidak apa..” Sungmin hyung akhirnya ikut bermain, berlatih, denganku dan Kyuhyun hingga hampir malam. Besok adalah hari penentuan. Aku akan membuatnya bertekuk lutut didepanku, dan mengakui semua kesalahannya pada Minhyoku.
-ccc-

“Joon, bisa bantu aku tidak? Tanding basket dengan anak kelas dua” hari ini semua kelas satu, dua, tiga masuk sekolah untuk pemberitahuan acara akhir semester, tapi tidak ada pelajaran. Dan pagi-pagi jam 9 begini aku sudah meminta Changsun temanku untuk membantuku dipertandingan nanti.
“hah? Buat apa? Aku malas Hae” Changsun membaca bukunya lagi. Sejak kapan dia suka membaca? Seingatku, saat kelas dua dulu dia lebih suka bermain dengan gadgetnya.
“ayolah, sekali ini saja.. Sungmin hyung tidak bisa membantuku..”
“baiklah, ini karena aku bisa melihat beberapa jawabanmu saat ujian kemarin, jadi aku bantu”
“horee! benarkah? Eh? Benarkah kau melihat jawabanku?”
“ne, gomawo atas itu. Baiklah, jam berapa?”
“kukira kau tidak bisa melihatnya..” aku berbisik pada diriku sendiri. “ha? Jam berapa? jam 12 kok”
“jam 12? Bertepatan saat pengumuman nilai hasil ujian sekolah?”
“ha? Emang hari ini?” aku tidak tahu apa-apa soal hal itu. Jadi hari ini? Aduh. Matilah aku. Nila-nilaku..
“ne, kau pasti tidak mendengarnya kemarin hari kamis? Selalu.. yasudah, aku mau ke kantin dulu melihat sudah buka atau belum. Duluan” Changsun pergi meninggalkanku yang semakin memanik karena baru tahu akan hal itu. Nilaikuuu!
“hyung! Bagaimana si Changsun?” Kyuhyun masuk ke kelas 3-4, kelasnya Changsun, tempat aku sekarang berdiri.
“ha? Oh Kyu.. ya, dia Ok katanya.. kalau begitu aku mau istirahat dulu deh.. bermain kemarin membuatku sedikit capek.. kau juga sebaiknya istirahat Kyu” aku berjalan disebelah Kyuhyun menuju kelasku, kelas 3-5, yang berada tepat di sebelah kelas Changsun.
“ne~ nanti saja, aku harus bertemu dengan Rin dulu, dah hyung” Kyuhyun langsung melesat meninggalkanku dan menuruni tangga. Dasar pasangan muda.
“baiklah aku tiduur.. Hyuk, tolong bangunkan aku jam 12 ya”
“oke deh” Hyukjae memberikan tanda oke padaku dan melanjutkan menonton video aneh di laptopnya.

Ini saatnya. Saat penentuan. Saat pertandingan berlangsung. Hanya sedikit yang menonton. Karena memang ini bukan sebuah pertandingan besar bagi mereka yang tidak tahu akan masalah ini. Kalau bisa sih, aku lebih baik menghajarnya habis-habisan daripada harus bermain seperti ini.
Sungmin hyung duduk dibangku pemain bersama Sungbi, Kyuhyun juga duduk bersama Ririn, Changsun sedang meregangkan tubuh, dan Hyukjae duduk santai disebelahku. Aku tidak melihat dimana Minhyo berada. Di tribun tidak ada, apalagi di bangku pemain. Di tempat bangku lawan juga belum ada siapa-siapa. Padahal sudah mendekati jam 12. Jangan-jangan mereka mengundurkan diri. Ha. Pengecut.
“mereka datang!” seorang yeoja yang berada di tribun gedung olahraga sekolah berteriak sambil menunjuk kearah pintu masuk gedung olahraga. “Yoseob oppaa!!” cih. Apa bagusnya orang itu.
“ada Kikwang. Aku akan menghabisinya” Kyuhyun langsung berdiri namun tangannya ditahan oleh Ririn.
“goodluck sayang! Hwaiting!! Kalahkan dia demi diriku!” Ririn ikut berdiri dan memeluk Kyuhyun.
“aaah.. jangan disini..” Hyukjae memanyunkan bibirnya. Yah, kasianlah dia, tidak punya cewek sendiri.
“kekeke.. hwaiting Hyuk!” aku menertawai Hyukjae yang benar-benar sangat memelas.
“kau juga hwaiting Hae, Minhyomu tidak ada tuh” aku akhirnya saling mencekik dengan Hyukjae.
“oh! Oh! Itu kan, Hyunseung oppa!! Weee! Aku bisa melihatnya bermain basket langsung!” Sungbi sekarang heboh sendiri. Membuat kami semua jadi terdiam melihatnya. “apa?”
“kau fansnya Hyunseung?” Changsun ikut berbicara.
“hehe.. dia acenya basket.. Keren sekali lo..” Sungbi malah jadi terlihat menyoraki mereka.
“Hae, aku ikut” Sungmin hyung berdiri dan memegang pundak Changsun. “maaf Joon, aku akan menggantikanmu”
“mwo? Tidak apa, baguslah kalau begitu, aku bisa santai” Changsun langsung duduk dan menyandarkan tubuhnya dibangku pemain.
“ayo Hae. Aku jadi Guard” Sungmin hyung yang sekarang lebih membara daripada aku dan Kyuhyun. Kyuhyun hanya menatapkau dan kemudian tertawa.
“kita mendapatkan guard kuat kita hyung, kita tidak akan kalah. Aku center saja, sepertinya Kikwang itu juga center”
“baiklah. Ayo mulai”
Sesaat kemudian, bola basket telah dilempar keudara. Dan penentuan dimulai.

PARK MINHYO
Apa yang sebenarnya dia pikirkan. Aku semakin tidak tahu jalan pikirannya. Dia menuduh Yoseob oppa yang tidak-tidak, bahkan Eunseo juga. Apa maksudnya dengan Eunseo dibayar berapa? Kenapa Yoseob oppa munafik? Kemarin dia bilang akan bertanding dengannya. Apa yang ingin dia buktikan? Aku tidak tahu. Aku bingung.
“hei! Donghae hyung dari kelas 3-5 sedang bertanding dengan Yoseob hyung kelas 2-4!! Ayo ke gedung olahraga! Sepertinya seru!” mood maker kelasku, Zico, heboh seperti biasanya.
“kau tidak melihatnya, Hyo?” Jihoon menepuk pundakku pelan, mengagetkanku.
“hah? Po.. tidak, aku malas. Aku tidak tahu jalan pikiran para namja itu. Aku malas memikirkannya”
“Donghae hyung itu benar-benar menyukaimu, mencintaimu lebih tepatnya.. asal kau tau..”
“ya aku tau”
“kau.. kau tau aku menyukaimu?”
“hah?” aku tertegun mendengar perkataan Jihoon yang benar-benar tiba-tiba. Ekspresinya sekarang benar-benar terkejut dan wajahnya berwarna merah padam. “a—apa kau serius?”
“eh? Ng.. yang mana?”
“itu, aku.. kamu.. ng..”
“hahaha.. kalau serius juga aku tidak bisa mendapatkanmu.. Donghae hyung lebih bisa melakukan apa saja demi dirimu. Apa kau tau kalau dia belajar sebulan penuh kemarin?”
“dia apa?”
“belajar, Hyo”
“dia belajar? Demi apa dia belajar? Dia bilang dia akan menyontek saat ujian..”
“Kiseob hyung sekelas dengan Donghae hyung kemarin. Katanya Donghae hyung benar-benar tidak melihat siapapun, dan bahkan makin memojok ketembok”
“be—benarkah itu?”
“ne Hyo, oh iya, pengumuman nilai ujian semester dan sekolah sudah keluar, mungkin kau mau melihatnya sekarang?”
“kita lihat bersama deh Po..” aku berdiri dari bangkuku dan berjalan bersama Jihoon menuju papan pengumuman.

“WOA! LIHAT! LIHAT!” banyak sekali yang mengerumuni papan pengumuman hasil ujian sekolah anak kelas tiga. Apa yang mereka ributkan?
“DONGHAE HYUNG NOMOR TIGA! DIA MENGALAHKAN SEUNGHO HYUNG!!” HAH? Apa mereka bilang?
“Po, Po, tolong aku kesana” aku menarik lengan Jihoon dan mendorongnya untuk membuka jalan untukku.
“kau bisa melihatnya tidak? Sudah kubilang, dia bisa melakukan apa saja untukmu seorang.. bahkan hal yang benar-benar mustahil seperti ini” aku terdiam, bergetar, dan mulai mengalirkan airmataku.
“maaf Po, aku harus pergi sekarang”
hwaiting Hyo, aku mendukung kalian” Jihoon menepuk kepalaku lembut dan mencoba membuka jalan untukku lagi.
“terima kasih Po!” aku mencoba keluar dari kerumunan yang masih heboh dengan hasil nilai Donghaeku. Mian hae, mian..

Aku sampai di gedung olahraga, tempat mereka bertanding sekarang. Aku melihatnya yang terlihat sangat kelelahan.  Hae, Haeku.. berjuanglah..
“IKAAAAAN BABOOOOO!!!” aku berteriak sekencang mungkin dari tribun penonton. Sesaat mereka semua berhenti dan melihat kearahku. “HWAITIIIINNG!!” aku melihatnya mengembangkan senyuman dan mengangguk. Aku langsung berlari menuruni tangga menuju bangku pemain, dan mendapati Ririn, Sungbi, Hyukjae oppa, dan satu namja lagi yang sepertinya teman Donghae oppa sedang duduk dengan tangan menggenggam erat. Ririn melihat kedatanganku dan langsung memelukku.
“akhirnya kau datang unni!”
“ne, untuknya..”
“ayo duduk.. kita harus memberi semangat pada mereka” Ririn dan Sungbi memberi tempat untukku duduk.
“kenapa kau akhirnya kesini? Kukira kau tidak mau..” Sungbi menyenggolku.
“hehe.. ini karena aku mencintainya..”
-ccc-

LEE DONGHAE
“baiklah, kau lihat sendiri, Yang Yoseob, dia mendukungku” aku tersenyum sinis padanya yang men-dribble bola didepanku.
“hahaha.. kalian sangat menarik” aku mengambil bola darinya dan berlari kearah ring. Yoseob mengejarku dan menghentikan bola lay-up ku. “apa kau mau tau kenapa aku melakukan ini?” dia melempar bola kearah Kikwang dan membiarkan Kikwang berhadapan dengan Kyuhyun.
“ini karena kau masih menyukainya kan?”
“ini karena kau merebutnya dariku”
“aku merebutnya darimu? Dia mantanmu, apa yang bisa disebut dengan merebut dari situ??”
“apa kau tidak ingat, saat aku pertama kali membawa yeoja kerumahku saat SMP dulu? PASS!” dia mengambil bola lemparan Hyunseung dan berlari disebelahku menuju ringku.
“memangnya kenapa saat itu? Memangnya siapa yeoja itu?”
“itu dia, Minhyo” dia mencoba melempar bola basket itu kearah ringku.
“lalu kenapa dengan itu?”
“dia menyukaimu, sejak hari itu” dan bola itu masuk.
“hah?” aku berhenti berlari dan terdiam ditempat.
“dia tidak berhenti membicarakan dirimu sejak hari itu karena melihatmu bermain basket dengan yang lain. Kau tahu kenapa aku bisa lebih jago darimu sekarang? ini karena dendamku padamu”
“tapi, aku tidak tahu apa-apa!”
“awalnya aku biasa saja, tapi makin hari dia makin membicarakanmu. Semua pembicaraan itu membuatku kesal. Aku memutuskannya baik-baik, berharap dia akan mengerti dan akan kembali padaku. Tapi ternyata tidak”
“HAE!” bola lemparan Sungmin hyung menuju kearahku, Yoseob menghentikannya dengan sempurna, tepat saat aku hendak menerimanya.
“kau tidak tahu perasaanku hyung, saat ternyata kalian malah jadian” dia berlari menjauhiku yang masih terdiam. “tidak ada cara lain selain membuatmu merasakannya juga. Perasaan kehilangan”
“kau! Kenapa tidak bilang saja padaku! Aku tidak akan merebutnya darimu!” aku berlari mengejarnya, diikuti Kikwang dan Kyuhyun.
“semuanya hyung, Seungho, Cheondung, Eunseo, Kevin, dan bahkan Minho yang sudah kau anggap adikmu sendiri itu, aku yang meminta mereka melakukannya, mendekati kalian” passing-passing terjadi antara Yoseob, Kikwang, dan Hyunseung.
“demi apa kau melakukannya!”
“Semuanya agar kau merasakannya hyung.. dan Minhyomu itu juga merasakannya.. merasakan sakit yang sama saat kau bersama Eunseo”
“kau!”
“aku juga masih menyimpan foto waktu itu hyung, handphoneku tidak hanya satu”
“apa tujuanmu!” aku mencoba mengembil bola yang sedang dipegang oleh Yoseob.
“memberitahu pada semua orang, bahwa Minhyo, hanya perempuan yang gampang berganti perasaan. Perempuan gampangan”
BUKK!
“jangan pernah. Memanggilnya seperti itu” aku memukul telak wajahnya, dan mengambil bola basket yang memantul pelan karena terlepas dari genggaman Yoseob. “kau tidak pantas untuknya” aku berlari men-dribble bola menuju ring lawanku itu, dan melempar dalam jarak three point. Masuk.
“bagus Hae!” Kyuhyun menepuk pundakku senang.
“ne, pertandingan ini baru dimulai sekarang”
“kita akan membuat mereka malu dengan sebutan mereka” Kyuhyun menunjukkan senyum evil.
“ne, kita akan membuat mereka bertekkuk lutut”

Permainan kembali berjalan dengan tidak imbang. Tapi kali ini, kamilah yang menguasai permainan, dan mereka benar-benar kewalahan. Siapa bilang mereka lebih jago dari kami? Aku adalah orang yang mengajari Yoseob bermain basket sejak dulu. Aku tidak akan pernah kalah darinya.
“Kyu, shoot!” Kyuhyun melempar bola ke ring Yoseob dan masuk. “nice!
Kami berusaha mengejar poin yang tertinggal. Sebentar lagi kami menyusul, dan sebentar lagi kami akan memenangkannya. Tinggal 5 menit waktu yang tersisa, KALAU Sungmin hyung berhasil memasukkan yang satu ini, poin kami akan berbeda dua.
“Sungmin oppa! Hwaitiing!” terdengar suara Sungbi meneriaki pacarnya ini.
“ne!” dan pastinya, dia berhasil memasukkannya. Membuat Hyunseung sang ace yang daritadi menghadanganya bertekuk lutut dihadapannya.
“tinggal dua menit dan satu kali masuk hyung, kita harus menang dari mereka” Kyuhyun berlari masih dengan semangat yang menyala.
“tenang saja, aku akan melakukannya” aku yang memulai pertandingan ini, aku yang akan menutupnya dengan kemenanganku.

“menyerahlah hyung! Kau tidak akan bisa memasukannya dalam sisa 10 detik ini!” Yoseob mencoba mematahkan semangatku, tapi itu tidak akan mempan lagi padaku.
“IKAN HWAITING!!” Minhyo daritadi berdiri dibangku pemain dan meneriakkan semangat padaku.
“ahaha.. Kau tidak akan bisa mengalahkanku Yoseob, selamanya” aku menembakkan bola basket itu kearah ring Yoseob dalam jarak keahlianku, jarak three point. Detik mulai berjalan mundur, satu demi satu. Bola itu masih melayang diudara. Dan akhirnya masuk. Bel tanda pertandingan berakhir berbunyi dengan kencang. Kami menang satu poin dari mereka.
“hyung kau hebat! Three point shoot mu memang hebat!” Kyuhyun berlari kearahku dan mulai memelukku erat. “kita menang!”
“kau berhasil Hae, kita menang” Sungmin hyung menepuk pundakku dan terlihat senyum puas diwajahnya. “ sudah lama aku tidak bertanding seperti ini, ayo kita rayakan sekarang!”
“sebentar, aku ingin meminta sesuatu atas kemenanganku” aku berjalan kearah Yoseob yang sudah terduduk ditengah lapangan. “Yoseob”
“apa, hyung? Kau puas mempermalukanku?”
“tidak juga, sebenarnya pertandingan ini aku tujukan untuknya. Agar kau meminta maaf padanya”
“aku? Meminta maaf? Kau bercanda”
“aku tidak bercanda” aku berjongkok dihadapannya.
“tidak”
“aku mau kau meminta maaf padanya, sekarang” aku menatapnya tajam, tiba-tiba seseorang menepuk pundakku.
“aku sudah memaafkannya..” Minhyo tersenyum dan ikut jongkok disebelahku. Yoseob terdiam ditempatnya. “maaf Yoseob oppa, aku mengerti..”
“apa yang kau mengerti??” Yoseob sedikit berteriak kepada Minhyo dan menepis tangan Minhyo yang berusaha memegang tangannya.
“aku mengerti aku sudah menyakitimu karena memilihnya.. jadi, maafkan aku juga..”
“kau tidak tahu betapa sakitnya saat kau lebih sering membicarakannya daripada aku!”
“sebenarnya saat itu, aku masih menyukaimu.. tapi kau memutuskanku.. aku juga merasakan sakitnya kehilangan.. saat itu aku menyadari bahwa aku salah, tapi kau sudah lebih dulu memutuskan hubungan kita.. aku merasa bersalah padamu.. aku sampai tidak tahu apa aku pantas untuk kembali padamu lagi..” Minhyo menggenggam tangan Yoseob erat, aku membiarkan hal itu terjadi. Masalah mereka harus terselesaikan, agar Minhyo juga tidak menanggung beban itu sendiri.
“Hyo..” Yoseob membalas genggaman Minhyoku.
“aku harap kau menemukan yang lebih baik dariku, oppa..” Minhyo menepuk tangan Yoseob pelan dan melepaskan genggamannya. “terima kasih atas segalanya oppa..” Minhyo berdiri dan membungkuk pada Yoseob yang masih terduduk.
“terima kasih, teman?” aku ikut berdiri dan mengulurkan tanganku untuk Yoseob.
“hyung..” Yoseob mulai berkaca-kaca.
“sudahlah, jangan menangis, kita sudah bertarung dengan sportif disini, dengarkan tepuk tangan mereka, kapten tim basket” aku menarik Yoseob agar berdiri dan bersama kami membungkuk pada penonton.
“Yoseob oppa, aku rasa Hye Lim cocok untukmu, kudengar dia sudah menyukaimu sejak SMP dulu.. hehe” Minhyo menjulurkan lidahnya dan menunjuk perempuan berkuncir satu samping dan berkacamata yang sedang bertepuk tangan di tribun.
“ah ya, aku belum lihat hasil nilaiku.. pasti menyeramkan..” aku teringat hal yang lebih menyeramkan dari pertandingan basket yang sengit ini. Nilai ujianku.
“hehe, mau lihat?” Minhyo malah tersenyum penuh dengan maksud tertentu.
“silahkan kalian pergi.. kalian memang cocok.. kau lelaki yang beruntung, hyung”
“ne, memang” aku menggandeng Minhyo keluar dari gedung olahraga menuju papan pengumuman di gedung utama diikuti teman-temanku yang lainnya. Sebuah penyelesaian masalah yang benar-benar sportif telah kulakukan. Masalah kami semua selesai.. dan tidak ada lagi permusuhan antara aku, dan teman masa kecilku.

“kepada Lee Donghae kelas 3-5, harap ke ruang guru menemui Junghoon sonsaeng, sekarang” begitu suara pengumuman yang terdengar saat kami sedang berjalan di lorong gedung utama menuju papan pengumuman. Aku terkejut dan panik setengah mati. Belum sempat melihat hasilku sendiri, sudah dipanggil ke ruang guru? Matilah aku. Jangan-jangan aku mengulang kelas tiga.
“apa aku harus kesana?”
“ne, kesanalah oppa” Minhyo mendorongku jauh dan langsung melambaikan tangan padaku. “hwaiting!” dia tersenyum dan membiarkanku pergi dengan jantung yang benar-benar panik.

“permisi..” aku membuka pintu ruang konsultasi dan mendapati Junghoon sonsaeng yang sudah menyedekapkan tangannya sambil bersandar di mejanya.
“duduklah” jawabnya tegas. Mati aku. Mati aku.
“nn—ne..” aku akhirnya duduk diam, manis, dan tidak bergerak.
“Lee Donghae..” dia berjalan dibelakangku. “ SELAMAT!!” party popper mengejutkan gendang telingaku.
“hah? Apa hyung? Ada apa??” aku berdiri karena terkejut dan berikutnya Junghoon sonsaeng sudah memelukku erat.
“hasil belajarmu memang benar-benar hebat!!” Junghoon sonsaeng menepuk-nepuk punggungku sampai terasa sakit.
“ada apa sih? Aku naik rangking dari lima terakhir??”
“bukan naik lagi, kau meroket! Kau peringkat tiga, Hae! Dari atas!!”
“HAH? MWO? BENARKAH??”
“NE!”
Berikutnya aku dan Junghoon sonsaeng sudah melompat-lompat tidak karuan di dalam ruang konsultasi.
“aku sudah mengajukan pada kepala sekolah agar kau yang memberi pidato kelulusan nanti!”
“m—mwo??! Aku tidak bisa hyung! Aku tidak mau!”
“ayolah! Kau sudah menunjukkan hasil belajar giatmu! Kau juga jarang masuk ruang konsultasi 3 bulan terakhir! Guru-guru juga sering melihatmu keluar masuk perpus sebulan terakhir ini! Bukankah itu sebuah miracle?? Pokoknya kau harus!”
“tapi, tapi..”
“tidak ada tapi-tapian! Kau akan menjadi pembicara pidato kelulusan! Sudah diputuskan!”
“aku harus memberitahu Minhyo kalau begitu..”
“tidak tidak, biarkan ini menjadi rahasia untuknya saja Hae, bagaimana? Jangan beritahu siapa-siapa juga. Yang mengetahui hal ini hanya kau, aku, dan kepala sekolah”
“ng.. baiklah.. akan kujadikan surprise terakhir untuk Minhyo..” aku dan Junghoon sonsaeng berjabat tangan dan tersenyum lebar. “aku kembali dulu hyung, aku harus melihat nilaiku!”
“baiklah, selamat lagi ya Hae!”
-ccc-

“Hae oppa, kau mau kemana?” Minhyo menahan tanganku karena aku hendak beranjak dari kursiku.
“aku.. dipanggil Junghoon sonsaeng..” aku berbohong sedikit padanya. Ini sudah waktuku untuk menyampaikan pidato kelulusan. Maaf Hyo, aku harus berbohong padamu saat-saat begini.
“ng.. baiklah..” Minhyo akhirnya melepaskan tanganku dan aku langsung melesat pergi keluar gedung menuju pintu belakang panggung.
“sudah siap Hae? Mana kertasmu?” Junghoon sonsaeng merapikan baju kelulusanku.
“aku tidak perlu kertas, aku sudah hafal diluar kepala” aku mengetuk-ngetuk kepalaku sendiri.
“baiklah, kau siap?”
“siap hyung!”
“tunggu panggilanmu, dan masuklah” Junghoon sonsaeng menepuk pundakku dan pergi masuk kembali ke panggung untuk duduk dikursi guru miliknya.
“pidato kelulusan kelas tiga tahun ini akan disampaikan oleh siswa yang paling menakjubkan diakhir sekolah ini, kalian pasti tahu siapa orang ini, dia adalah orang yang meroket menaiki ranking dari lima terbawah jadi tiga teratas! Kita sambut dia, LEE DONGHAE!” kepala sekolah yang memang tidak terlalu tua itu akhirnya menyebut namaku. Aku menapakkan kaki melangkah maju ke atas panggung. Ini dia. Pidatoku.
“PAGI SEMUANYA!” aku berteriak sekencang mungkin tanpa mic yang sudah aku matikan.
“PAGI!”
“semangat yang bagus..” aku menyalakan mic kembali dan mulai berbicara hal yang sudah terhafalkan diluar kepala. “pertama, aku minta maaf dan terima kasih kepada semuanya. Kepada Junghoon sonsaeng, dan wali kelas-wali kelasku dari kelas satu hingga 3 pokoknya.. maafkan aku yang sangat bandel ini. Hahahaha. Yang kedua, untuk para siswa yang sudah aku hajar.. maaf sebesar-besarnya. Kalian akan melakukannya bila mempunyai yeoja chingu cantik seperti milikku. Aku pastikan itu, tapi yeoja chinguku tetap yang paling cantik. Hahahahahaha”
“Hae!” Junghoon sonsaeng berteriak kecil kearahku.
“ne, ne, lalu.. untuk Jihoon, Sunghyun, Seungho, Minho, dan terakhir sekali.. Yoseob. Maafkan aku karena banyak hal! Maaf ya!! Terima kasih!!”
“baiklah, apa segitu saja, Hae?”
“ah ye, terima kasih untuk Kyuhyun, Sungmin hyung, Hyukjae dan semua temanku juga! Lalu yang terakhir.. walau aku sudah lulus dari sini.. ingatlah kalian semua! MINHYO ADALAH MILIKKU SEORANG!! Terima kasih” aku berhasil menyelesaikan pidatoku dan Junghoon sonsaeng malah memukul kepalaku dengan kertas yang ia gulung. “adududuh!”
“dasar kau ini Hae!” Junghoon snnsaeng menjewer telingaku didepan semua anak dan aku hanya bisa meringis kesakitan.
“HAHAHAHAHAHAHA ne hyung-oppa!”

setidaknya semuanya senang, kan? Tapi kisah cintaku dengannya belum berakhir.

Aku saat ini sedang menunggu seseorang di taman tempatku kuliah  sekarang. Aku kuliah dijurusan seni musik dan sudah semester tiga sekarang. dan orang yang kutunggu, dia kuliah arsitek.
“maaf menunggu lama oppa!” dia datang, wanitaku.
“tidak apa Hyo, aku tidak lama kok disini.. ayo kita pergi”
“mian oppa, ayo” aku menggandeng tangan Minhyoku yang kecil itu dan pergi menuju mobilku. Another love story?

No comments:

Post a Comment